Chapter 4

Kabar tentang hilangnya kakek Qosim sudah menyebar hingga sampai desa sebelah. Para warga menduga-duga bahwa Kakek Qosim mungkin tertangkap para rentenir, dan kini sedang dibawa untuk menjadi jaminan hutang Danu. Ijah dan Niam putra kandung sang kakek sudah mencoba melaporkan hilangnya bapak mereka pada pak Wignyo, kepala desa Jagori. Berharap mereka bisa dibantu mencari keberadaan bapak mereka. 

Danu sendiri tak ada kabar, kakaknya Niam sudah berkali-kali menghubungi ponsel lelaki itu, namun tak pernah ada dijawab. Bahkan kini nomor kakaknya telah di blokir. Para warga merasa sangat simpati pada nasib kakek baik hati itu, mereka tulus mendoakan agar kakek Qosim segera ditemukan secepatnya. 

Siang itu Nara sendirian dirumah, beberapa hari sejak kedatangan Ilyas waktu itu, sang suami tak lama di rumah. Hanya menginap semalam sebelum akhirnya berpamitan kembali bekerja. Nara tentu tak bisa mencegah meski hatinya merasa berat, dan kini ia kembali sendiri, menyapu halaman rumah, membersihkan daun-daun kersen yang rontok dan berserakan di depan rumah. 

“Kemana mbok?” Nara menyapa mbok Nah yang lewat di depannya. 

“Ini lo Ra, dari sawah Yu Siti, minta belimbing wuluh rencana buat sambal nanti sore.” 

“Loh di sawah mbah Siti ada pohon belimbing wuluhnya mbok?” tanya Nara. 

“Ada, dipojok yang dekat hutan itu, buahnya lebat. Kalau kamu mau minta saja, kebetulan mbah Siti ada di sana sama mbah Mus,” ucap Mbok Nah lagi. 

“Ah iya mbok, Nara nggak terlalu suka yang asem-asem. Eh mbok itu kambing siapa mbok?” Nara menunjuk arah hutan di sebelah rumahnya. 

“Mana to Ra?” 

“Itu loh mbok, bulunya kotor sekali.” 

“Oh itu, kambingnya kang Qosim, sudah dari kemarin kambing itu berkeliaran disini, Ijah sama Niam kok belum diambil juga ya kambing bapaknya ini, padahal kemarin sudah minta tolong Dhofir untuk sampaikan pada mereka,” kata mbok Nah lagi. 

Nara merasa heran, kambing Kakek Qosim kembali, sedangkan pemiliknya belum juga ditemukan. Kemana sebenarnya kakek Qosim? apa benar kakek ditangkap padahal ada kambing yang bisa digunakan untuk melunasi hutang? atau kakek kabur? mungkinkah itu mengingat kakek Qosim sangat menyayangi kambingnya. 

“Ya sudah nduk, aku mau pulang dulu. Aku nggak tega sama kang Qosim, kambingnya kembali kok pemiliknya belum ada kabar,” gumam mbok Nah seraya berlalu meninggalkan Nara sendiri di depan rumahnya. 

***

Sore harinya, Nara tengah merapikan lemari pakaian, ia baru saja selesai menyetrika saat Ilyas tiba-tiba datang tanpa pemberitahuan. Kini lelaki itu tengah memainkan ponsel diatas ranjang, sesekali tersenyum menatap layar ponsel, Nara merasa aneh dengan sikap suaminya itu. 

“Lihat apa sih Bang, senyum-senyum sendiri,” tegur Nara. 

“Apa sih kamu, jangan biasain kepo Nar. Kamu dulu nggak suka warga desa yang gampang kepo sama urusan orang lain, lah lama-lama Abang perhatikan kamu jadi kayak mereka,” protes Ilyas. 

“Ya nggak lah Bang, orang keponya sama suami sendiri kok. Ya nggak apa-apa lah itu, sama kayak misalkan Nara ngapain terus Abang penasaran. Kan nggak salah orang sama pasangan sendiri.” Nara membela diri dengan jawaban yang panjang lebar. 

“Ya sudahlah, Nara mau cuci baju Abang. Abang nggak asyik akhir-akhir ini, mana udah cuek banget, taulah.” Nara berjalan cepat menuju tempat baju kotor, meraih kemeja berwarna putih milik Ilyas yang baru saja dipakai oleh suaminya. Lantas berjalan cepat keluar kamar. 

Nara merasa aneh, sebab ia mencium aroma wangi yang asing baginya. Mencoba mengendus-endus daerah sekitar, aroma wangi itu ternyata berasal dari kemeja sang suami. 

“Hmm? sejak kapan Abang ganti parfum?” gumamnya, merasa heran sebab parfum mereka selalu sama sejak masa pacaran dulu. Nara mencoba mendekatkan kemeja pada hidungnya, aroma parfum tercium kuat, cenderung manis. Berbeda dengan aroma favorit Nara yang cenderung segar. 

“Kok kayak parfum wanita sih?” lirihnya. Seketika bayangan Ilyas bersama wanita lain hadir dalam pikiran. Nara segera mengenyahkan pikiran buruk itu, menggelengkan kepala seraya berkata, “tidak mungkin Abang menghianatiku, mungkin ia hanya ganti parfum karena bosan,” ucapnya lagi. 

Kembali menatap ke arah kamar saat sang suami memanggil namanya, “Nar, Nara tolong ambilkan minum buat Abang Nar,” perintah Ilyas. 

“Iya Bang, sebentar,” jerit Nara, berlalu menuju ruang tamu dimana kopi Ilyas berada. Wanita itu membawa kopi menuju kamar, dimana suaminya masih betah menatap layar ponselnya, “awas loh Bang, hati-hati kalau minum kopi di kamar, jangan sampai bikin sprei kotor, Nara capek cucinya.” 

“Kamu ini cerewet sekali Nar, suami baru pulang juga diomel-omelin,” protes Ilyas melirik sang istri sejenak, sebelum akhirnya kembali fokus pada layar ponselnya lagi. 

“Eh bang.” Nara menghentikan ucapannya hendak mempertanyakan tentang aroma parfum sang suami. Melihat wajah Ilyas mulai kesal ia takut lelaki itu akan semakin murka. 

“Apa lagi Nara? ucapnya. 

“Nggak jadi deh Bang, lanjutin aja. Nara mau cuci baju Abang dulu. Mumpung di luar masih panas nanti bisa Abang bawa lagi kalau ada panggilan mendadak.” Nara melempar senyum, berjalan meninggalkan suaminya. 

Pikiran buruk menghantui Nara, ia benar-benar khawatir jika suaminyA sampai berselingkuh di belakangnya. Mengingat Ilyas jarang sekali ada di rumah, dan buruknya lelaki itu sering menolak keinginan Nara untuk ikut ke tempat kerja. Hingga sampai berapa bulan mereka tinggal di desa ini, Nara belum pernah tahu seperti apa tempat kerja dan tempat tinggal suaminya di kota sebelah. 

Nara melanjutkan aktivitasnya, mencari-cari dalam saku kemeja mungkin ada barang milik suaminya yang penting. Khawatir jika ikut tercuci dan rusak. Namun, tangannya tiba-tiba berhenti bergerak, matanya membola dan nafasnya memburu. Bahkan bibir mulai bergetar bersamaan dengan tangan yang reflek melempar kemeja ke lantai. “Aaah!!!” jeritnya terengah-engah, tak percaya pada apa yang dilihat matanya.

Terpopuler

Comments

kang'3ncum 🥰

kang'3ncum 🥰

Nara lihat apa 👀

2024-05-02

1

Mimik Pribadi

Mimik Pribadi

Yng tiap mlm gotong mayat kira2 penganut pesugihankah???
jngn2 mlh justru Ilyas sendiri pelaku nya 😁😁

2024-04-05

1

Ima Diah

Ima Diah

lihat apa sih,, Nara 🙄🙄🙄

2024-03-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!