Episode 8

Meyta menemukan obatnya di dalam koper saat ia hendak memasukkan barang-barang yang ia ambil dari rumahnya. Ia masih memikirkan kejadian beberapa waktu yang lalu saat ia mengacak-acak kamar namun tiba-tiba kamar terlihat rapi seperti sebelumnya.

"Apakah Fardan yang membereskannya?"

Meyta menyimpan pertanyaannya saat bunyi ketukan pintu terdengar samar. Meyta bergegas keluar dari kamar untuk melihat siapa yang datang. Alis Meyta hampir menyatu karena tak mengenali sosok yang terlihat rapi dengan setelan jasnya.

"Dengan Nyonya Meyta?"

Sebuah anggukan Meyta berikan sebagai jawaban.

"Saya asisten Tuan Fardan, beliau menitipkan bingkisan ini untuk Anda," ucapnya kemudian ia menyodorkan bingkisan tersebut pada Meyta. "Kalau begitu saya permisi dulu Nyonya," imbuhnya.

Meyta menutup pintu, ia berjalan masuk ke kamar dengan rasa penasaran bingkisan apa yang Fardan berikan untuknya.

Sebuah buku catatan dengan sampul yang lucu berwarna ungu dengan sebuah catatan kertas.

[Nyonya Istri, tuangkan semua rencanamu dalam buku ini, kita akan mewujudkannya satu per satu]

Meyta menarik lengkung bibirnya ke atas. Fardan seakan paham dengan keadaannya. Rasa bahagia itu membuat Meyta begitu bersemangat. Ia bahkan langsung memikirkan ribuan rencana yang dengan semangat ia tulis di buku tersebut.

Celaka, Meyta melupakan obatnya.

Lithium yang selama ini sering membantunya mendadak ia lupakan begitu saja. Lithium merupakan terapi pilihan untuk penanganan mania dan pencegahan bunuh diri. Lithium memberikan pengaruh pada pelepasan serotonin dan norepinefrin di susunan saraf pusat.

Lithium adalah bahan kimia yang ditemukan di alam yang terkadang digunakan dalam obat-obatan untuk mengobati penyakit mental tertentu, terutama gangguan bipolar. Obat ini bertindak sebagai penstabil suasana hati dalam mengobati gangguan bipolar I jangka panjang.

Meyta sudah mengonsumsinya bertahun-tahun. Ia bertahan dan menstabilkan keadaanya dengan obat-obatan itu juga dengan hadirnya pria ilusi. Sayang sekali ia tidak bisa menemukannya dan tidak diberi kesempatan untuk mencarinya.

Suasana hati Meyta sangat baik, ia bahkan tidak merasakan lelah dan pikirannya tidak berhenti memberikan ide-ide entah dari mana. Harusnya kalimat demi kalimat yang ia susun itu membuat tangannya pegal sebab sudah beberapa lembar buku penuh dengan rencana. Namun Meyta sama sekali tidak merasakannya, fase manik atau mania sedang menguasai dirinya.

Kembali suara ketukan pintu terdengar samar dari kamar Meyta yang berada di lantai dua. Padahal mereka sudah menyiapkan bel di depan pintu tetapi entah mengapa orang-orang yang datang lebih suka mengetuk pintu.

Meyta menghentikan aktivitasnya, ia melirik jam dan ternyata saat ini sudah hampir jam makam siang. Ia sudah menghabiskan banyak waktu dengan menulis.

"Aku akan menyiapkan makan siang setelah melihat siapa yang datang," gumam Meyta lalu ia melangkah keluar kamar.

Wajah Meyta berubah datar, tamu yang datang adalah pasangan ibu dan anak yang sepertinya sedang mengatur sebuah rencana.

"Apakah seperti ini caramu menyambut tamu, Meyta?" cibir Shinta.

Meyta tergagap. "Oh, oh, mari masuk Bu, Misca," ajak Meyta.

Langkah Shinta dan Misca mendahului Meyta yang masih berdiri memperhatikan mereka sambil memegang daun pintu. Dua orang yang tak ingin ia lihat — terutama Misca yang diam-diam menyimpan perasaan pada suaminya itu sedang melihat-lihat seisi rumah.

"Mengapa hanya berdiri saja, tidak bisakah kamu bersikap layaknya Tuan Rumah? Menyuguhkan makanan atau minuman?" sindir Misca.

Meyta kembali tergagap, ia buru-buru melangkah namun tak ia sadari kaki Misca ia julurkan hingga Meyta tersandung dan jatuh terjerembab di bawah kaki Misca.

"Ups ... aku sengaja Kak Meyta. Aku sengaja," ucap Misca kemudian ia tertawa mengejek.

Wajah Meyta menegang. Apa maksud dari semua ini? Apakah mereka datang untuk menyiksanya di rumahnya sendiri?

"Sudah sepantasnya kamu berada di bawa kakiku, aku yang seharusnya menjadi Nyonya di rumah ini, bukan kamu! Aku sudah menyukai Kak Fardan sejak lama, harusnya kamu tidak pernah datang ke rumah kami hingga Kak Fardan menyusulmu ke luar negeri. Kamu benar-benar sialan Meyta!"

Tadinya ucapan Misca menyakiti hati Meyta namun kalimat terakhir tentang Fardan yang datang mencarinya ke luar negeri itu mencuri perhatiannya.

Jika benar Fardan pernah datang mencarinya maka seharusnya mereka bertemu, bukan? Tetapi Meyta tak pernah ingat jika Fardan pernah datang menemuinya.

"Misca, kamu tidak boleh seperti itu pada Meyta, dia adalah saudaramu. Jika kamu menginginkan suaminya maka buatlah mereka berpisah, kamu jangan menjadi madunya," ucap Shinta yang semakin membuat panas keadaan.

Mata Meyta terpejam. Ia sangat membenci wanita yang telah merebut kebahagiaan ibunya, lalu kini mereka berniat untuk melakukan hal yang sama. Tangan Meyta terkepal, dengan sisa tenaganya ia mencoba berdiri lalu menatap tajam pada sosok ibu tiri.

"Tidak puaskah kamu menjadi pelakor dalam hubungan rumah tangga Ibu dan Ayahku? Kini kamu mengajarkan anakmu untuk melakukan hal yang sama, bagaimana caranya kami menghapus anggapan bahwa buah jatuh tak jauh dari pohonnya, kamu melakukan hal yang sama dan berniat menjadikan putrimu sebagai perebut suami orang. Apakah kalian sudah tidak punya malu —"

Satu tamparan dengan gema yang memekakkan telinga Meyta berhasil mendarat dan membekas di pipi putihnya. Bekas jari yang dihasilkan dari perbuatan Shinta itu membuat pipi itu perlahan mulai lebam.

"Jaga bicaramu Meyta! Jangan sampai aku melakukan hal lebih padamu. Setelah kamu datang, ayahmu tidak lagi peduli padaku. Aku bisa melakukan hal yang lebih buruk padamu bahkan jauh lebih buruk dari ketika aku merebut ayahmu dari ibumu. Kamu sudah tahu 'kan jika aku berpengalaman, maka berhati-hatilah!"

Shinta memberi peringatan keras. Hati Meyta saat ini menjadi begitu depresi, teringat akan penderitaan ibunya lalu teringat akan senyuman Fardan, Meyta tidak bisa mengontrol dirinya. Lithium itu tidak masuk ke dalam tubuhnya, tidak memberikan bantuan untuk saraf-sarafnya hingga kini ia lepaskan kendali.

Meyta maju lalu melakukan hal yang sama memberi tamparan di pipi Shinta.

"Jika ibuku begitu lemah, maka aku tidak. Jika kalian berniat merebut posisiku di rumah ini, silakan saja mencoba. Mari kita lihat apakah kalian akan berhasil atau tidak!

"Harusnya kamu menjadikan ibu pelakormu itu sebagai pelajaran untuk tak menjadi seperti dia, tetapi kamu justru ingin menjadi seperti dia. Tak punya malu!"

Tangan Misca terkepal kuat, ia mendekat dan mencoba untuk menampar Meyta tetapi dengan cepat Meyta menahan tangannya.

"Aku bisa mematahkan tangan ini jika aku mau. Berhati-hatilah jika kamu masih ingin memiliki kedua tanganmu," ucap Meyta, ia seakan menelan Misca dalam tatapannya.

Misca mendadak takut, wajah Meyta tak seteduh dan selemah biasanya. Apakah ada yang tidak ia ketahui?

"Pergi dari rumahku!" usir Meyta lantang.

Terpopuler

Comments

🍒⃞⃟🦅🏠⃟⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔NUR𒈒⃟ʟʙᴄ

🍒⃞⃟🦅🏠⃟⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔NUR𒈒⃟ʟʙᴄ

jangan sangka org yg terlihat sabar itu lemah, kamu gak tau aja mereka sabar krn memiliki pemikiran yang waras

2024-02-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!