Episode 3

Meuta ketakutan. Tidak ada satu orang pun yang bisa menolongnya. Tempat ini begitu sepi dan sunyi, meskipun ia berteriak siapalah yang akan mendengar suaranya.

"Jangan mendekat! Aku tidak pernah melakukan kesalahan apapun pada kalian dan juga pada Lucy!" teriak Meyta, ia memundurkan langkahnya tetapi para pria itu semakin memajukan langkah mereka.

"Kami hanya ingin mengajakmu bersenang-senang anak manis. Mari melakukannya bersama, kamu pasti akan ketagihan," ucap salah satu dari mereka.

Tubuh Meyta menggigil. Apalagi tiga pria itu langsung menariknya secara paksa, membawanya ke salah satu gang yang sempit dan sepertinya ini adalah jalan buntu. Mereka mendorong Meyta hingga jatuh tergeletak di tanah.

Salah satu dari ketiga pria itu mulai membuka gespernya. Meyta gemetar, ingin berteriak pun percuma. Sepertinya hal ini akan semakin menambah catatan trauma dalam hidup Meyta. Bipolarnya akan berubah menjadi semakin ganas dan ia tidak akan pernah sembuh lagi.

'Apakah aku harus pasrah saja?' tanya Meyta dalam hatinya.

"Menyingkirlah dari calon istriku jika kalian masih ingin hidup!" teriak seseorang dari belakang yang membuat Meyta seakan mendapatkan kembali harapan hidupnya.

Ketiga pria itu berbalik badan, melihat sosok yang berdiri tegap di hadapan mereka ketiganya pun langsung lari menjauh. Meyta terheran-heran, apa yang menyebabkan pria itu ditakuti oleh tiga anak nakal tersebut.

"Kamu tidak apa-apa nona?"

"Tidak apa-apa dan terima kasih untuk bantuannya," jawab Meyta. Ia berdiri lalu berpamitan pada pria itu.

"Aku akan mengantarmu!"

"Tidak perlu Tuan, rumah saya begitu dekat dari sini. Sekali lagi terima kasih dan permisi," ucapnya menolak halus. Ia hanya takut tidak bisa menyembunyikan rasa gembiranya, pria tampan dengan wajahnya yang masih ditutupi kacamata hitam itu tetap terlihat menawan di matanya.

Mood Meyta perubahan drastis. Kini ia merasakan fase mania. Dengan bertemunya ia dengan pria tadi semangatnya kini memuncak. Ia begitu bergairah untuk hidup bahkan semalam suntuk ia tidak bisa tidur hanya karena terus membayangkan pria penyelamat hidupnya.

"Dia sangat tampan dan baik. Apakah aku bisa bersama dengannya kembali? Mengapa aku begitu jatuh cinta padanya?"

Semenjak pertemuannya dengan pria penyelamat itu, hari-hari yang dilalui Meyta berjalan dengan baik, bahkan gangguan bipolar yang ia derita pun tak lagi datang menyerang — hanya sesekali ketika ia mengalami perundungan. Tidak seperti dulu, setiap hari ia harus ditemani obat-obatan untuk mengontrol dirinya.

Tak terasa 4 tahun berlalu, Meyta kini telah menyelesaikan studinya. Ayahnya bahkan datang untuk mendampinginya melakukan prosesi wisuda. Betapa bahagianya Meyta hari ini, ia berharap bisa bertemu kembali dengan pria penyemangat dan penyelamat hidupnya itu.

"Anak ayah sungguh membanggakan, kamu berhasil meraih predikat lulusan terbaik. Setelah ini mari kita pulang, ada hal penting juga yang harus Ayah bicarakan denganmu," ucap Primus.

"Terima kasih Ayah. Apa yang ingin Ayah bicarakan?" tanya Meyta.

Primus tak menyahut, ia hanya meminta sopir mereka untuk segera melaju menuju ke rumah tempat Meyta tinggal.

Sesampainya di rumah Primus langsung meminta Meyta untuk berganti pakaian. Ia menunggu putrinya di ruang tamu yang berukuran cukup kecil. Rumah yang ditempati Meyta hanya memiliki satu kamar dengan ruang tamu, dapur dan ruang makan yang menyatu.

Meyta keluar dari kamarnya dengan sudah menggunakan pakaian santai. Ia duduk di samping ayahnya, pria itu langsung merangkulnya mencoba memberikan kehangatan yang belasan tahun tak pernah ia berikan lagi kepada sang putri.

"Sayang, ada hal yang penting yang harus kamu ketahui ... maafkan Ayah jika harus mengatakannya di saat yang tidak tepat seperti ini, tetapi kamu harus tahu seminggu lagi kamu akan menikah. Calon suamimu telah menunggu di Indonesia untuk kepulanganmu ...."

Mata Meyta terbelalak. Menikah? Bahkan ia tak pernah berpikir untuk menikah secepat ini, apalagi mendengar kata 'calon suami'. Ia bahkan tidak pernah mengenal satu pria dan hanya menyukai satu pria di dunia ini selama hidupnya, yaitu pria penyelamat itu.

"Maafkan Ayah, sayang. Tetapi perjodohan ini tidak bisa ditunda lagi dan ini harus terlaksana," ucap Primus dengan putus asa.

"Tapi mengapa Ayah?" tanya Meyta mencoba menahan sesak di dadanya.

Primus pun menjelaskan jika dulu Ibu Meyta mengalami kerusakan ginjal dan membutuhkan pendonor. Di sisi lain ibu dari calon suami Meyta mengalami sakit yang semakin parah. Ia berniat mendonorkan ginjalnya pada ibu Meyta dengan syarat kelak ia akan menjadi ibu bagi putranya juga dengan cara menikahkan anak mereka.

"Kita berhutang budi sayang," ucap Primus kemudian ia menundukkan kepalanya.

Meyta terdiam. Jadi selama ini ia sudah memiliki calon suami bahkan sejak ia masih begitu kecil. Ia sudah dijodohkan dan ia tidak bisa menolak lagi. Semua tentang ibunya dan balas budi.

Mengapa perjodohan ini datang secara tiba-tiba di saat ia ingin mencari pria penyelamat hidupnya? Sepertinya ia hanya bisa menyimpan pria itu dalam ilusinya saja, ia harus membalas budi pria itu.

Meyta menatap ayahnya kemudian ia menghirup udara sebanyak-banyaknya lalu ia hembuskan secara perlahan.

"Baiklah Ayah, jika memang seperti itu keputusannya. Bukankah kita harus membalas budi seseorang yang pernah menolong kita? Aku akan bersedia," jawab Meyta pasrah.

...…....

Tak pernah bertemu dengan calon suaminya, kini pria itu sudah bukan lagi calon melainkan suami sahnya. Baru saja pernikahan mereka diikrarkan dan pria yang duduk di sampingnya ini terlihat sangat tampan dan menawan, namun Meyta sama sekali tidak mengenalnya. Mereka baru bertemu saat akad akan dilaksanakan, sungguh sangat konyol bagi mereka.

'Mengapa aku seperti pernah melihat pria ini? Tapi di mana?'

Meyta bertanya dalam hati ketika ia baru saja mencium punggung tangan suaminya itu.

"Fardan, namaku Fardan Aditama," bisiknya di telinga Meyta.

Detik itulah Meyta baru mengetahui nama suaminya. Mereka sudah sah menjadi sepasang suami istri, namun ia baru mengenal suaminya itu. Ah tidak, lebih tepatnya ia baru mengetahui namanya saja, ia tidak tahu profil lengkap tentang sang suami. Mungkin perlahan ia akan mengetahuinya.

Setelah rangkaian acara pernikahan berakhir, keduanya pun masuk ke dalam kamar yang sudah disiapkan di dalam hotel. Meyta tentu tahu apa yang harus dilakukan suami istri di malam pengantin mereka.

Namun, pada orang asing yang tiba-tiba menjadi suaminya apakah Meyta bersedia dan suka rela memberikan kesuciannya?

"Aku tidak akan menyentuhmu sampai kamu siap. Tidurlah, kamu pasti lelah," ucapnya.

Meyta tertegun sejenak lalu ia mengangguk. Tetapi pikirannya tidak bisa diam. Ada hal yang cukup mengganggunya.

'Postur tubuhnya ... aku seperti mengenalinya. Suara itu juga seperti familiar. Dia siapa? Apakah aku pernah mengenal sebelumnya?' tanya Meyta dalam hati.

Terpopuler

Comments

🏠⃟⍣NUR🍒⃞⃟🦅

🏠⃟⍣NUR🍒⃞⃟🦅

wah ternyata mmng benar dia calon suami kamu meyta gak sia" slma ini kamu hanya menyukai satu org pria aja

2024-02-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!