Baru Hasna sadari, bahwa sedari awal Rain mengalami kecelakaan, sebenarnya Allah sudah memberinya kode. Sebab tak lama setelah perpisahannya dengan Rain, Hasna sempat bertemu Asep dan Amir. Malahan, Hasna sempat melihat ponsel Rain di salah satu dari keduanya.
“Sebaik itu Allah ke aku. Hanya saja, aku kurang peka,” pikir Hasna.
“Itu cewek yang pas itu ngehaja-r kita, kan? Yang cantiknya mirip bidadari?” bisik Amir kepada Asep.
“Bener, Juragan. Memang dia! Saya masih sangat ingat. Tapi kok, ... dia bisa sama ... pria yang kita fitnah?” balas Asep sengaja berbisik-bisik.
“Mulut mereka sudah enggak penuh daun kering?” batin Rain refleks menahan senyum hanya karena ingat kelakuannya. Ini mengenai ia yang memenuhi mulut kedua pemuda sam-pah itu menggunakan dedaunan kering.
“Tangkap mereka juga, Pak. Karena bisa saya pastikan, selain sering bikin onar, mereka juga sudah terbiasa melece-hkan sekaligus menghami-li wanita di sekitar sini!” tegas Rain.
“Loh! Kami kan korban. Memangnya kalian enggak lihat kami seperti ini?” sergah Asep langsung cekatan membela diri.
“Kalian begitu karena kalian mau merud-apaksa wanita bergamis pink, kan? Dikiranya saya enggak tahu? Wanita jadi-jadian itu saya! Kebetulan kemarin saya sengaja pakai gamisnya bu Jumairah!” kesal Rain meledak-ledak.
“Lah kalian pikir, kenapa saya bisa tahu bahwa kalian ada di sini?” kesal Rain lagi.
Bingung dan tidak percaya, itulah tanggapan dari Asep sekaligus amir. Namun, polisi memutuskan untuk memboyong keduanya ke kantor polisi.
“Kalian berani ke kami, aku laporkan kalian ke abahnya Amir!” tegas Asep, si paling cekatan membela diri. “Abahnya Amir juragan tanah, berani kalian macam-macam ke kami?!” kesalnya sengaja pamer.
“Daddy saya Kim Ohjan saja, saya enggak pamer. Kenal, kan?” sewot Rain.
Lagi-lagi, Amir dan Asep yang sekadar bicara saja gemetaran, menjadi bengong.
“Sudah, Pak. Bawa saja keduanya. Mana bau banget lagi!” ucap Rain buru-buru pergi dari sana. Tak lupa, ia masih tetap menggandeng Hasna, meski kini, ia sudah sangat ingin muntah.
Evakuasi terhadap Amir dan Asep memang cukup berdrama. Bukan perkara keduanya yang sampai merengek menangis-nangis mengaku sebagai korban. Namun juga mengenai keadaan keduanya yang lebih jor-ok dari hewan ternak. Nyaris semua dari mereka kompak muntah, termasuk Rain.
Sampai di kantor polisi pun, drama kembali dilanjutkan. Orang tua Amir yang merupakan juragan tanah, tidak terima.
“Anak saya enggak mungkin salah. Yang salah pasti teman-temannya. Anak saya, anak baik-baik. Kalau tidak percaya, tanya saja warga!” yakin pak Encup dan merupakan ayah dari Amir.
“Saya sudah enggak mau pusing lagi. Namun andai pihak kepolisian sini berani menyelesaikan kasu-s ini dengan tebusan, siap-siap saja makin viral.” Rain wanti-wanti. “Berita yang saya difitnah terus dikeroyok dan berakhir dibuang ke sungai saja juga sudah viral loh Pak. Bisa dicek, pasti bentar lagi banyak netizen yang tag akun kepolisian buat cepat-cepat urus!”
Demi memastikan kasusnya tidak ditutup dengan uang ganti rugi layaknya kasus Aini istri Brandon, Rain sengaja mengerahkan beberapa pengacaranya. Setelah itu, Rain benar-benar ingin hidup tenang. Tak lupa, Rain juga memberikan ponsel Echa kepada pengacara, sebagai salah satu barang bukti.
“Harusnya semuanya tinggal disidang. Meski tampaknya, hukuman dari mereka enggak seberat hukuman kasus Binar,” ucap Rain.
Mereka sudah berada di rumah makan. Sampai detik ini, mereka juga masih didampingi orang tua Hasna.
“Yang penting sudah diviralin, Mas. Terus kalau bisa, wajah-wajah mereka jangan ditutupi. Biar semuanya tahu, dan patut waspada ketika mereka bebas,” komentar ibu Cinta sambil meletakan ponselnya di meja.
Ibu Cinta menatap damai kedua mata Rain. Kemudian, tatapannya berganti kepada Hasna yang memang duduk di sebelah Rain.
“Terus, kami nikahnya gimana?” ucap Rain sambil menatap kedua mata orang tua Hasna. Terakhir, ia juga menatap kedua mata Hasna.
“Perlu cari hari lagi, terus menyiapkan resepsi lagi juga?” lanjut Rain.
“Sebenarnya, ini adak ribet sih,” ucap Hasna mengomentari. “Soalnya kan belum ada satu bulan gelar resepsi,” lanjutnya.
“Kalau gitu, bikin acara buat keluarga inti saja. Acara buat keluarga inti pun sudah seheboh itu, kan?” ucap lain sambil menahan senyumnya. Apalagi jika membahas keluarga inti, jumlahnya memang sangat banyak.
“Begitu saja juga boleh.” Ibu Cinta tersenyum ceria menatap kedua mata Hasna. Seperti yang ia yakini, apa yang sedang mereka bahas, memang sudah langsung membuat Hasna ceria. Berbeda jauh dari ketika Rain tak kunjung datang ke resepsi pernikahan. Puncaknya, Rain justru dinyatakan hilang.
“Tapi lebih baik kalian ijab kabul dulu. Acaranya langsung di rumah kalian saja. Enggak usah di hotel lagi. Apalagi anggota keluarga kita, juga sudah enggak ada yang di hotel,” usul pak Syam.
“Mau banget kalau itu!” ucap Rain langsung kegirangan.
Kenyataan tersebut membuat ibu Cinta tidak bisa untuk tidak tertawa. Lain dengan Hasna yang juga sudah jadi tersipu malu. Pipi Hasna jadi bersemu.
“Mumpung keluarga dari kampung masih di Jakarta, acaranya nanti malam saja. Segala persiapan dari emas kawin kan masih ada. Sekarang juga, Papa bahas ini sama yang lain,” balas pak Syam yang meski paling santai, tetap saja tidak luput dari senyuman. Bahagia rasanya melihat putrinya terlihat begitu bahagia. Hasna bahkan sudah mau kembali makan. Benar-benar bukan hanya ceria.
Setelah hampir tiga jam menjalani perjalanan dari puncak, akhirnya rombongan Rain sampai di kediaman pribadi Rain. Rumah impian yang nantinya akan menjadi tempat tinggal Rain dan Hasna.
Di rumah berlantai dua tersebut, suasananya sudah terbilang ramai. Sebab sanak saudara yang memang masih di Jakarta, sudah kumpul di sana. Dari tamu undangan maupun hidangan, benar-benar sudah menunggu mereka. Yang belum datang hanya rombongan penghulu.
“Penghulunya masih di jalan, tadi sudah kasih kabar,” ucap pak Cikho yang tak lain kakak dari ibu Cinta.
“Ya Allah ... kali ini hamba benar-benar akan menikah?” batin Hasna benar-benar tak percaya.
Kini, semuanya tersenyum bahagia. Mereka hadir dalam formasi lengkap, termasuk Rain yang sudah ada di sana. Dengan kata lain, Hasna tak lagi menunggu.
“Deg-degan, ya? Rasanya setegang itu? Padahal ibaratnya, kamu mau nikah sama orang sendiri, kan? Sejak kecil kalian sudah bersama!” ucap Hyera ketika Hasna baru beres mandi.
Hasna langsung kikuk karena pertanyaan dari salah satu putri pak Helios barusan. Seperti yang Rain katakan, jumlah keluarga inti mereka memang sangat banyak. Kini saja, para wanita saling berebut mencoba mendandani Hasna.
“Wajib cantik, loh! Syukur-syukur, suamiku pangling!” ucap Hasna sambil menahan tawanya. Saking bahagianya, dadanya sampai berisik. Apalagi, kerabat wanita yang ada di sana, kompak menertawakannya.
Namun, selain membantu Hasna mempercantik diri, sebagian dari mereka juga menyiakan ranjang pengantin. Ranjang pengantin yang keberadaannya ada persis di belakang Hasna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Al Fatih
rain....,, aq ingat,, rain ad d kisahnya Alina dan bang Dharen
2024-02-04
0
Elizabeth Zulfa
ngomong2 soal resepsi pernikahan, hasan zg gantiin hasan nikah kmrin jdi nikah sama siapa thor... jdi pnasaran loh.. kyaknya kmrin blm smpet dibahas dech krna msih riweh sama hilangnya rain..
2024-01-12
1
Firli Putrawan
oh y hyera blm nikah
2024-01-10
0