Sepanjang Senja menyuapi Akash, Akash hanya menerima suapan demi suapan tanpa berkata. Namun sesekali ia melirik ke arah sang istri yang fokus menyuapi dirinya dengan senyuman mengembang.
Huft, apa sesulit itu membuka hati kembali untuk wanita lain. Padahal ia tahu sendiri Senja adalah wanita yang begitu baik dan juga sholehah. Namun kenapa bayang-bayang sang istri selalu menghantui dirinya.
Atau almarhumah istrinya tidak rela jika dia bersama Senja. Entahlah, Akash hanya akan mencoba memberikan kesempatan kepada Senja selama tiga bulan saja. Ia jamin Senja tidak akan membuat ia luluh sama sekali.
"Semoga keputusan ku tidak salah." bathinnya berbicara sembari menatap lekat wajah yang ada di hadapannya.
Tanpa sadar ia terpana dengan manik indah Senja dan juga wajah cantik Senja. Namun seketika ia menggelengkan kepalanya pelan, apa yang telah ia pikirkan.
Tak berselang lama, makan siang bersama itu usai juga, hingga makanan yang di masak Senja habis tak bersisa. Senja langsung merapikan kotak bekal itu kembali dan memasukkannya ke dalam tas bekal. Lalu ia memberikan minum untuk sang suami. Setelah itu barulah ia minum. Senja sama sekali tidak jijik satu gelas dengan sang suami.
"Karena Kamu sudah terlanjur datang ke kantor, nanti mas akan memperkenalkan kamu kepada seluruh karyawan kantor. Karena tidak semua karyawan mengenal kamu. Mas tidak mau mereka membuat fitnah nantinya di kantor ini."
Mendengar penuturan Akash, Senja terlihat senang dan bahagia. Ia fikir tadinya Akash hanya bercanda, namun ternyata ia tidak salah dengar. Apakah ini awal mula untuk dia terus berjuang mempertahankan rumah tangganya. Semoga saja ini awal yang baik, begitu harapan Senja.
Setelah semua karyawan berada di aula, Akash, Senja, dan di dampingi oleh Daniel dan Amelia yang jalan di belakang mereka menuju aula perusahaan. Semua sudah tampak berkumpul dan menunggu kedatangan atasan mereka. Apa yang akan di sampaikan oleh bos mereka. Begitu pikir mereka.
Saat suara langkah sepatu terdengar memasuki ruangan aula tersebut. Semua karyawan menoleh ke sumber suara. Mereka dapat melihat bos mereka yang tampan itu tengah menggandeng seorang wanita cantik dengan setelan hijab yang membuat sang wanita terlihat semakin menarik. Apa yang mereka dengar tadi saat Senja mengobrol dengan Daniel adalah benar, bahwa wanita yang tengah di gandeng oleh Akash adalah istrinya?
Daniel langsung mengambil alih, ia akan memulai berbicara terlebih dahulu sebelum Akash menyampaikan maksudnya mengumpulkan seluruh karyawan di sana. Sedangkan Amelia yang sedari tadi berada di belakang Akash dan Senja hanya bisa mengepalkan tangannya. Ia begitu marah dan kesal karena posisi yang sudah lama ia incar malah di isi oleh wanita lain. Sungguh Amelia ingin menghabisi Senja saat itu juga.
"Apa aku harus menyingkirkan wanita ini, cih.. dasar." bathin Amelia menatap punggung Senja tak suka.
"Siang semuanya,"
"Siang pak Daniel."
Semua karyawan menjawab sapaan Daniel dengan semangat. Daniel yang memang di kenal humble dengan seluruh karyawan tentu saja di sukai oleh semua karyawan.
"Baik, langsung saja, hari ini direktur eksekutif di perusahaan kita, bapak Akash Cahari Bagaskara, cucu dari pemilik perusahaan ini, yaitu Bapak Bagaskara kakek dari bapak Akash..."
"Kelamaan lo, sini mic nya!"
Akash yang memang tidak suka bertele-tele langsung menyambar mic yang ada di tangan Daniel. Ia langsung menarik Senja naik ke atas podium. Daniel pun segera turun melihat tatapan dingin sang sahabat. Memang tidak bisa berbasa-basi, 'bathin Dabiel'.
"Saya tidak akan berbasa-basi. Langsung saja saya sampaikan kepada kalian semua, bahwa wanita cantik yang ada di samping saya ini adalah istri saya. Jadi saya harap kalian menghormati istri saya seperti kalian menghormati saya selama ini. Baik hanya itu saja, permisi."
Benar-benar di inti pemberitahuan saja tanpa ada embel-embel yang lain. Benar-benar si bos dingin kulkas tujuh pintu. Tidak salah semua karyawannya memberikan Akash julukan seperti itu. Daniel saja hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan sang sahabat. Hanya saja Daniel yang memang sudah lama mengenal sifat Akash tidak terlalu mempermasalahkannya. Memang begitulah sahabatnya itu.
Setelah mengatakan apa yang ingin ia sampaikan. Akash langsung membawa Senja masih dengan menggenggam tangan sang istri meninggalkan aula tersebut. Bagaimanapun juga di hadapan yang lain mereka harus terlihat romantis. Amelia dan Daniel pun kembali mengekori bos mereka itu.
"Baik semuanya maafkan bos kita ya. Kalau begitu saya tutup saja, kalian lanjutkan pekerjaan masing-masing.
......................
Kini Akash dan Senja sudah berada di perjalanan menuju ke rumah. Sepanjang perjalanan Senja tidak berhenti untuk tersenyum. Ya, bagaimana tidak bahagia. Momen yang sudah lama ia tunggu-tunggu akhirnya datang juga, walaupun semuanya hanya keterpaksaan, paling tidak ini adalah langkah baik untuk rumah tangganya dengan sang suami.
"Mas, sebelum pulang boleh tidak mampir dulu di toko kue fruit' cake. Senja mau membelikan putri kita cake kesukaannya. Sebelum Senja ke kantor mas, Aya sudah mewanti-wanti untuk di belikan cake favoritnya."
Tanpa menjawab perkataan Senja, Akash langsung saja mengatakan kepada sang supir untuk menghentikan mobilnya di toko kue langganan. Senja lagi-lagi tidak bisa menahan senyum bahagianya. Akhirnya sang suami tidak lagi menolak permintaannya.
"Pak, nanti saat tiba di perempatan jalan kita singgah di fruit' cake ya pak."
"Baik tuan muda."
Cup!
"Terimakasih mas, itu bonus untuk mas."
Degh!
Berani sekali Senja sekarang. Apa karena Akash sudah memberikan kesempatan kepadanya. Sehingga ia sekarang dengan berani melakukan semaunya. Jantung Akash bahkan sekarang tengah berdetak dengan kencang. Apa yang terjadi pada dirinya. Andai di sana tidak ada sang supir, sudah pasti Akash akan langsung melayangkan protes.
Akash menarik pinggang Senja dan membuat jarak mereka semakin terkikis. Ia pun mencengkram pinggang Senja pelan, lalu membisikkan sesuatu kepada istrinya itu.
"Apa kamu sekarang sedang menguji mas Senja? Apa kamu tidak takut mas akan melakukan apapun kepada mu nanti dengan kelancanganmu hari ini, hem?"
Bukannya Senja takut, justru ia tersenyum lebar dan menampakkan barisan gigi putihnya yang rapi. Membuat Akash semakin heran dengan kelakuan sang istri.
"Kenapa harus takut. Senja hanya memberikan kecupan terimakasih untuk suami Senja ini."
Tangan Senja meraba dada bidang Akash. Membuat lelaki itu menahan nafasnya. Apalagi sekarang yang akan di lakukan oleh istrinya itu. Ia pun menahan tangan mungil sang istri agar tidak meraba kemana-mana.
"Lancang sekali kamu, apa kamu tidak melihat sekarang kita lagi di mana, ha!" bisiknya lagi di telinga Senja dengan nada dingin.
"Jadi kalau kita di kamar berdua saja Senja bebas melakukan apapun kan mas. Oke, sabar ya mas. Sebentar lagi kita sampai kok. Kita beli cake pesanan Aya dulu ya."
Degh!
......................
...To Be Continued ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Nurgusnawati Nunung
wkwkwk...
2024-03-14
1