Chapter 15

Pagi ini seperti biasa Nara duduk di depan rumah, selepas sarapan bersama Ilyas tadi, dan lelaki itu berpamitan pergi ke rumah Bawon, teman sekolahnya dulu yang juga suami Neneng. Sebenarnya Ilyas mengajaknya, tapi Nara menolak, ia ingin bersantai di rumah saja. 

Di sawah mbah Siti hanya nampak Madun dan Hadi, nenek baik hati itu tak terlihat di sana. Madun tersenyum menyapanya, Nara membalas sapaannya dengan senyuman juga. 

Beberapa orang yang tak dikenal Nara berjalan menuju rumahnya bersama seorang polisi di sampingnya, itu polisi yang beberapa hari lalu ditegur atasannya karena idenya mencari kakek Qosim dan mbok Nah di dalam hutan. Padahal Nara pun juga berpikir sama dengan polisi itu. 

“Permisi mbak Nara, maaf kami mau pasang CCTV di depan rumah mbak ya,” ucap Dhofir, Nara bahkan tak menyadari jika lelaki itu ada bersama rombongan. 

“Ah, iya kang. Mari silahkan saja,” jawab Nara. Polisi muda itu ikut tersenyum menatapnya. 

Nara segera masuk ke dalam rumah, ia berniat hendak membuatkan teh hangat untuk mereka. Sudah menjadi kebiasaan warga desa, jika ada yang sedang bekerja untuk kepentingan desa maka warga akan berlomba untuk sekedar memberikan cemilan dan minuman gratis bagi mereka. 

Teh telah siap, Nara juga menghidangkan keripik sukun yang baru dibuatnya beberapa hari yang lalu. Ia membawa hidangan itu menuju teras rumah. 

“Pak, istirahat dulu. Ini ada teh hangat dan sedikit cemilan desa. Mari pak dicicipi dulu,” tawarnya pada para lelaki di depan rumahnya. Dara yang kebetulan mengetahui para pekerja pemasang cctv di depan rumah Nara segera ikut bergabung. 

“Ada apa ini Ra?” tanya Dara. 

“Lagi pasang cctv mbak Dara,” jawab Nara santai. 

“Nah gitu dong dari dulu, kalau kayak gini kan enak siapapun yang mau berbuat jahat akan tertangkap kamera,” jawab Dara, meraih keripik sukun dan mulai mencicipinya, “suamimu mana Nar?” tanya Dara lagi. 

“Ke rumah mas Bawon mbak, tadi aku diajak sih. Tapi lagi males, pengen dirumah saja,” jawab Nara. 

“Nara, suami kamu kan jarang dirumah ya, kamu nggak adakah rasa takut kalau dia berselingkuh?” 

Nara sedikit terkejut, tapi ia segera menetralkan raut wajahnya, “kenapa mbak Dara tanya seperti itu?” 

“Ah, nggak apa-apa,” jawabnya. Dara tak jadi melanjutkan ucapannya, saat polisi muda yang ia kagumi kemarin berjalan ke arah mereka, “Ra, lihatlah itu.” 

“Permisi, boleh saya bergabung?” tanya polisi itu. 

“Boleh boleh pak, silahkan saja,” jawab Dara bersemangat. 

Polisi itu tersenyum dan berkata, “perkenalkan nama saya Albi, kalian?” 

“Saya Dara pak Albi, dan ini Nara.” Dara menyodorkan tangannya dan bersalaman dengan polisi muda itu, “pak, bapak sudah menikah belum?” tanya Dara lagi. 

Albi menunduk dan tersenyum, “belum mbak,” jawabnya. 

“Masya Allah masih jejaka ting ting Nar,” jawab Dara berbisik di samping telinga Nara, tapi suaranya mampu didengar oleh Albi. Lelaki itu tak mampu menahan tawanya. 

“Kalau mbak Nara, sudah menikah kah?” tanya Albi.  

“Alhamdulillah sudah pak,” jawab Nara, melempar senyum dan mengangguk. Albi terlihat sedikit terkejut, namun ia segera menetralkan raut wajahnya. 

“Saya kira belum loh, mbak Nara masih terlihat sangat muda. Seperti masih remaja,” jawabnya. 

“Ah, itu karena saya pendek pak,” jawab Nara malu-malu, ia merasa sedikit tidak nyaman sebab Albi yang terus menatapnya, “ada apa pak? apa ada yang salah dengan penampilan saya?” tanya Nara lagi. 

“Ah, tidak mbak Nara. Hanya saja mbak Nara sangat cantik. Apa mbak sudah punya anak?” 

“Belum pak, belum dipercaya untuk punya anak.” Nara kembali mengangguk, “mari pak silahkan diminum tehnya, keripik sukunnya juga boleh dicicipi.” 

Albi mencoba keripik sukun di dalam toples, ia tersenyum dan menganggukkan kepala beberapa kali. Melihat ia terus mengambil keripik tersebut, Nara yakin polisi itu menyukai keripik buatannya. 

“Ini enak sekali, buat sendiri kah mbak?” tanya Albi lagi. 

“Itu Nara buat sendiri pak, wanita ini selain cantik juga pandai bebikinan. Pandai memasak juga, dijamin yang jadi suaminya perut terjamin kenyang,” jawab Dara. 

“Wah, sayangnya itu bukan saya ya,” jawab Albi. Nara jadi salah tingkah karena ucapan lelaki tampan itu, dalam hatinya tak memungkiri bahwa Albi masih sangat muda dan tampan, mungkin usianya masih di bawah Nara. 

“Lah kalau Nara nggak punya suami bapak mau?” tanya Dara. 

“Hus, mbak Dara apaan sih?” Nara menyiku lengan wanita disebelahnya, lantas kembali menatap Albi yang tersenyum memandangnya, “maaf ya pak, mbak Dara memang suka bercanda. Jangan dimasukkan ke hati ya pak, orang sekeren bapak mah bisa cari wanita model kayak apapun, sekelas Luna maya juga nggak bakal nolak,” kelakar Nara membuat pipi Albi bersemu merah. 

Terpopuler

Comments

Lina Suwanti

Lina Suwanti

ternyata benar Ilyas selingkuh sm Jumi,,dah Nara buang aja sampah ke tempatnya ga usah ragu....ada pak polisi ganteng msh bujang pula yg naksir sm Nara

2024-05-10

0

Mimik Pribadi

Mimik Pribadi

Cieee,,,,ada yng nunggu jandamu lho Nara,daripada sm Ilyas suami kucing garongmu yng suka clamitan mkn ikan tetangga mending sm pak Polisi Nar

2024-04-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!