"Yeay, sekarang di sini Cean punya teman!" seru Cean karena senang kembali ke apartemen bersama Tisha.
"Jadi, di sini kita akan tinggal bersama siapa saja, Pak?" tanya Tisha dengan nekat karena dia wajib bertanya ada siapa saja di apartemen yang cukup besar ukurannya.
"Andre, jelaskan!" Bukannya menjawab pertanyaan Tisha, justru Nizar melempar pertanyaan Tisha kepada Andre.
Baiklah, tidak masalah bagi Tisha. Nizar memang selalu menganggapnya musuh. Mungkin selamanya akan menganggapnya musuh.
"Hanya Tuan Nizar, Tuan Muda, dan kamu Tisha!" jawab Andre.
Hal ini berhasil membuat Tisha melotot dan mulutnya menganga. Hanya bertiga?
"Akan ada dua pelayanan yang datang setiap harinya untuk membersihkan apartemen ini. Mereka datang setiap pagi dan disaat-saat tertentu jika Tuan Nizar meminta untuk membersihkan apartemennya!" lanjut Andre.
"Jadi, kedepannya, hanya kalian bertiga yang menetap di apartemen ini!" sambung Andre.
Karena posisi Andre berdekatan dengan Tisha, "Apa tidak mengerikan hanya tinggal bertiga seperti ini?" bisik Tisha kepada Andre.
Walaupun Tisha berbisik, tapi Nizar masih bisa mendengarnya. Nizar memutar bola matanya malas. Apa yang akan ia lakukan kepada Tisha? Ingin menghamilinya? Hal itu tidak mungkin terjadi jika Nizar sedang waras dan tidak kebablasan.
Tisha bergidik ngerti membayangkan satu atap dengan duda 35 tahun yang masih sehat, segar, dan bugar seperti Nizar.
Memang betul ada Cean. Akan tetapi anak sekecil itu paham apa tentang hal semacam ini.
Tisha menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin berpikir terlalu jauh. Tentu saja hal buruk seperti yang ia bayangkan tidak mungkin terjadi. Lagi pula Tisha juga tidak cukup menarik jika harus diapa-apakan oleh Nizar.
"Baiklah, Pak Nizar dan Pak Andre!" jawab Tisha sembari tersenyum.
Nizar tidak berkata apapun dan langsung berlalu pergi saat handphone nya berdering.
"Mari, saya antar kamu ke kamarmu, Tisha!"
"Maaf, kalau lebih kecil dari kamarmu yang ada di rumah kemarin!" ucap Andre setelah mereka sampai di kamar baru yang ada di apartemen.
Kasur Tisha berada di lantai. Di kamar itu ada satu meja, satu almari yang tidak begitu besar, dan kamar mandi yang kecil.
Tisha tersenyum. "Ini sangat bagus bagi saya, Pak!" jawab Tisha.
Cean yang sedari tadi selalu mengekor di belakang Tisha berkata, "Kak Tisha boleh kok tidur di kamar Cean!"
Tisha tersenyum sembari mengusap dengan lembut kepala Cean. Anak kecil sudah berlagak seperti pahlawan bagi Tisha.
Setelah kepergian Andre.
"Memang tidak sebagus kamar yang kemarin, tapi ini jauh lebih bagus jika dibandingkan kamarku di rumah!" batin Tisha.
"Kamarnya ada AC nya dan punya kamar mandi sendiri. Bagus banget!" batin Tisha.
"Cean boleh bobo di sini kan, Kak?" tanya Cean dengan menggemaskan.
"Boleh dong, sayang. Cean boleh bobo di sini kapan pun Cean mau!"
"Cean!" panggil Nizar yang sudah berdiri di pinggir pintu.
"Ayo, makan. Papi sudah membelikan makanan favorit kamu!" lanjutnya.
Cean tersenyum. Dia sangat lapar.
"Kak Tisha makan juga kan, Pi?" tanya Cean.
Nizar hanya mengangguk tanpa menjawab apapun. Lalu, ia mengangguk pergi.
Saat mereka berada di depan ruang tv. Pemandangan yang begitu harmonis bagi mereka yang tidak tahu bagaimana sikap Nizar yang sebenarnya kepada Tisha.
"Makan saja, aku tidak ingin kamu mati di tempatku!" celetuk Nizar sambil tetap fokus dengan makanannya.
Tisha yang sejak tadi hanya mengamati Cean makan langsung tersadar. Ia menatap Nizar karena sadar dirinya lah yang tengah disindir oleh Nizar.
Nasi di depan Tisha masih utuh.
"Banyak wanita di luar sana yang ingin makan semeja denganku. Apalagi lengkap dengan anakku juga. Kamu sudah punya kesempatan seharusnya bersyukur!" seru Nizar sambil tersenyum menebar pesona.
"Dasar som----," Tisha langsung mengehentikan ucapannya saat tersadar dirinya keceplosan.
'Gawat, kebablasan!' batin Tisha sambil menutup mulutnya sendiri.
Nizar langsung menatap Tisha dengan tajam.
Tisha tersenyum nyengir sambil menampakkan deretan giginya seperti orang yang tidak berdosa. Dia langsung makan ayam bakar dan nasi yang ada di depannya dengan lahap.
"Em, enak!" gumam Tisha sembari mengunyah.
Dia takut Nizar marah gara-gara dirinya hampir saja keceplosan mengatakan bahwa Nizar sombong. Jadi, lebih baik dia mengalihkan perhatian dengan makan.
Cean terkikik sambil menutup mulutnya melihat hal ini.
*****
"Om Diki jangan dekat-dekat dengan Kak Tisha!" seru Cean karena Diki berjalan dekat di samping Tisha.
Cean langsung mengubah posisinya berada di antara Diki dan Tisha saat berjalan. Cean juga memberi lirikan maut dan aura permusuhan kepada Diki. Cean juga langsung menggandeng tangan Tisha.
Mereka pergi ke mall untuk membeli peralatan sekolah untuk Cean yang dua hari lagi sudah mengakhiri masa liburan sekolahnya.
Biasanya Nizar yang selalu mengantar Cean untuk membeli peralatan sekolah. Apapun itu selalu bersama papinya. Definisi anak duda banget.
Nizar sengaja membiarkan Cean pergi membeli peralatan sekolah bersama Tisha, Diki, dan seorang bodyguard. Selain kerena Nizar memang ada meeting di kantor, dia juga ingin menguji kemampuan Tisha.
Sesampainya di toko peralatan sekolah yang biasanya Cean datangi, Tisha merasa terkejut saat pegawai tokonya sudah terlihat akrab dengan Cean. Mereka menyapa Cean dan bersikap manis sekali kepada Cean.
Tisha tersenyum menikmati setiap pengalamannya dalam menjadi pengasuh bagi Cean.
"Kak, Cean mau ini!" tunjuk Cean mengarah kepada mobil-mobilan kecil berwarna merah yang harganya jutaan rupiah.
Tisha melongok saat melihat harganya.
'Kecil begitu harganya jutaan rupiah!' batin Tisha dengan syok.
Sengaja ia berbicara dalam hati saja, takutnya jika secara langsung nanti dibilang katrok. Ya, walaupun aslinya memang katrok. Sangat katrok.
Menyentuhnya pun Tisha tidak berani. Takut saat disentuh mainannya rusak. Lalu, mau tidak mau harus membelinya.
"Cean, kita kan mau beli peralatan sekolah!" ujar Tisha mencoba mengingatkan tujuan mereka datang kemari.
"Iya, tapi beli ini juga!" sahut Cean.
Tisha melirik kepada Diki dan seorang bodyguard yang sedari tadi hanya mengekori mereka tanpa berniat membantu Tisha untuk merayu Cean agar tidak meminta mainan itu lagi.
'Hah, dasar kalian nggak guna!' batin Tisha dengan kesal sambil menyumpahi Diki dan bodyguard lainnya.
Seharusnya mereka lebih berpengalaman tentang Cean. Tetapi saat dibutuhkan justru hanya diam seperti patung. Minimal membantu Tisha untuk membujuk Cean agar tidak membeli mainan itu.
"Tapi sekarang kita fokus beli peralatan sekolah dulu, ya!" ajak Tisha. Siapa tahu setelah membeli peralatan sekolah, Cean jadi lupa dengan mobil-mobilan itu.
Cean cemberut dan tak menjawab apapun.
Tisha menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Baiklah, Tisha akui jika dia memang tidak punya pengalaman menjadi pengasuh. Mengasuh anak saudara atau tetangga pun jarang. Sedangkan mengasuh adiknya saat kecil pun justru mereka malah bertengkar.
Tetapi, kali ini Tisha akan membuktikan jika dia bisa menjadi pengasuh yang bijaksana dan baik untuk Cean. Tisha akan menjadi ibu peri yang baik untuk Cean.
Ibu peri Tisha tersenyum kepada anak perinya. Lalu berkata, "Mobil-mobilan Cean kan udah banyak. Kak Tisha lihat loh tadi di apartemen. Mana bagus-bagus semua lagi. Kece parah pokonya!"
Cean tersenyum lebar. "Itu Papi yang membelikan. Em, Oma dan Opa juga, Auntie Serry juga!"
Tisha tersenyum sambil memberikan jempol.
"Tapi Cean belum punya yang warna merah, Kak!" sambung Cean sambil cemberut.
Tisha langsung pura-pura mengingat. "Masa sih nggak punya yang warna merah?"
Cean mengangguk dengan mantap. "Beli ya, Kak. Satu saja!" pinta Cean dengan memelas.
Tisha membuang napasnya dalam. Kalau begini dirinya hanya bisa pasrah.
"Baiklah, satu saja ya!" ucap Tisha.
Cean tampak sumringah. "Yes, punya mobil baru!" soraknya.
Sebenarnya tadi Nizar berpesan tidak masalah jika Cean ingin membeli mainan baru.
Pikir Tisha mainannya tidak semahal ini. Ternyata, harganya membuat Tisha senam jantung. Ya, walaupun membayarnya menggunakan kartu kredit papinya Cean. Namun, tetap saja jiwa miskin Tisha meronta-ronta.
Setelah menuruti keinginan anak peri kesayangan ibu peri Tisha, akhirnya mereka melanjutkan untuk membeli peralatan sekolah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Fadhil
sabar sa anak sultan sa /Grin//Grin/
2024-04-30
1
Praised94
terima kasih
2024-04-09
0
Nata liya kolo Nataliya
bgtl tdk usah kaget
2024-03-10
3