Pukul 16.00 sore, Senja terbangun dari tidurnya. Tampak matanya terlihat sangat bengkak. Namun mengingat ia belum melaksanakan shalat ashar, Senja langsung mengambil wudhu dan melaksanakan shalat fardhu empat raka'at sore itu.
Ia kembali mengadukan keluh kesahnya kepada Allah SWT di atas hamparan sajadah. Ia terus meminta kepada Allah agar hati suaminya segera dibukakan oleh Allah, dan ia diberikan jalan untuk menyelesaikan permasalahan dalam rumah tangganya bersama sang suami.
"Ya Allah, hamba tahu hamba hanyalah seorang pendosa, tapi apakah hamba tidak pantas mendapatkan kasih sayang mu, belas kasih mu. Hamba mohon bukakanlah pintu hati suami hamba ya Allah, lunak kan hatinya, ketuk lah hatinya, sesungguhnya engkau maha membolak-balikkan hati setiap hamba-Mu Ya Rabb..."
Ternyata saat Senja berdo'a, Akash yang ingin memasuki kamar mendengar do'a sang istri. Hatinya bagaikan tertusuk belati kala suara tangisan itu terdengar begitu memilukan hati. Sejujurnya hati kecilnya merasa berdosa telah berlaku kasar kepada sang istri. Namun Akash melakukan semua itu agar Senja menyerah dengan rumah tangga mereka. Karena Akash sendiri tidak bisa menjamin bahwa ia bisa memberikan kebahagiaan untuk Senja seperti kebahagiaan untuk istri pertamanya.
Namun setelah dua tahun setengah berjalan rumah tangga mereka, tampaknya Senja masih ingin mempertahankan rumah tangga mereka. Akash sendiri bingung, terbuat dari apa hati Istrinya itu. Kenapa sampai sekarang Senja masih kekeh menjalankan rumah tangga bersama dirinya walaupun sudah berkali-kali ia menyakiti hati sang istri.
Karena mendengar langskah Senja seperti hendak keluar dari kamar, Akash langsung berjalan ke arah kamar putrinya. Namun belum sampai Akash menuju daun pintu kamar sang putri, Senja sudah lebih dulu memanggil dirinya.
"Mas,"
"Ya," jawab Akash sudah mulai melunak, tidak seperti tadi.
Dapat Akash lihat mata sang istri begitu bengkak. Ia yakin saat ia pergi meninggalkan Senja ke ruang kerjanya, sudah pasti Senja menangis sejadi-jadinya. Namun ia tidak sampai berfikir jika ucapannya akan membuat Senja sesakit itu. Seketika ia merasa bersalah kepada sang istri yang dulu sempat menjadi adik iparnya yang begitu ia jaga dan lindungi bak adik kandung sendiri.
"Mas maafkan Senja ya perihal kejadian yang menimpa Cahaya, Senja benar-benar minta maaf mas. Senja..."
"Sudahlah, lupakan. Mas tidak mau membahas soal itu lagi. Kamu mau masakkan? Tolong masakkan makanan kesukaan mas ya."
Setelah mengatakan hal demikian, Akash langsung memasuki kamar putrinya tanpa menoleh kebelakang. Walaupun Akash masih saja bersikap dingin kepadanya. Paling tidak Senja lega karena sekarang Akash tidak lagi meledak-ledak seperti sebelumnya. Bahkan nada bicaranya sudah sedikit melunak. Senja pun kini sudah bisa tersenyum lebar, dan ia bersenandung saat menuruni anak tangga.
Ternyata Akash melihat tingkah laku sang istri yang tadi ekspresinya terlihat sedih, kini sudah ceria seperti sebelumnya. Sungguh tidak sulit membuat mood wanita muda itu membaik. Seketika tanpa sadar Akash tersenyum tipis melihat Senja terlihat bahagia.
Ceklek!
"Anak papa sudah bangun? Tumben tidak mencari papa atau mama nak? Aya mandi ya sama papa, lihat ini bajunya sedari pulang mall belum diganti."
Cahaya yang masih belum seratus persen nyawanya terkumpul hanya bengong melihat wajah tampan ayahnya.
"Aya mau cama mama pa. Ana mama pa.. Mama ana pa."
Huufft
Akash tampak menghembuskan nafasnya, ternyata putrinya sudah sangat begitu bergantung kepada Senja, bahkan setiap bangun tidur ia tidak pernah lupa menanyakan dimana mamanya.
"Mama masak sayang, Aya mandi dulu ya, nanti kita kebawah menemui mama."
"Endak au, aunya cekalang."
"Oke-oke sayang, jangan ngambek dong anak papa, nanti cantiknya hilang loh."
Akhirnya Akash mengalah juga, kalau sudah mengenai sang putri, Akash tidak bisa melakukan apapun. Dari pada putrinya benaran ngambek dan tidak mau berbicara dengannya, lebih baik ia turuti saja keinginan sang putri.
Akash pun meraih tubuh mungil putri kecilnya, lalu menggendongnya dalam dekapannya. Lalu ia berjalan ke lantai satu menuju dapur dimana saat ini Senja berada. Saat melihat punggung bundanya, Cahaya sudah kesenangan dan langsung minta diturunkan oleh sang papa.
"Mama.."
"MasyaaAllah, anak mama sudah bangun, kenapa kesini sayang. Mandi dulu ya sama papa satu enggak sama sus. Mama mau masak dulu, hem."
Cahaya menggelengkan kepalanya pelan, ia tidak mau dimandikan oleh papa atau susnya. Ia hanya ingin mandi bersama sang mama. Entah kenapa kali ini Cahaya begitu rewel sekali, tidak seperti biasanya. Mungkin begitu cara Allah membuat Akash sadar, bahwa Cahaya sangat membutuhkan Senja.
"Kenapa kamu harus begitu lengket dengan mama sambungmu nak? Bagaimana caranya papa berpisah dengan mama mu. Papa tidak ingin menyakiti kamu, tapi papa juga tidak ingin menahan mamamu jika dia masih jadi istri papa." bathinnya berkata sembari menatap dua wanita beda generasi yang ada di hadapannya.
"Sudah Senja, turuti saja mau putrimu, tidak usah masak malam ini, kita makan diluar saja."
Degh!
Tidak pernah-pernahnya Akash mengajak Senja makan diluar sejak awal pernikahannya. Apa sekarang Akash sudah mulai membuka hatinya? Atau karena Akash merasa bersalah telah melukai hati senja dengan kata-katanya? Entahlah, yang jelas kini di pikiran Senja sudah banyak pertanyaan yang tidak bisa ia jawab sama sekali.
"Kenapa kamu bengong? Mas kan bilang tidak usah masak, kita makan diluar saja."
"Eh, iya mas. Kalau begitu Senja mandikan Aya dulu ya."
Senja langsung berjalan sembari menggendong putrinya, Cahaya terus saja berceloteh kepada mamanya itu. Sesekali Senja terkekeh karena ucapan dan tingkah lucu putrinya. Akash hanya dapat memandang dari kejauhan. Yang pasti kini pikirannya sudah menerawang jauh kedepan.
......................
Ditempat lain, selepas pulang dari mall, Camelia sahabat Senja memang tidak langsung pulang. Ia ternyata bertemu dengan kekasihnya. Camelia itu non Islam, sehingga tidak ada larangan berpacaran dalam agamanya. Namun walaupun begitu persahabatan antara Senja dan Camelia bisa dikatakan cukup baik, bahkan sangat baik.
Bahkan setiap kali Senja bertemu dengan Camelia saja, ia selalu keceplosan mengucap salam dan sebagainya. Karena toleransi Camelia begitu tinggi, terkadang ia juga sering menasehati Senja dengan hadist dan Al-Qur'an yang sering ia dengar dulu saat Senja sedang fokus mendengarkan ceramah di utube.
"Beb, kamu tahu tidak, tadi aku janjian sama Senja di mall bareng Cahaya, tapi sewaktu kita mau ke parkiran, ada seseorang yang tidak sengaja menabrak aku..."
Camelia menceritakan kejadian di mall tadi, bahkan saat Akash tiba-tiba juga ada disana dan menyuruh Senja segera pulang. Ia tahu sahabatnya sudah pasti dimarahi habis-habisan oleh Akash.
"Aku khawatir deh beb, takutnya Akash bersikap kasar sama Senja. Kamu tidak bisa apa nasehati sahabat kamu itu."
Ya, kekasih Camelia adalah sahabat dekat Akash, sama halnya seperti Senja dan Camelia. Persahabatan beda agama. Bukan pernikahan beda agama ya, hihi.
"Susah beb, yang ada aku kenak ceramah sama tu cowok yang bucinnya sama almarhumah istri pertamanya. Padahal ya Senja itu jauh lebih cantik dari pada almarhumah istrinya, tapi kok bisa bucinnya sampai dibawa mati. Aku saja sampai gedek sama tu anak. Tapi kalau masalah kekerasan aku rasa Akash tidak mungkin sampai senekat itu deh, aku sudah sangat lama mengenal sifat Akash. kamu jangan khawatir ya. Sudahlah sekarang kita fokus saja dengan hubungan kita."
"Semoga ya beb, awas saja jika Akash memperlakukan Senja dengan buruk, aku tidak akan tinggal diam. Kalau perlu aku datangi dia ke kantornya. Aku bejek-bejek kepalanya."
"Memangnya kamu berani?"
"Tidak, hehe." ucap Camelia terkekeh dengan tampang polosnya.
......................
...To Be Continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Nurgusnawati Nunung
Camelia ada ada saja. cuma berani dibelakang orangnya. hehehe
2024-03-14
1
Nenk Vi
semangat senja klok emang gk kuat nyerah ajh gk PP
2024-01-02
1
ɪsᴛʏ
lanjuut Thor..
2024-01-02
1