“An-jing! Di mana, ini di mana? Gila sih, no senso-r ini! Ho-t banget gaesss!”
Viral dan kacau. Itulah yang langsung terjadi akibat video yang Rain unggah. Bukan hanya para remaja sekaligus teman sebaya Echa yang memang berteman dengan aku-n sosial media Echa. Namun juga para orang tua, baik itu pria maupun wanita. Karena meski kini sudah nyaris tengah malam, sebagian dari mereka memang masih sibuk dengan ponsel masing-masing. Hingga otomatis, mereka juga langsung menonton video unggahan Rain, yang juga langsung membuat mereka syok berjamaah.
Amir beserta teman-temannya, dan memang belum tidur, langsung heboh. Amir dan Asep yang tangan kirinya masih diperban, sampai kompak istighfar. Keadaan yang tentu saja terbilang langka, dan itu terjadi hanya karena video pak Dartam dan Echa.
Amir memboyong teman-temannya. Mereka yang awalnya sedang nongkrong di perempatan pasar, mengendarai motor dan saling bonceng. Mereka berniat mendatangi rumah pak Dartam sambil menghabiskan sisa ro-kok masing-masing.
Dari semua yang tergabung dalam rombongan Amir, dan jumlahnya ada belasan, Rozi menjadi sosok yang sudah langsung Zaint curigai.
Zaint yang naik motor trail bersama seorang temannya, berangsur berhenti. Zaint selaku anak buah mafia pak Syam, mengenali jaket Rain. Jaket berwarna biru telor asin yang punggungnya dihiasi jahitan huruf R.H.
“Itu jaket couple mas Rain dan mbak Hasna. Punya mas Rain warna biru, sementara punya mbak Hasna, yang warna lilac,” yakin Zaint sampai melepas helmnya.
Setelah merenung nyaris satu menit, keputusan pun Zaint ambil. Zaint memutuskan untuk mengikuti rombongan Rozi. Karena pada kenyataannya, Zaint curiga kepada Rozi. Sementara sang rekan, Zaint tugasi untuk mencari alamat pemulung yang sudah menjual ponsel Rain.
Akan tetapi, nyatanya bukan hanya rombongan prem-an kampung yang dipimpin Amir yang datang ke rumah pak Dartam. Karena mereka yang menonton, juga berbondong-bondong melakukannya. Para tetangga yang memang rumahnya dekat, kompak berjalan kaki. Sebelumnya, mereka saling mengetuk pintu rumah satu sama lain. Mereka janjian, dan pergi ke rumah pak Dartam secara berombongan. Sementara mereka rumahnya agak jauh, kompak naik motor.
Padahal di kamarnya, pak Dartam sedang pulas-pulasnya tidur. Pria tua yang kepalanya sudah penuh uban itu tidur di sebelah sang istri. Pak Dartam yang tak lagi memakai blangkon, tidur membelakangi sang istri sambil sesekali tersenyum.
Sementara di kamar Echa, wanita muda terbilang cantik itu juga dalam keadaan lelap. Hanya saja, Echa sudah tidak tidur di lantai lagi. Echa sudah tidur di kasur dan pakaiannya pun dalam keadaan lengkap. Echa yang terlihat sangat kelelahan, sampai mendengkur keras. Rain yang masih terjaga di kamar sebelah, sampai bisa mendengarnya.
“Lailahaillallah ....” Di kamar, Rain masih sibuk berusaha melepas ikatan selendangnya. Pergelangan tangannya sudah sampai memar karena usahanya. Apalagi, Rain memiliki kulit putih bersih.
“Ih ... di luar suara motor rame banget. S-uara orang juga banyak. Apakah video buatanku langsung viral, dan memang akan langsung diproses? Aduh, berarti habis ini, aku wajib dapat penghargaan sutradara sekaligus pembuat film pendek terbaik! Mohon maap ya mas Adam, sekali-kali aku yang dapat penghargaannya!” batin Rain jadi menangis saking terharunya.
Seperti yang Rain harapkan, alasan keramaian di luar rumah pak Dartam, memang untuk mencari pak Dartam.
“Gini ya, ... balas dendam, kebangkitan, dan juga menuntut keadilan itu enggak hanya berlaku buat orang maco, sangar dan sekelasnya. Karena semua orang beneran bisa melakukannya asal niat. Termasuk orang sepertiku yang telanjur dicap jail bahkan berisik,” batin Rain.
Rain menggesek-gesekkan selendang yang mengikat kedua tangannya ke dipan, makin bersemangat.
“Pak Dartam!”
“Abah Dartam!”
“Assalamualaikum, Bah?”
“Bah, tolong buka pintunya, Bah. Kami ingin bicara!”
Di luar, orang yang datang dan kebanyakan merupakan pria, jumlahnya hampir tiga puluh orang. Dari semuanya, hanya ada seorang wanita, dan kebetulan itu merupakan ibu kandung Echa.
Di kalangan masyarakat setempat, pak Dartam memang terkenal sangat baik. Terlepas dari kemampuannya yang bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit, kebaikan pak Dartam juga membuat pria itu dituakan. Hingga apa pun yang dikatakan pak Dartam, pasti akan langsung dipercaya oleh masyarakat setempat.
“Buat jaga-jaga, saat kehebohan terjadi, aku wajib minggat lagi. Soalnya warga sini gampang banget dibodo-hi abah dukun!” batin Rain sudah siap-siap berdiri di sebelah pintu.
“Bentar deh. Ketimbang dobrak pintu dan pasti keras, mending dobrak dinding yang cuma anyaman bambu. Apalagi nih dinding kan sudah rapuh, mirip kewarasannya abah dukun. Ah, iya. Oke, otw!” Lagi dan lagi, Rain yang masih berbicara dalam hati, siap menjalankan misinya.
Di kamar pak Dartam, ibu Juariah selaku sang istri, menjadi orang yang terlebih dulu bangun. Ibu Juariah sengaja membangunkan sang suami. Cukup sulit ia melakukannya, layaknya ketika Echa maupun wanita muda lainnya, menginap di rumah mereka. Ibu Juariah sampai bingung, kenapa sang suami akan sangat sulit dibangunkan, di setiap ada wanita muda yang menginap di rumah mereka.
“Itu banyak yang datang, Bah,” ucap ibu Juariah masih bersikap lembut. Meski di hadapannya, sang suami masih linglung.
Ibu Juariah sampai mendandani sekaligus menuntun sang suami keluar dari kamar. Apalagi jika didengar-dengar, selain di luar sangat ramai, tampaknya memang ada yang sangat serius.
Rain yang menguping gerak-gerik pak Dartam berikut sang istri, sudah langsung bersiap-siap. “Tuh abah dukun beneran sudah ke depan! Ini waktunya!” lirih Rain optimis. Kedua tangannya masih menggenggam ponsel Echa.
Dalam sekali terobosan dan Rain lakukan sekuat tenaga, dinding bilik incaran Rain langsung roboh.
“Alhamdullilah!” batin Rain sangat lega. Meski karena ulahnya, ia terban-ting hingga menimbulkan suara yang mirip suara buah nangka jatuh.
“Ah ... sarungku juga lepas!” keluh Rain ngos-ngosan.
Setelah berdrama dengan sarungnya dan masih menjadi satu-satunya penutup tubuh, Rain buru-buru lari ke depan.
Di halaman depan kediaman pak Dartam, keadaan benar-benar kacau. Mereka sampai menyebut pak RT dan juga pak kades. Menandakan bahwa ulah Rain yang memang menjadi alasan keributan ada, memang akan sampai menghadirkan sidang.
“Video yang mana? Saya dan Echa bagaimana?” pak Dartam masih belum paham. Hingga mereka yang datang, makin emosi.
Terlepas dari semuanya, Zaint juga ada di kerumunan sana. Zaint memutuskan untuk menghampiri Rozi. Zaint tersenyum hangat kepada Rozi. Tak beda dengan yang lain, Rozi juga turut heboh, berisik membahas video selaku alasan keramaian kini terjadi.
“Jaketnya bagus banget, Kak. Pasti mahal, ya? Kalau boleh tahu, beli di mana? Saya mau dong, kalau memang ada. Kira-kira, lima juta, sudah dapat belum?” ucap Zaint.
Rozi yang awalnya akan pamer karena baginya, jaket Rain memang sangat keren, justru mendadak mematung. “Lima juta?” batinnya. Karena baginya, uang segitu benar-benar banyak.
Ketika Zaint fokus kepada Rozi, Rain juga fokus pada keadaannya. Baru ia sadari, di sebelah ada jemuran milik keluarga pak Dartam. Demi memuluskan penyamarannya, Rain nekat mengambil kemudian memakai gamis lengkap dengan hijab warna merah muda milik ibu Jumairah!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Fani Indriyani
Ya Allah rain kelakuanmu make gamis jd inget bapakmu ojan wktu nyamar jd cewek eh malah ditaksir ma mantannya mba arimbi wkwkwk
2024-02-28
2
Danny Muliawati
haha Rain dlm susah aza lucu anak ojan
2024-02-01
0
Sabaku No Gaara
no komen bayikk...jempol dah buat akak Rossssiti
2024-01-31
0