Tisha mulai melihat satu persatu pakaian yang ada di dalam almari tersebut. Dia tidak menemukan seragam seperti yang dikenakan oleh Bi Aning dan pelayan yang lainnya.
"Oh, mungkin untuk pengasuh beda seragam kali ya?" ucapnya bermonolog.
Ternyata tak satu pun model seragam lain yang ia temukan. Oh, atau mungkin memang belum diberikan, batin Tisha.
"Aku harus bawa yang mana ya untuk pindah ke apartemen?" ucap Tisha dengan bingung.
Tadi Bi Aning berkata bawalah beberapa pakaian dari almari ini untuk ke apartemen. Tidak perlu terlalu banyak. Katanya di sana juga sudah disediakan pakaian untuk Tisha.
"Apa iya memang seenak ini kerja dengan Tuan Nizar?" ujar Tisha bertanya-tanya.
Tisha merebahkan badannya di kasur empuk yang katanya menjadi miliknya jika berada di tempat ini.
"Sudah seperti tidur di hotel!" gumamnya dengan senyum-senyum.
Tisha terkejut saat terdengar suara ketukan pintu. Dia bergegas membuka pintu kamarnya. Jangan sampai membuat kesalahan selama bekerja, pikirnya.
Ternyata seorang pelayan yang usianya lebih muda dari Bi Aning yang mengetuk pintu. Tisha tersenyum dengan ramah.
"Non Tisha silahkan membersihkan diri. Ditunggu untuk makan di bawah!" ucapnya.
"Iya, Bi, maaf merepotkan!" jawab Tisha sambil tersenyum. Dia merasa tidak enak hati. Sesama pekerja tapi kenapa dia terlihat spesial.
Setelah Bibi yang belum Tisha ketahui namanya itu pergi, Tisha bergegas masuk ke dalam kamar. Ia mengunci kamar tersebut dan segera mandi.
Setelah semua beres. Tisha juga tampak fresh dan cantik dengan pakaian baru miliknya, ia keluar kamar dan ingin pergi menuju dapur seperti yang dikatakan bibi tadi.
Kamar Cean tertutup. Mungkin dia masih terlelap. Sepertinya Nizar sendiri yang mengurus keperluan Cean. Tisha jadi merasa tidak enak hati karena merasa tidak berguna menjadi pengasuh.
Saat hendak menuju tangga, Tisha terkesiap dan langkahnya terhenti saat melihat wanita berpakaian seksi warna maroon keluar dari kamar yang jaraknya tidak begitu jauh dari kamar Cean.
Wanita itu juga sejenak memandang Tisha. Dia tidak berekspresi apapun. Wanita itu memperhatikan Tisha dari atas sampai bawah sebelum akhirnya dia pergi.
'Cantik sekali!' gumam Tisha berdecak kagum.
Badannya proporsional menurut Tisha. Heels tinggi yang digunakan juga membuat badannya semakin tinggi dan tampak jenjang. Rambut hitam, panjang, dan lurus yang diurai bebas itu terlihat cantik walaupun dilihat dari kejauhan. Bak model yang sering Tisha lihat di media sosial.
Belum sempat Tisha melangkah, ia kembali dikejutkan saat mengetahui Nizar juga keluar dari kamar tersebut.
Tisha belum tahu sebenarnya itu kamar siapa. Nizar tampak fresh dengan rambut yang basah dan pakai santainya. Dia juga sejenak memandangi Tisha.
Seperti biasa, dia hanya memancarkan aura dingin dan tatapan tidak bersahabat kepada Tisha.
Setelah Nizar pergi, Tisha tidak lantas kembali berjalan, tetapi ia masih termenung di tempat. Tisha menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Banyak hal yang belum ia ketahui tentang keluarga bosnya itu.
Cean sempat bercerita jika maminya sudah meninggal. Lantas, wanita yang keluar dari kamar yang sama dengan Nizar itu siapa?
Apa mungkin istri baru, pacar, atau saudara?
Ah, entahlah, Tisha tidak tahu dan tidak akan ikut campur dengan urusan bosnya. Tisha akan fokus bekerja sebagai pengasuh Tuan Muda.
Tisha turun dari tangga dan berjalan menuju dapur. Ternyata Nizar berada di meja makan. Para pelayan juga sedang menyiapkan makanan untuk Tuan Nizar.
Tisha yang sudah berada di dapur langsung diajak berbicara oleh pelayan lainnya. Ah, banyak pelayanan, tapi hanya Bi Aning dan Pak Agung yang Tisha tahu namanya.
"Non Tisha, Tuan Muda sedang tidur di kamarnya. Tadi Tuan Nizar berpesan agar Non Tisha mengantarkan makanan untuk Tuan Muda di kamarnya!" ucap salah seorang pelayan.
"Oh, iya, Kak!" jawab Tisha kepada pelayan yang terlihat masih muda.
"Non Tisha silahkan makan dulu!" ucapnya.
"Saya ngantar makanan untuk Tuan Muda saja dulu, Kak. Setelah itu nanti saya makan!" tolak Tisha. Lagi pula dia belum merasa lapar. Baginya Cean adalah yang utama saat ini.
Karena Tisha maunya seperti itu, akhirnya Tisha diajari oleh pelayan itu untuk menyiapkan makan malam untuk Cean.
"Kamu panggil saya Bi Mun saja!" ucap pelayan itu di tengah kegiatannya.
Tisha tersenyum saat tahu nama pelayan tersebut adalah Mun. Bi Mun juga menjelaskan apa yang Tuan Muda suka dan biasanya ia makan.
"Nanti bisa kamu terapkan saat di apartemen juga!" ucap Bi Mun. Ternyata Bi Mun ini memang pelayan yang bertugas menyiapkan makanan.
Wanita tadi yang Tisha lihat keluar dari kamar yang sama dengan Nizar tidak ada di meja makan. Di meja makan itu hanya ada Nizar sendiri. Sebetulnya Tisha ingin bertanya tentang hal ini kepada Bi Mun, tapi ia urungkan niatnya.
"Selamat ya Non Tisha. Kamu bisa menjadi pengasuh Tuan Muda!" ucap pelayan tersebut.
"Terima kasih, Bi. Saya juga masih belajar dan terus belajar agar menjadi pengasuh yang baik untuk Tuan Muda!" jawab Tisha dengan ramah. Ia berusaha seceria mungkin di sini. Supaya rekan kerjanya juga senang dengan kehadiran Tisha.
Setelah makanan untuk Cean sudah siap, Tisha bergegas naik ke lantai dua menuju kamar Cean.
Tisha berusaha berjalan menghindari Nizar. Kalau boleh memilih, Tisha lebih baik berjauhan dengan Nizar karena dia merasa tidak nyaman dengan Nizar yang selalu menganggapnya musuh.
Tisha juga sangat menghindari bertatap secara langsung dengan Nizar. Aura yang dingin, tatapan yang tajam dan tidak bersahabat itu terasa mencekam bagi Tisha. Jadi, lebih baik menghindari saja.
Tisha masuk ke dalam kamar Cean yang lampunya tetap terang.
Bibir Tisha tersenyum saat melihat Cean yang sedang memejamkan mata di ranjangnya.
Kamarnya luas sekali, ukurannya dua kali lipat dari kamar milik Tisha. Kamar ini memiliki desain yang elegan untuk anak seumuran Cean. Bukan seperti kamar anak-anak pada umumnya yang akan bergambar hewan, buah, atau angka dan huruf.
Tisha meletakkan makanan untuk Cean di meja belajar. Ia berjalan mendekat kepada Cean. Ia duduk di pinggir ranjang dan mengusap lembut kepala Cean yang berkeringat.
"Tidurnya sangat lelap!" ucap Tisha dengan suara yang pelan.
Jam menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Kemarin pukul segini Cean belum tertidur.
Lalu Tisha melirik makanan yang ia bawakan untuk Cean. Tisha jadi bingung. Cean belum makan, tapi Tisha juga tidak tega untuk membangunkan Cean yang sedang terlelap.
Di nakas dekat ranjang, terdapat sebuah foto dengan figura berdiri. Bak pinang dibelah dua. Cean dan Nizar terlihat sangat mirip di foto tersebut.
"Cean!" panggil Tisha pelan.
Tidak ada respon sedikit pun dari Cean.
"Cean lapar atau tidak?" tanya Tisha dengan pelan.
Ingin membangunkan tapi tidak tega. Tidurnya sangat lelap. Cean juga belum berganti pakaian. Masih dengan pakaian yang ia gunakan tadi. Rupanya Nizar tidak melakukan apapun kepada anaknya.
"Lebih baik aku ganti dulu bajunya!" ucap Tisha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Yani
Bingun ya Tisha
2024-05-13
0
Wirda Lubis
cean nyenyak tidur nya
2024-02-08
2