Chapter 19

Semalaman penuh Nara memikirkan ucapan Albi, ia tak bisa tidur karena berperang dengan hatinya sendiri. Satu sisi mengatakan mana mungkin bisa berperan baik, ia khawatir ketahuan. Tapi di sisi lain ia ingin mencoba, mengambil kesempatan yang ada. 

Nara memberanikan diri mengirim pesan, bertanya kapankan suaminya itu akan pulang, tak diduga Ilyas mengatakan bahwa ia akan segera pulang. Nara segera merapikan rumah dan memasak makanan kesukaan Ilyas. Lantas pergi mandi dan berdandan cantik untuk menyambut kedatangan suaminya. 

Tak lama kemudian, mobil Ilyas datang. Nara segera berlari keluar rumah untuk menyambut sang suami. Wajahnya cerah dan terus menyunggingkan senyum manis, membuat Ilyas sedikit bingung saat melihatnya. 

“Kamu kenapa Nar? baru dapat arisan kamu?” tanya Ilyas begitu memasuki rumahnya. 

“Ah Abang, Nara cuma bahagia Abang sudah pulang,” jawabnya. 

“Kemarin saja kamu masih cemberut, sekarang sudah senyum-senyum begini. Mana kamu cantik banget Nar, jarang-jarang Abang lihat kamu kayak gini? kamu mau goda Abang ya? kamu kangen ya?” 

Dalam hati Nara menjerit, memaki Ilyas. Tapi bibirnya hanya bisa tersenyum malu. Ia berjalan mendekati suaminya, memeluk tubuh sang suami dengan mesra. 

“Memangnya, Nara nggak boleh kangen suami Nara sendiri ya Bang?” tanya Nara dengan suara manja. 

“Ya tentu boleh dong. Nar, kamu bikin abang pengen deh,” ucap Ilyas, “kamu tanggung jawab loh Nar,” imbuhnya lagi. 

“Nggak masalah, tapi Abang mandi dulu gih. Ganti bajunya juga, Abang bau,” jawab Nara. 

“Tapi, kamu bilang kemarin lagi datang bulan Nar,” ucap Ilyas. 

Nara terkekeh pelan, “maafin ya Bang, Nara cuma agak kesel aja kemarin Bang, ya biasalah cewek itu mood nya berantakan, udah sana cepat mandi. Nara tunggu dikamar ya Bang, jangan lama-lama.” Nara mengedipkan mata genit pada suaminya. Ia lantas berjalan berlenggak lenggok di depan sang suami. 

Ilyas segera berlari menuju kamar mandi, Nara yang lupa menutup pintu segera berlari keluar, saat tangannya hendak mendorong pintu kayu rumahnya, ia melihat Jumi yang baru saja datang mengendarai motornya. Gadis itu melirik tajam pada Nara, bahkan bibirnya cemberut sepanjang lima meter. 

Nara sangat puas menyaksikan perempuan itu yang tengah marah. Mungkin tadi Ilyas meninggalkannya begitu saja saat Nara bertanya kapan ia akan pulang. Dari kejadian ini Nara tahu, Ilyas masih lebih memilihnya ketimbang Juminten, hanya saja perselingkuhan tetap tak ada ampun, Nara tak berniat kembali pada Ilyas, ia hanya ingin segera terlepas dari lelaki itu.

Setelah mengunci pintu, Nara segera berlari ke dalam kamar. Berpose di atas ranjang tidur mereka. Saat Ilyas datang lelaki itu telah bersiap dengan hanya mengenakan handuk di bagian inti saja. Bagian atas tubuhnya polos sempurna. 

“Kamu siap Nar?” tanya Ilyas bersiap hendak melompat keatas ranjang. 

Nara tersenyum kaku, sebenarnya ia jijik pada Ilyas setiap kali mengingat tubuh itu telah keluar masuk tubuh Jumi. Tapi demi sebuah bukti, ia akan berbakti pada suaminya untuk yang terakhir kalinya. Nara menyambut kedatangan sang suami, dan keduanya pun larut dalam hubungan panas suami istri. 

***

Nara memandang suaminya yang tampak kelelahan diatas ranjang, wajah suaminya tampak sangat damai. Ada rasa iba dihati Nara, bagaimanapun Ilyas pernah sangat dicintainya, bahkan mungkin hingga detik ini rasa cinta itu masih tersisa. Terbukti dari tetes air mata Nara yang mulai membasahi pipi. 

Wanita itu menghapus air matanya, dadanya terasa sesak. Impian bahagia bersama sang suami hingga masa tua pupus sudah. Untungnya mereka belum punya anak, andaikan terjadi perpisahan tak ada yang memberatkannya. 

Ilyas tertidur sangat pulas, lelaki itu sepertinya sangat kelelahan. Bagaimana tidak, di hotel mungkin sudah melakukan berkali-kali dengan Juminten, dan kemudian harus segera pulang saat Nara bertanya kapan ia akan datang. Dan sesampainya di rumah, Ilyas kembali bercinta dengan ganas bersamanya. 

Ponsel Ilyas berkali-kali menyala. Tak ada nada ataupun getaran, hanya lampu yang berkedip-kedip tanda ada pesan baru yang masuk. Nara merasa mungkin ini yang ditunggunya. Diraihnya ponsel diatas nakas itu, meraih tangan sang suami yang sedari tadi dimainkannya, setelah berhasil membuka kunci layar dengan sidik jari sang suami, Nara segera berseluncur di aplikasi chatting sejuta umat. 

Disana, pesan dari kontak bernama petugas ledeng mengiriminya banyak pesan baru. Nara ingin sekali tertawa, karena Juminten dianggap sebagai petugas ledeng oleh suaminya. Saat pesan terbuka, Nara sungguh terkejut. Jumi banyak sekali mengirim gambar dirinya dengan pose pose seksi yang menggoda. 

Mengatakan jika ia rindu malam-malam mereka bersama, bahkan ada satu foto yang menampilkan dada dan bagian inti perempuan itu. Nara banyak-banyak beristighfar, ia segera menyimpan bukti-bukti yang diperlukannya. Lantas menghapus isi pesan Jumi dari ponsel suaminya. 

Tangan Nara masih bergetar hebat, ia letakkan kembali ponsel Ilyas diatas nakas. Memandang wajah sang suami, tapi kini rasanya sangat berbeda, tak ada lagi iba, tak ada lagi cinta. Hanya kebencian yang bercokol kuat dalam hati, bahkan mungkin telah beranak pinak disana. 

Terpopuler

Comments

Mimik Pribadi

Mimik Pribadi

Sdkt demi sdkt bukti itu bisa kamu kumpulkan Nara,tnggl tunggu wkt dan jam yng tepat saja utk menguak perselingkuhan suamimu dngn keponakan pa Lurah

2024-04-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!