"Sombong sekali, mentang-mentang sudah bisa melunasi hutang, bisa seenaknya mengusir saya!" cibir Pak Darto.
Pak Darto segera berdiri, "Jangan sampai saya mendengar kabar jika anakmu menjual diri seharga seratus juta!"
Pak Darto pergi tanpa berpamitan setelah mentertawakan ibunya Tisha. Setelah kepergian Pak Darto, ibunya Tisha hanya bisa mengelus dada.
Yudha bergegas keluar dari dalam kamar. Ia langsung duduk di samping ibunya dan mengusap lembut punggung ibunya.
"Yudha merasa tidak berguna menjadi anak lelaki, Bu!" ucap Yudha dengan pelan sambil menahan sedih.
Ibunya menatap Yudha sambil tersenyum. "Tidak papa. Ibu tidak ingin kamu terlibat, Nak. Pak Darto itu orang yang mengerikan. Ibu mau kamu fokus sekolah saja!"
"Tapi Yudha ini anak lelaki, Bu. Kak Tisha tidak ada di rumah, berarti tugas Yudha untuk melindungi Ibu. Lagi pula Kak Tisha juga sudah berpesan agar Yudha bisa menjaga Ibu!" bantahnya karena ibunya melarang Yudha untuk keluar bahkan sampai ikut campur saat Pak Darto datang.
"Kalau kamu sayang ke Kak Tisha, kamu belajar dengan rajin, Nak. Kamu harus jadi anak yang baik dan bertanggung jawab. Yudha harus bisa membanggakan agar pengorbanan Kak Tisha tidak sia-sia!" ucap ibunya.
*****
Tisha berdecak kagum di dalam hati saat mobil mewah yang membawanya berhenti di depan rumah mewah dan besar dengan desain modern.
Halaman depan rumahnya sangat luas, sehingga membuat jarak antara rumah dan gerbang lumayan jauh.
Gerbang yang menjulang tinggi membuat rumah ini tertutup dan cukup sulit dilihat dari luar.
'Istana,' batin Tisha yang menyebut rumah ini seperti istana.
Tisha tetap duduk di dalam mobil karena Cean yang sedang tertidur kepalanya berada di pangkuan Tisha. Sedangkan Nizar dan Andre baru saja keluar dari mobil.
Tisha terkejut saat pintu mobil di sebelah kirinya terbuka. Tampak Nizar masuk untuk mengambil Cean yang sedang tidur di pangkuan Tisha.
Nizar tidak berbicara apapun. Hawa dingin terpancar darinya. Nizar juga tidak menatap Tisha. Dia hanya fokus mengambil Cean. Nizar bersikap seolah-olah tidak ada Tisha di situ.
Tisha juga tidak berbicara apapun. Hanya sesekali dia menatap Nizar. Tisha hanya fokus untuk membantu Nizar mengambil Cean dari pangkuannya.
Hal ini membuat jarak antara Nizar dan Tisha begitu dekat. Bahkan terasa intim. Tisha dapat mencium wangi maskulin dari badan Nizar dari dekat.
Rambut Nizar yang sedikit panjang maju ke depan saat dia membungkuk untuk mengambil Cean. Tisha juga dapat mencium aroma wangi rambut Nizar yang cukup asing di hidungnya.
Setelah Nizar berhasil mengambil Cean, ia menggendong Cean lalu membawanya masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Tisha yang masih berada di dalam mobil.
Pintu samping kiri Tisha masih terbuka, karena Nizar tidak sempat menutup pintu itu. Lalu munculah Andre yang sedikit menunduk di samping pintu mobil tersebut.
"Ayo, turun Tisha. Apa kamu mau berada di dalam mobil ini terus?" tanya Andre.
Tisha tersenyum sambil mengangguk. Lalu dia keluar dari pintu sebelah kiri. Dia berjalan mengekor di belakang Andre.
Sebenarnya cukup lelah karena menempuh perjalanan yang cukup panjang. Perjalanan di pesawat tadi menghabiskan waktu selama dua jam. Sedangkan jarak antara bandara dan rumah Nizar adalah setengah jam.
Di depan pintu terdapat lima orang wanita dan enam orang pria yang jika Tisha tidak salah menebak, mereka adalah asisten rumah tangga.
Mereka serempak menunduk kepada Andre dan Tisha. Tisha tersenyum dengan ramah kepada mereka. Tisha mengingat jika mereka akan menjadi temannya karena sama-sama bekerja di rumah ini.
Tisha terus mengikuti Andre yang berjalan menuju meja makan. Sedangkan sebelas orang tadi mengikuti di belakang Andre dan Tisha.
Andre mempersilakan Tisha duduk di meja makan. Pelayan yang ikut ke meja makan hanya dua orang. Sedangkan yang lainnya sudah kembali ke belakang.
"Tisha, perkenalkan ini Pak Agung dan Bi Aning. Mereka kepala pelayan di rumah ini. Kalau kamu ada perlu apa-apa atau ada yang ingin ditanyakan bisa kepada mereka!" ucap Andre.
Pak Agung dan Bi Aning lalu memperkenalkan diri.
Bi Aning ini tampaknya sedikit lebih tua dari ibunya. Sedangkan Pak Agung sepertinya seumuran ayah Tisha.
"Jika perlu apa-apa, Non Tisha bisa menyampaikannya ke saya!" ucap Bi Aning sembari tersenyum. Sedangkan Pak Agung hanya diam dengan ekspresi datar.
Sudah bukan hal yang asing lagi bagi Tisha menyaksikan pria bersikap dingin dan seperti robot di rumah ini.
"Salam kenal Bi Aning. Semoga Ibu berkenan dengan kehadiran Tisha sebagai pekerja baru di sini!" ucap Tisha.
Bi Aning mengangguk sembari tersenyum.
"Tisha, tapi kamu hanya beberapa hari saja di sini. Tempatmu adalah berada di sisi Tuan Nizar karena tugasmu adalah menjaga Tuan Muda. Tuan Nizar tidak pernah membiarkan anaknya berjauhan dengannya!" jelas Andre.
Tisha menatap Andre dengan bingung.
"Tuan Nizar tidak suka tinggal di tempat mewah dengan pelayan yang segini banyaknya. Dia suka ketenangan dan keheningan. Semua yang ada di sini atas perintah Nyonya Mila. Ibunya Tuan Nizar. Sedangkan Tuan Nizar sendiri lebih suka tinggal di apartemen!" lanjut Andre.
"Besok Tuan Zayid dan Nyonya Mila akan berkunjung ke mari. Katanya penasaran dengan pengasuh baru Tuan Muda!"
Tisha terkesiap. Artinya besok orang yang ingin ditemui oleh Tuan Zayid dan Nyonya Mila adalah dirinya. Siap tidak siap memang harus siap. Bagaimana pun Tisha memang bekerja. Semesta menakdirkannya bekerja di keluar kaya seperti ini. Tisha merasa dirinya bak berada di istana.
"Saya pamit, Tisha. Selanjutnya ada Bi Aning yang akan membantu kamu!" pamit Andre.
"Terima kasih, Pak Andre!" ucap Tisha.
Setelah kepergian Andre, rasanya kosong dan dingin menyelimuti Tisha. Dia merasa sendiri di tengah megahnya istana tempat ia berdiri saat ini.
"Non Tisha, mari bibi antarkan ke kamar!" ajak Bi Aning dengan hangat.
Tisha mengikuti Bi Aning yang berjalan menuju lantai dua.
"Rumah semegah ini memang memerlukan pelayan yang banyak. Banyangkan saja apa tidak lelah membersihkannya?" batin Tisha.
Setelah mereka masuk ke dalam kamar, "Ini kamar Non Tisha jika berada di rumah ini!"
Tisha tidak dapat menyembunyikan kekagumannya akan keindahan kamar ini.
"Tepat di samping kamar Non Tisha, itu adalah kamar Tuan Muda. Tuan Nizar memang mendesain agar kamar pengasuh Tuan Muda berada tepat disamping kamar Tuan Muda. Tujuannya adalah agar lebih mudah segalanya!"
Tisha cukup paham sampai di sini. Kamar Cean barusan tertutup pintunya.
Setelah menjelaskan hal-hal apa yang memang perlu dijelaskan, Bi Aning pergi meninggalkan Tisha sendirian di dalam kamar tersebut.
Tisha mulai menjelajahi kamar yang katanya akan menjadi kamarnya jika berada di rumah ini.
Tisha membuka almari yang kata Bu Aning sudah ada banyak baju untuk Tisha.
"Wah," Tisha merasa kagum dengan baju yang jumlahnya cukup banyak.
Bajunya memang tidak begitu mewah dalam segi desain. Akan tetapi tampak simple, sopan, dan mahal.
"Ibu pasti seneng kalau tahu Tisha kerja di tempat bagus seperti ini!" gumam Tisha dengan mata berkaca-kaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Yani
Semangat kerjanya Tisha
2024-05-13
0
Fadhil
sabar sa , kerja yang bagus agar cean tambah senang
2024-04-29
1
Praised94
terima kasih......
2024-04-09
0