Melarikan diri, itulah yang langsung Rain lakukan ketika kesempatan itu datang. Rain memanjat jendela, tapi berakhir terjatuh sebelum sempat loncat. Keadaannya yang masih lemah, menjadi penyebab ia mengalaminya. Meski karena kenyataan itu juga, usaha Rain dipergoki pak Dartam.
“Heh! Yusuf, ... mau ke mana, kamu!?” teriak pak Dartam.
Jantung Rain nyaris copot karenanya. Suara pak Dartam barusan terdengar sangat mengerikan. Pak Dartam seolah akan mencabut nyawa Rain secara paksa.
“Ya Allah, merasakan luka di tubuh saja, sudah enggak karuan. Ini lagi, belum apa-apa sudah ketahuan!” batin Rain yang buru-buru lari. Terseok-seok ia melangkah sambil memegangi sarungnya.
Suasana di sana layaknya suasana perkampungan pada kebanyakan. Setiap rumah memiliki pekarangan luas. Sementara jaraknya tidak begitu dekat dari rumah masing-masing. Selain itu, hampir setiap belakang rumah warga juga dihiasi kandang ternak. Aroma kot-oran ayam, kambing, bahkan sapi, terendus kuat dari sana. Rain yang tipikal gampang jij-ik nyaris muntah karenanya.
“Echa! Cha, bangun, Cha! Calon suami kamu kabur, Cha!”
Rain yang mulai melangkah, masih bisa mendengar suara pak Dartam. Suara berat yang kali ini terdengar sangat khas orang panik.
“Astagfirullah ... astaghfirullah ....” Rain masih berusaha menguatkan diri. Lari, lari, dan terus lari, ia jalani susah payah.
“Echa, bangun, Cha. Bu, Du!” heboh pak Dartam lagi.
Keadaan di rumah semi permanen milik pak Dartam mendadak kacau. Namun, Echa yang meski sempat bangun, tetap mirip orang linglung.
“Ini kepalaku sepusing ini. Kok bisa seberat ini? Ini sebenarnya aku kenapa? Memangnya, aku habis mabo-k ya? Namun andaipun iya, kok aku enggak bareng Asep atau Amir?” pikir Echa masih sempoyongan sekaligus linglung.
Echa yang sempat berusaha menyusul pak Dartam, berakhir tidur di lantai. Di lantai berupa tanah di kamar ia sempat terlelap, Echa sungguh kembali langsung lelap. Wanita yang kiranya berusia di awal dua puluhan itu, seolah merasakan efek air sirep layaknya apa yang Rain alami selama hampir satu minggu terakhir. Efek sirep yang membuat korb-annya sibuk tidur, lemas, sekaligus lupa pada jati dirinya sendiri.
“Cepat cari!”
Suara pak Dartam yang terdengar makin dekat, membuat jantung Rain berdentam tak karuan. Pelarian yang Rain lakukan di tengah kenyataannya yang terluka parah, membuat tubuhnya berkeringat parah. Selain itu, hasil dari pelarian yang Rain lakukan juga jauh dari rencana apalagi harapan.
“Ke mana anak itu pergi! Dia pasti sengaja kabur! Dia pasti hanya pura-pura amnesia!” ucap seorang pria, tapi itu bukan suara pak Dartam yang Rain kenal.
“Kalau begitu, teriak saja, Bah. Kita teriaki dia malin-g, agar dia ditangkap warga. Agar Warga bantu kita!” yakin si pria bernama Adul yang menemani pak Dartam.
“Aduh ... duh, ini aku beneran bisa gagal kalau gini caranya. Wajib ngumpet, ... aku beneran wajib ngumpet! Tapi, di mana?” pikir Rain yang sudah ada di belakang rumah pak Dartam.
Adul yang kiranya sebaya Rain, meyakinkan pak Dartam dan tak lain merupakan bapak kandungnya. Akan tetapi, usulnya barusan justru membuat sang abah kebingungan.
“J—jangan begitu!” tegas pak Dartam mendadak deg-degan. Ia merasa tegang bahkan khawatir hanya karena apa yang sang anak usulkan. Malahan, sekadar menatap kedua mata Adul saja, ia jadi tidak berani melakukannya.
“Lho, kenapa? Jelas-jelas, dia sudah menghamili Echa. Dan dia pun jelas hanya pura-pura amnesia. Soalnya andai dia enggak pura-pura amnesia, enggak mungkin juga dia kabur, Bah!” lanjut Adul masih berusaha meyakinkan.
“Jangan, ... jangan sampai! Ceritanya bakalan beda kalau warga justru tahu Echa hamil di luar nikah, tapi si Yusuf justru kabur. Sementara alasan Yusuf kabur pasti karena dia hanya pura-pura amnesia seperti dugaan Adul!” batin pak Dartam. “Lagi pula, alasan aku ingin Echa selalu di sini, ya biar aku bisa mengga-ulinya sepuasku. Selain, aku yang harus memastikan Yusuf menikahi Echa, agar dia jadi penutup ai-b kehamilan Echa!” batin pak Dartam lagi.
“Yusuf beneran harus aku jampi-jampi dulu, agar dia jadi suami rasa boneka buat Echa. Selain, warga yang pasti akan curiga, kenapa sampai ada Yusuf di rumahku!” batin pak Dartam lagi makin mantap dengan keputusannya.
Pak Dartam akan melakukan segala sesuatunya sesuai skenario awalnya. Ia meminta sang putra untuk tetap merahasiakan keberadaan Rain, di rumah mereka. Alasannya tentu karena pak Dartam yakin, jampi-jampi yang ia lakukan kepada Rain, belum bekerja dengan baik. Karena itu juga, Rain justru minggat.
Tanpa keduanya sadari, Rain yang mereka cari justru ada di kandang ayam sebelah mereka. Lokasi kandang ayamnya hanya terpaut sekitar lima meter dari keberadaan keduanya.
“Kenapa si Abah terkesan enggak mau warga tahu keberadaan aku di sini?” pikir Rain sambil membekap hidung sekaligus mulutnya.
“Tok tok ... petok!”
Kenyataan ayam yang mendadak heboh, membuat Rain kalang kabut.
“Suee kalian para ayam! Masuk neraka loh kalian berani kurang ajar!” batin Rain sambil mendelik menatap setiap ayam di sana.
Petok dari ara ayam di kandang, sukses mengusik kebersamaan Adul dan sang abah. Adul yang awalnya masih menagih jawaban sang bapak, memutuskan untuk langsung memastikan.
“Aku yakin itu dia!” batin Adul bergegas lari.
“Aduuuhhhh ...!” batin Rain yang memang sampai melongok.
Namun, Rain yang kembali bersembunyi juga mendadak lemas. Sebab ia merasa ada yang merambat di punggung kanannya.
“Hossshhh ... hooossshhh!” suara khas ular kobra terdengar dari punggung kanan Rain.
“Ya Allah, ... Daddy, ... aku tahu dosaku banyak banget ke Daddy, tapi masa iya, sampai ada adegan ular begini. Ya Allah Dad, ... ini aku sudah merem sambil nahan napas saja, bisa merasakan kepala ularnya ada di sebelah persis pipi kananku!” batin Rain meraung-raung.
Petok ayam makin ramai. Hingga Adul juga makin bersemangat memastikan. Lantas, apa yang akan terjadi kepada Rain?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Bulan Bintang
serasa kya nyata 😢
2024-02-18
0
bibuk duo nan
duh jd deg²an ya berasa nonton film horor
2024-02-05
0
erinatan
ya alllah author ngeri banget kok ada uler pasti rain serasa mau mati/Facepalm/
2024-02-04
0