Pagi-pagi sekali sebelum Senja terbangun dari tidurnya. Akash lebih dulu bangun dan melihat ke arah samping. Ternyata sang istri masih tertidur dengan lelap. Ia tidak menyangka bahwa semalam pertahanannya runtuh juga. Bagaimana mungkin, ada apa dengan dirinya. Ia pun turun dari ranjang dan langsung membersihkan dirinya shubuh itu.
Setelah mandi ia langsung mengenakan style kantor seperti biasa. Tanpa membangunkan Senja, Akash langsung berangkat pagi-pagi buta yang entah mau kemana. Yang pasti ia memang sengaja pergi dari rumah sebelum semua penghuni mension terbangun dari tidurnya.
Pukul 05.30 pagi, Senja akhirnya terbangun dan mulai mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia pun melihat ke samping dan tidak mendapati sang suami berada di sampingnya. Ia melihat dirinya sendiri dan teringat kejadian semalam. Ia fikir ia sedang bermimpi. Namun ternyata ia sama sekali tidak bermimpi.
"Mas Akash kemana? Kenapa tidak membangunkan Senja. Tapi kan memang selama ini mas Akash tidak pernah membangunkan Senja jika dia terbangun lebih dulu."
Senja bergumam sembari menutupi seluruh tubuhnya dan berjalan ke arah kamar mandi. Lebih baik ia segera mandi junub dan melaksanakan shalat shubuh. Karena ia sudah sangat terlambat untuk melaksanakan shalat shubuh pagi itu.
Senja berjalan tertatih menuju kamar mandi dan ia segera membersihkan dirinya. Setelah itu Senja langsung mengambil wudhu dan langsung saja melaksanakan shalat qobliyah dan juga shalat fardhu dua raka'at.
Setelah semua kewajibannya pagi itu ia laksanakan. Senja langsung menuju kamar putrinya yang ada di sebelah kamarnya. Ternyata Cahaya masih tertidur lelap. Ia pun menatap lekat wajah polos sang putri lalu mengecup singkat kening putri kecilnya itu.
Baru saja Senja mau melangkahkan kakinya ke luar kamar. Ternyata Cahaya terbangun dan langsung menangis memanggil sang mama. Senja pun menghentikan langkahnya dan ikut merebahkan dirinya dan memeluk sayang Cahaya.
"Mama... hiks..."
"Kenapa nak? Aya kenapa menangis, hem? Disini ada mama nak. Aya jangan nangis ya. Aya bangun yuk, mandi terus kita sarapan."
Cahaya menganggukkan kepalanya pelan. Senja langsung duduk dan menggendong putri kecilnya di dalam dekapannya. Mereka menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar tersebut. Cahaya seperti biasa selalu happy saat mandi. Ia sangat suka jika bermain air.
Senja dengan telaten memandikan putri kecilnya tersebut. Cahaya terkikik kala busa-busa itu di tiup oleh sang mama ke arah wajahnya. Hingga suara ketukan pintu terdengar dari luar. Ternyata mama Lestia yang juga ingin melihat cucu satu-satunya tersebut sudah berada di depan pintu kamar mandi.
Tok... Tok... Tok...
"Oma, Aya andi cama mama."
"Jangan lama-lama mandinya ya sayang. Oma tunggu Cahaya dan mama Senja di meja makan."
"Iya ma, sebentar lagi Cahaya selesai mandi. Ini cucu mama memang selalu suka bermain air."
Senja sedikit berteriak dari dalam kamar mandi. Mama Lestia yang mendengar perkataan sang menantu kembali menyaut dan langsung meninggalkan kamar cucunya tersebut. Ia merasa senang karena Cahaya benar-benar di urus oleh menantunya.
Tak berselang lama Senja membawa Cahaya ke luar dari kamar mandi. Si kecil juga sudah wangi dan di pakaikan dengan pakaian yang bagus. Tak lupa Aya di oleskan minyak telon. Rambutnya juga di sisir dan di pakaikan bedak dan parfum bayi. Kini bayi tiga tahun tersebut sudah rapi dan terlihat cantik.
"Hhmm, wanginya putri mama. Ayo sayang kita ke bawah. Yang lain sudah menunggu untuk sarapan. Aya lapar tidak?"
"Lapal mama."
Senja kembali menggendong putrinya dan membawanya ke lantai satu. Lebih tepatnya ke ruang makan. Ternyata benar saja, opa Bagaskara, papa Lesmana, dan mama Lestia sudah duduk di meja makan menunggu kedua wanita cantik beda generasi tersebut. Namun mereka sama sekali tidak melihat Akash bergabung di meja makan.
"Assalamu'alaikum opa, ma, pa."
"Wa'alaikumsalam nak."
Senja mendudukkan putrinya di antara dia dan mama Lestia. Si bocah kecil tersebut terlihat kegirangan saat melihat menu sarapan pagi itu ada makanan kesukaannya. Kepalanya menari-nari membuat semua penghuni yang ada di ruangan makan menjadi gemas di buatnya.
"Nak, kemana suami kamu?"
Senja tampak terdiam sepersekian detik. Ia bingung mau menjawab apa. Senja saja tidak tahu kemana suaminya pergi. Karena tidak biasanya Akash pergi pada saat ia belum terbangun sama sekali. Namun mama Lestia yang ternyata melihat putranya sudah pergi pagi-pagi sekali pun langsung menjawab keterdiaman Senja. Karena saat Akash meninggalkan mension itu, mama Lestia sempat berbicara dengan putranya.
"Akash tadi shubuh pergi ke bandara pa. Akash tidak sempat pamit, katanya tidak tega membangunkan Senja yang masih terlelap."
"Apa? Jadi mas Akash pergi ke bandara? Tapi kenapa mas Akash tidak mengatakan apapun? tapi kemana mas Akash pergi? Bukan kah mas mau memberikan Senja kesempatan mas? tapi kenapa mas pergi tidak memberitahu Senja sama sekali? Lalu kemana mas pergi? Tidak mungkin Senja bertanya kepada mama mas pergi kemana saat ini. Padahal baru semalam kita..." Senja terus saja membathin memikirkan suaminya itu. Ia kembali teringat dengan kejadian semalam saat ia dan suaminya melakukan hubungan suami istri tersebut.
"Apa mas melakukannya terpaksa?" ia terus saja membathin sampai-sampai di panggil mama Lestia, Senja sama sekali tidak menyahut.
"Senja, apa yang kamu pikirkan? Ayo kita makan. Lihat ini putri kamu makan dengan lahap."
"Eh, iya ma."
Mereka akhirnya memulai sarapan pagi itu dengan makanan yang telah di siapkan oleh koki rumah tangga setelah menggumamkan do'a. Senja memakan makanannya dengan pikiran yang bercabang-cabang.
Ia semakin bingung dengan suaminya tersebut. Kemana suaminya pergi. Biasanya Akash selalu mengatakan tujuannya walaupun selama ini Akash tidak pernah bersikap baik kepadanya. Karena Akash tidak ingin putri kecilnya mencari dirinya.
Setelah sarapan usai. Papa Lesmana pun pergi menuju perusahaan yang ia pegang. Sedangkan mama Lestia ada pertemuan penting pagi itu dengan teman-teman arisannya. Ia pun ingin mengajak Senja dan Cahaya untuk ikut. Namun Senja menolak dengan alasan kurang enak badan. Jadilah Mama Lestia hanya membawa cucunya seorang diri. Sedangkan opa Bagaskara juga pergi ke perusahaan. Karena ia sesekali juga masih mendatangi perusahaan yang di pegang oleh Akash cucunya tersebut.
"Sayang, kamu yakin tidak mau ikut?"
"Hem, iya ma, senja yakin. Mama pergi saja tidak apa-apa. Tapi mama tidak kerepotan pergi membawa Cahaya?"
"Iya sayang, kamu jangan khawatir. Kalau begitu kamu istirahat saja ya di rumah. Kabari mama jika ada apa-apa."
Senja menganggukkan kepalanya. Ia pun mengganti pakaian Cahaya sebelum di bawa pergi oleh ibu mertuanya. Setelah itu mama Lestia benar-benar berangkat bersama sang cucu yang terlihat gembira saat di bawa oleh sang Oma.
"Apa mas Akash pergi ke makam kak Mentari? Kenapa aku baru sadar jika hari ini adalah hari kematian kak Mentari? Tapi kenapa mama bilang tidak mengatakan apapun?"
Senja menggelengkan kepalanya pelan. Ia tidak menyangka jika suaminya ternyata pergi ke makam sang kakak yang ada di kampung halamannya. Ya, Mentari memang di makamkan di tanah kelahiran kedua orang tuanya. Lebih tepatnya di tanah kelahirannya juga. Tapi ia berharap semoga saja pemikirannya kali ini salah.
......................
...To Be Continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Amin Srgfoo
masih sanggup bertahan kamu senja
2024-01-13
1
Nenk Vi
sedih gk sih setelah di pakek di tinggalin 🤧
2024-01-13
1