Setelah makan malam, kini semuanya tengah berkumpul di ruang keluarga, termasuk Cahaya yang sedang di pangku oleh Senja yang sedari tadi memperhatikan sang papa dan juga Arga. Ia heran kenapa papanya ada dua.
"Hallo anak manis? kenapa melihat om seperti itu?"
"Om? Capa? Papa dua ma?"
Semuanya terkekeh mendengar perkataan Cahaya. Yang namanya anak kecil itu memang polos ya, hihi. Senja pun langsung mencium gemas putri kecilnya tersebut.
"Sayang, papa Aya satu, papa Aya itu papa Akash. Kalau yang di depan Aya itu sepupunya papa, namanya om Arga. Jadi Aya panggilnya dengan sebutan om. Mengerti sayang?"
Cahaya menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Ia kembali mengamati wajah sang papa yang ada di sampingnya dan juga wajah Arga yang ada di hadapannya. Sedangkan yang lain hanya memperhatikan gerak-gerik bocah tiga tahun tersebut.
"Papa ada aik lalat mama, cini."
Cahaya menunjuk wajah sang papa dimana di ujung hidungnya ada tahi lalat kecil. Sedangkan Arga sama sekali tidak ada tahi lalat di wajahnya. Ternyata Cahaya lebih jeli dari pada orang dewasa. Sebenarnya wajah Akash dan Arga tidak mirip-mirip banget. Hanya saja jika di perhatikan sekilas mereka memang benar-benar terlihat mirip. Jadi harus jelly membedakan dua lelaki tampan itu.
"MasyaaAllah cucu nenek pintar sekali. Ia papa ada tahi lalatnya. Kalau om Arga tidak ada nak. Jadi Aya sudah bisa bedakan mana papa dan mana om?"
Cahaya menganggukkan kepalanya, setiap apa yang di katakan oleh orang dewasa dengan cepat bocah kecil itu memahaminya. Cahaya itu memang anak yang pintar, karena setiap hari Senja mengajarkan putrinya untuk belajar memahami kosa kata, bahasa dan lainnya.
Opa Bagaskara yang sudah selesai menerima telfon ikut bergabung di ruang keluarga. Mereka berbincang ringan di ruangan tersebut. Sesekali di selingi canda dan tawa yang selalu keluar dari mulut Cahaya. Dan semuanya sudah pasti terkekeh setiap kali melihat kelucuan gadis cantik tersebut.
"Arga, bagiamana kabar ibu kamu? apa ibu kamu tidak ingin kembali ke Indonesia?"
"Ibu baik opa, ibu titip salam kepada opa, papa dan Tante. Tapi kalau untuk kembali ke Indonesia sepertinya masih sulit untuk ibu opa. Opa tahu sendiri bagaimana kerasnya ibu."
Opa Bagaskara membenarkan perkataan cucunya tersebut. Memang menantunya itu tidak pernah meninggalkan negara tersebut sejak putranya meninggal dunia. Ya walaupun begitu, selama ini opa Bagaskara selalu memantu menantu serta cucunya di negara orang. Bagaimanapun juga opa Bagaskara khawatir dengan cucu dan menantunya.
"Apa kamu mau membantu papa bekerja di perusahaan Arga?"
"Untuk sekarang belum pa, lagian ada Akash kan pa. Untung sekarang Arga hanya ingin menikmati momen di Indonesia dulu, sepertinya sudah banyak yang berubah sejak Arga meninggalkan Indonesia. Mungkin Arga ingin keliling-keliling dulu sampai puas."
"Kamu ini benar-benar mirip alamarhum ayah kamu Ga. Papa jadi merindukan mendiang."
Papa Lesmana kembali teringat bagaimana dekatnya ia dulu dengan saudara kembarnya. Namun walaupun begitu mereka memiliki kepribadian yang berbeda. Laksa ayah dari Arga memiliki jiwa petualang, sama halnya seperti putranya Arga. Sedangkan Lesmana memiliki jiwa bisnis, sama halnya seperti Akash.
Dan opa Bagaskara selama ini tidak pernah mengekang anak dan cucunya. Walaupun begitu sebenarnya opa Bagaskara sudah membagi rata warisan-warisannya untuk anak dan cucu-cucunya, termasuk Arga. Hanya saja Arga membiarkan sepupunya Akash menjalankan perusahaan tersebut. Mungkin next dia berminat bakalan ikut terjun di dunia bisnis.
"Bro, besok Lo libur bukan? Anterin gue lah keliling Jakarta. Sudah lama gue tidak melihat kota kelahiran gue."
"Ck, Lo umur berapa sih Ga, pergi sendirilah. Atau perlu sama supir sekalian. Jangan seperti orang bodoh deh Lo."
"Tan, lihat putra Tante yang satu itu. Masak sama sepupu sendiri hitung-hitungan. Atau tidak gue ajak Senja sama Aya deh, mau ya Senja temani mas keliling kota Jakarta. Mau kan Aya jalan-jalan sama om besok?"
Byyuurrr...
Minuman yang sedang di minum oleh Akash tiba-tiba muncrat tepat di wajah Arga. Membuat sang empunya menatap dengan jengkel. Kenapa dia tiba-tiba di sembur.
"Kas, Lo sengaja ya?"
"Ck, sorry, soalnya tehnya panas. Lagian ngapain lo ajak istri sama anak gue. Besok gue ada agenda bareng anak dan bini gue. Lo pergi saja sama supir, jangan manja."
Arga hanya memberengut. Ia agak geram dengan sepupunya itu. Sejak dulu Akash selalu saja bersikap sesuka hatinya. Walaupun ia sudah mengenal watak Akash, tapi tetap saja Arga sedikit kesal. Namun, walaupun begitu sebenarnya mereka saling care satu sama lain.
Sedangkan para paruh baya hanya mendengarkan pembicaraan kedua lelaki muda tersebut. Kalau mereka sudah bertemu pasti akan selalu saja berdebat. Walaupun yang di perdebatkan tidak penting-penting amat.
"Besok kita pergi mas, kemana? Kok mas tidak ada mengatakan apapun kepada Senja?"
"Nah loh, ketahuan bohong kan Lo. Pasti sebenarnya Lo cemburu kan gue ajak istri dan putri cantik Lo ini. Tante, pa, lihat ini putra kalian. Masak sama sepupu sendiri cemburu. Ternyata Akash ini juga bucin ya sama Senja."
Degh!
Mendengar kata bucin dari mulut Arga, kenapa Senja merasa senang. Apa mungkin suaminya cemburu dengan Arga? Jika benar apakah sudah ada progres dalam hubungannya dengan sang suami. Entahlah, yang pasti Senja akan sangat senang sekali.
"Kamu seperti tidak mengenal Akash saja Ga. Oh ya, kamu kenapa masih panggil Tante nak? Masak sama kembaran ayahmu, kamu panggil papa. Sama Tante kamu tidak mau panggil mama?"
Arga menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sebenarnya dulu pernah dia ingin memanggil mama, tapi waktu itu mereka masih kecil. Mendengar Arga memanggil mama kepada mama Lestia, membuat Akash berang dan tidak mau menyapa dirinya. Sejak itu ia takut memanggil mama. Sedangkan dengan papa Lesmana karena mereka sudah dewasa juga baru Akash membiarkannya. Ia juga mengerti bahwa Arga sudah tidak memiliki ayah. Walau bagaimanapun ia juga pengertian dengan sepupunya tersebut.
Tapi Akash ini memang kalau sudah merasa memiliki, ia tidak akan pernah melepaskannya. Sekali menjadi miliknya akan selalu menjadi miliknya. Mungkin begitu juga jika dia sudah bucin dengan Senja.
Setelah mereka berbincang-bincang, Senja dan Akash membawa Cahaya untuk tidur. Cahaya sedari tadi sudah menguap berkali-kali. Yang lain juga masuk ke kamar masing-masing. Setelah memastikan Cahaya tidur dengan nyaman. Akash dan Senja berjalan keluar kamar Cahaya menuju kamar mereka.
"M-mas, besok memangnya kita mau kemana?"
"Terserah kamu mau kemana, kamu yang tentukan."
Mendengar ucapan sang suami membuat hati Senja berbunga-bunga. Ia tidak menyangka akhirnya ia bisa jalan-jalan bersama suami dan putrinya. Waktu kebersamaan yang sudah lama ia harapkan.
Senja lebih dulu membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya. Setelah itu ia tak lupa memakai serangkaian skincare nya. Sedangkan Akash gantian kini ia membersihkan diri di kamar mandi. Mengingat momennya bersama Akash, Senja pun mempersiapkan dirinya malam itu untuk suaminya.
Ceklek!
Akash yang keluar dari kamar mandi hanya menggunakan bathrobe menatap Senja yang terlihat cantik dengan gaun malam yang tipis. Ia berusaha untuk mengalihkan pandangannya, namun sama sekali tidak berhasil. Semakin kesini pesona sang istri semakin membuat dirinya mabuk kepayang. Sebelumnya ia sudah melakukannya dengan Senja. Maka kali ini pun ia tidak lagi menolak istrinya.
......................
...To Be Continued ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Nenk Vi
akash udh ungkapin ajh 😌 jangan gengsi 🤭
2024-01-16
1