Chapter 18

Kini keduanya telah berada dalam rumah makan langganan Nara, rumah makan padang yang selalu menjadi andalannya dulu saat masih berpacaran dengan Ilyas. Nara ingin menghapus segala kenangan dengan suaminya itu dengan acara membuat kenangan baru dengan orang lain. Meski itu adalah Dara bukan orang baru yang mungkin bisa mengisi hatinya. 

“Nar, makanan disini enak ya. Mas Qomar belum pernah ajak aku ke tempat seperti ini, mentok warung baksonya si ujang di desa sebelah,” ujarnya membuat Nara tersenyum geli. 

Keduanya mulai menikmati hidangan di meja makan mereka, Dara tampak sangat lahap. Sedangkan Nara hanya bisa makan beberapa suap saja, tak dapat dipungkiri ia tiba-tiba saja tak nafsu makan, mengingat suaminya mungkin sedang enak-enak dengan wanita seseksi Jumi. 

“Loh kalian? mbak Dara sama mbak Nara kan?” tanya seorang lelaki yang kini duduk di sebelah kursi mereka. 

Nara dan Dara tampak lupa-lupa ingat, namun pada akhirnya Dara yang lebih dulu mengingatnya, “pak Albi kan?” tanya Dara sumringah. 

Albi mengangguk senang, tak menyangka akan berjumpa mereka berdua di tempat ini. “Panggil Albi saja mbak, saya sedang tidak bertugas,” ucapnya kemudian. 

Nara pangling melihat lelaki itu, dia yang biasanya mengenakan pakaian polisi saat datang ke desa kini hanya memakai kaos dan celana jeans saja. Nara hanya tersenyum, lantas ikut menjabat tangan Albi. 

“Sedang ada acara apa ini disini?” tanya Albi, berpindah duduk di bangku yang sama, tepat di depan Nara. 

Dara tersenyum-senyum, tampak mencurigakan di mata Nara. Wanita itu segera memegang pundak Dara dan berbisik, “mbak, jangan bilang mau cerita masalah ini ke pak Albi,” tanya Nara. 

“Ra, kita diposisi sulit.Tapi kita tak mungkin pulang dengan tangan kosong, setidaknya mari kita dengarkan solusi cerdas dari seorang polisi.” Dara balik berbisik di telinga Nara. 

“Mbak…” Nara merengek, merasa malu jika harus menceritakan masalah keluarganya pada orang lain yang baru dikenalnya. 

“Sudah diamlah,” jawab Dara. 

“Begini Albi, kamu ingat saat warga desa heboh karena melihat pasangan yang sedang berzina di hutan?” tanya Dara membuka cerita. Albi hanya mengangguk. 

“Sebenarnya aku dan suami melihat wajahnya, hanya saja kami sepakat untuk menutupi karena kami tak punya bukti. Apalagi pelakunya masih kerabat orang yang berpengaruh di desa, kami tak bisa gegabah.” 

“Maksud mbak siapa orang ini?” tanya Albi serius. 

“Dia suami Nara, dan Juminten keponakan pak Kades Wignyo,” jawab Dara, Nara hanya bisa diam menunduk, ia tahu Albi tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit ia artikan maksudnya, maka dari itu ia segera memilih untuk menunduk saja. 

“Kami datang ke kota untuk mencari bukti, karena sekarang Ilyas dan Jumi sedang menginap di hotel Green, tapi kami tidak bisa masuk. Kamu pasti tahu kan alasannya? menurutmu, kami harus bagaimana Albi? kasihan Nara.” Dara memancing lelaki di depannya, jika pemikirannya benar, maka Albi tak akan tinggal diam, Dara melihat adanya sinyal-sinyal ketertarikan dari Albi pada Nara sejak mereka berbincang beberapa waktu lalu saat pemasangan cctv. 

Albi tampak berpikir keras, lantas kembali menatap wajah Nara, ia pun berkata, “sebelumnya, saya cukup prihatin dengan kejadian yang menimpa mbak Nara, tapi mbak Nara tak perlu malu ataupun bingung. Saya akan membantu semampu saya. Pertama mari kita susun strategi.”

“Strategi apa itu Albi?” tanya Dara mewakili wanita disampingnya yang tetap memilih diam. 

“Mbak Nara harus bisa menjauhkan Juminten dari suami mbak?” ucap Albi. 

“Kenapa begitu?” tanya Nara yang akhirnya ikut penasaran. 

“Biasanya, wanita yang jatuh cinta itu cenderung tak mampu menahan rindu dan marah jika kekasihnya tak memperdulikannya. Jadi, mbak Nara buat mas Ilyas hanya fokus pada mbak?” 

“Caranya bagaimana Albi?” tanya Dara yang sudah tidak sabar mengetahui cara membuat lelaki fokus pada wanita. 

“Mbak Nara harus bersikap baik, lemah lembut. Hujani dia dengan cinta. Siapkan makanan yang disukainya, pijit dia kalau capek dan lain-lain. Pokoknya layani dia sebaik mungkin, cegah dia untuk mengingat selingkuhannya. Apa yang mas Ilyas dapat dari Juminten berikan dari diri mbak Nara. Nanti, akan datang masanya Juminten gelisah, dan akan mati-matian mencari cara untuk bisa berhubungan dengan mas Ilyas lagi. Disaat itulah mbak Nara bisa menangkapnya.” 

Dara mengangguk mengerti. “Dengar itu Nar, jangan kamu menjauh dan cuek. Yang ada suamimu makin klepek-klepek sama Jumi. Jumi itu manja Nar, kamu harus bisa seperti dia.” Dara tampak sangat serius. 

Nara sedikit cemberut, rasanya ia malas untuk melakukan semua itu. Dia bukan orang yang pandai berpura-pura, selama ini sekuat tenaga ia menahan agar tak menjambak Jumi ataupun menghajar Ilyas, dan kini malah diminta berpura-pura seolah tak terjadi apa-apa diantara mereka. 

“Tak perlu jadi seperti Jumi. Cukup jadi versi mbak Nara yang sedang jatuh cinta. Saya yakin, mbak Nara akan terlihat cantik dengan caranya sendiri,” ucap Albi yang terus menatap Nara tanpa berkedip. 

“Ehem ehem.” Dara berdehem keras, menggoda polisi muda di depannya yang ia prediksi menyukai Nara. 

Terpopuler

Comments

Mimik Pribadi

Mimik Pribadi

Ayo smangat Nara,,,,wlu kamu merasa ingin muntah dkt2 sm suamimu tapi kamu hrs melakukan strategi ini supaya kamu dpt bukti kebusukan suamimu dngn Juminten

2024-04-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!