"Sampai ada apa-apa dengan Cean, kamu juga harus bertanggungjawab, Andre!" gertak Nizar kepada Andre yang sedang duduk di sofa.
Nizar dan Andre sudah berada di dalam ruang kerja Andre yang berada di hotel tersebut.
Andre tersenyum tipis.
"Tuan, lihatlah, dari sekian banyaknya calon pelamar, hanya Tisha yang diterima oleh tuan muda!" ucap Andre.
Nizar yang sedang duduk di meja kerjanya mendengus. "Berhenti memanggilku tuan jika hanya berdua, Andre!"
"Harus berapa ribu kali lagi aku mengingatkanmu tentang hal ini? Jangan sampai mulutmu itu ku buat tidak bisa berbicara lagi!" lanjutnya.
Andre terkekeh. "Baik, Pak Nizar!"
"Kita lihat saja bagaimana kedepannya Tisha menjalankan tugasnya sebagai pengasuh bagi Cean!" ujar Andre.
Nizar melihat Andre dengan malas. Lalu ia kembali membaca dokumen hasil pencarian tentang latar belakang dan riwayat hidup Tisha untuk meyakinkan dirinya bahwa Tisha memang bisa dipercaya.
Nizar tidak pernah main-main jika berhubungan dengan putranya. Nizar pasti mencari tahu tentang Tisha bahkan tanpa sepengetahuan Tisha itu sendiri. Dalam hal ini tentu saja Andre yang direpotkan.
Sebelumnya juga Nizar dan Andre berdebat tentang Tisha. Nizar menolak mentah-mentah tentang ide gila Andre untuk menjadikan Tisha sebagai pengasuh untuk Nizar.
Andre rasanya sudah hampir menyerah jika harus menyeleksi lebih banyak calon pelamar lagi, tapi hasilnya tetap nihil.
Bertemu dengan Tisha, lalu Cean selalu membicarakan tentangnya. Tentu saja hal tersebut menjadi angin segar bagi Andre. Apa lagi latar belakang Tisha juga tidak buruk. Entahlah Andre punya pertimbangan apa lagi selain itu.
"Jangan lupa dengan janji Anda tentang bonus karena saya berhasil mendapatkan pengasuh untuk tuan muda, Pak Nizar!"
Andre menagih janji Nizar jika Andre berhasil mendapatkan pengasuh untuk Cean, maka akan mendapatkan bonus uang dengan nominal yang besar.
Nizar mendengus, "Hanya uang yang ada di otakmu!"
*****
Tisha tidak terbiasa dengan suasana yang seperti ini. Sekedar makan malam, tapi terasa formal.
Di restoran hotel, Tisha makan satu meja dengan Nizar dan Cean. Sedangkan Andre dan bodyguard lainnya makan di meja lainnya.
"Kalau boleh milih, aku lebih milih makan sambel pake telur atau ikan saja, tapi bisa menikmati makanannya dengan tenang!" batin Tisha yang belum terbiasa dengan hal seperti ini.
Tapi untungnya Tisha juga tidak terlalu norak. Otaknya bisa menerima perubahan dengan cepat. Dengan kata lain, Tisha mudah menyesuaikan.
"Hanya perlu terbiasa hidup di tengah orang-orang kaya!" batin Tisha.
"Kak Tisha, Cean mau disuapin!" rengek Cean dengan manja.
Tisha tersenyum dan langsung beralih mengambil piring Cean untuk menyuapinya.
"Papi memberikan pengasuh untuk kamu bukan sebagai tempat untuk bermanja, Cean. Pengasuh yang Papi berikan untuk membantu dan menjaga kamu saat Papi tidak berada di dekatmu!" ucap Nizar dengan penuh penekanan sambil menatap Cean dengan tajam.
Tisha kembali meletakkan piring milik Cean di meja. Jujur Tisha takut dan hatinya juga sakit.
"Kuat, Tisha, kuat. Ini masih hari pertama. Kamu memang harus mempelajari lebih banyak tentang peraturan selama menjadi pengasuh Cean!" batin Tisha.
"Tapi Cean ingin disuapi, Pi. Memangnya tidak boleh walaupun hanya sekali?" tanya Cean membantah dan berharap papinya mengizinkan.
"Kamu sudah besar. Jangan manja!"
Cean cemberut dan menunduk. "Cean kesal sama Papi!" gumamnya dengan perasaan marah kepada papinya.
'Ternyata papi mu ingin kamu dewasa walaupun usiamu masih lima tahun, Cean!' batin Tisha sambil melirik Cean yang sedang cemberut dan dia enggan untuk makan.
"Masih satu hari bekerja sudah berhasil membuat putraku membangkang kepada orang tuanya sendiri!" sindir Nizar kepada Tisha.
Tajam dan pedas. Semua yang terucap dari mulut Nizar sejak bertemu tadi sampai sekarang hanyalah pernyataan yang tidak mengenakkan bagi Tisha.
"Saya minta maaf, Pak. Saya akan memahami semua peraturan yang Bapak berikan!"
Nizar tersenyum miring dan melempar tatapannya dengan tajam. "Dokumen yang saya berikan berisi peraturan yang harus ditaati, bukan hanya dijadikan pajangan!"
Tisha membuang napasnya dalam. Dia tersenyum dan mengangguk. "Saya salah, Pak. Saya akan mempelajari semuanya dengan baik!" ucapnya dengan hati-hati. Dia takut menyinggung bosnya. Tisha tidak ingin kehilangan pekerjaan. Dia sangat butuh pekerjaan ini.
Cean memandang papinya dengan tidak terima karena secara terang-terangan papinya memarahi Tisha.
"Papi jahat, Papi menyebalkan!" teriak Cean dan langsung berlari keluar restoran.
"Cean!" teriak Nizar dan Tisha bersama.
"Biar saya kejar, Pak!" ucap Tisha dan dia langsung buru-buru mengejar Cean.
Nizar menggebrak mejanya. Wajahnya diselimuti amarah.
"Apa-apaan ini!" gumamnya dengan penuh penekanan.
Andre yang menyaksikan kejadian ini dengan jelas juga langsung keluar restoran untuk mengejar Cean.
Hanya tersisa para bodyguard yang tidak berani memandang ke arah Nizar. Mereka takut dijadikan pelampiasan atas kemarahan bosnya.
Nizar memijat pelipis kepalanya sambil memejamkan mata.
"Aku harus memastikan jika Tisha tidak mendidik anakku dengan salah. Jangan sampai Tisha membuat putraku jadi lelaki lemah!" ucap Nizar dalam hati.
*****
"Papi jahat, Papi tidak sayang Cean!" gerutu Cean sambil menendang rumput taman yang berada di tengah hotel.
"Rumputnya nggak salah kok ditendang?" tanya Tisha yang datang dari arah belakang Cean.
Cean menoleh ke belakang, "Kak Tisha!"
Tisha tersenyum dan mendekat kepada Cean.
"Boleh Kakak duduk di sini?" tanya Tisha sambil menunjuk samping Cean.
Cean mengangguk dan Tisha langsung duduk di samping Cean di bangku taman tersebut.
Cean menatap Tisha dengan iba. "Kakak tidak papa kan dimarahi Papi seperti tadi?" tanya Cean yang tampaknya memang khawatir dengan Tisha.
Tisha menggeleng sambil tersenyum.
"Kan tadi Kakak yang salah. Melanggar apa yang Papinya Cean minta!" jawab Tisha.
Cean cemberut. "Padahal Cean ingin disuapi, tapi Papi tidak pernah mau dan tidak mengizinkan!"
"Cean sama sekali nggak pernah disuapi?" tanya Tisha dengan serius.
"Pernah, Oma yang menyuapi. Oma itu berani kepada Papi. Jadi walaupun Papi marah, Oma tidak takut!"
Tisha tertawa kecil. Ternyata hubungan nenek dan cucu rata-rata memang seperti itu. Para nenek akan memanjakan cucunya walaupun hal tersebut mungkin bertentangan dengan pola parenting dari orang tuanya.
"Apa Papi tidak sayang pada Cean, ya, Kak?" tanya Cean.
Tisha aku jika Cean ini anak yang pintar dan dewasa melebihi usianya yang masih lima tahun.
Mungkin Cean pintar karena memang keturunan dari keluarga. Bicaranya lancar dan sudah tidak cadel. Dia sangat pandai mengamati keadaan sekitar.
Cean dewasa mungkin karena papinya memang mendidik Cean agar dewasa. Cara mendidik papinya sangat berpengaruh dan membuat Cean dewasa melebihi usianya.
Tisha senang Cean pintar, tapi di sisi lain juga sedih karena Cean tidak bisa menikmati hal-hal yang sesuai dengan usianya.
"Papi itu sayang sama Cean. Papi ingin memberikan yang terbaik untuk Cean!" jawab Tisha.
"Cean, kedepannya Kakak butuh bantuan dari kamu ya. Kakak belajar menjadi pengasuh yang baik untuk kamu. Kakak akan membantu dan membahagiakan Cean dengan cara yang tidak melanggar peraturan dari Papi!" lanjutnya.
"Tapi Cean harus nurut sama Papi, tidak boleh bentak Papi seperti tadi. Cean harus menjadi anak yang sopan. Menjadi anak yang baik!"
"Kita harus banyak bekerja sama agar bisa menuruti keinginan Papi, tapi Cean tetap bahagia dan tidak merasa berat!"
"Berarti Cean boleh manja sama Kakak?" tanya Cean dengan senyum yang mulai terbit di wajahnya.
Tisha mengangguk, "Banyak cara untuk bermanja tetapi tetap sesuai dengan keinginan Papi. Kakak akan menemani Cean kapan pun Cean mau!"
"Kakak tidak akan meninggalkan Cean, kan?" tanya Cean dengan serius.
"Kakak akan selalu menemani Cean!"
Disamping Tisha memang butuh pekerjaan, tapi mengetahui kehidupan Cean yang mungkin tak sehangat kehidupan Tisha membuatnya bertekad untuk menemani Cean.
Cean dan Tisha memang dua manusia yang berbeda nasib. Cean dilahirkan di tengah keluarga yang kaya raya. Bahkan hotel ini milik keluarganya. Tisha baru tentang hal ini tadi. Sedangkan Tisha lahir dari keluarga dengan perekonomian pas-pasan.
Namun, dalam kehangatan keluarga, Tisha mendapatkan jauh lebih banyak daripada Cean.
Tisha akan memberikan kehangatan itu untuk Cean.
Cean memang harus dewasa, tetapi dalam hatinya harus tetap ada yang namanya kehangatan.
Andre yang sedari tadi menyimak dari belakang mengulas senyum. Tisha dan Cean yang terlalu fokus tidak menyadari keberadaannya.
'Aku rasa memang tidak salah memilih Tisha sebagai pengasuh bagi Cean. Sampai detik ini pun Tisha tidak menjelekkan Pak Bos walaupun Pak Bos sudah menyinggung perasaannya sejak kedatangannya tadi!' batin Andre.
Andre kembali ke restoran dan meninggalkan mereka berdua. Andre tidak ingin menganggu mereka berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Yani
Semangat Tisha
2024-05-13
0
Praised94
terima kasih...
2024-04-09
0
Sidieq Kamarga
Ayok Tisha brlajar jadi orang Tua untuk mendalami peranmu sebagai pengasuh anak
2024-03-18
1