Pria Biasa Menjadi Penguasa
Hai semuanya pembaca setiaku. Kali ini aku mencoba menulis cerita yang berbeda dari biasanya. Cerita ini bergenre fiksi modern.
Baca yuk, ramaikan karya recehku ini yang tidak seberapa. Terima kasih.
*
*
*
Satria seorang pria penjual ikan disiang hari dan dimalam hari ia menjadi kurir pengantar barang. Begitulah pekerjaan yang ia tekuni setiap hari.
Semua ia lakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup glamor istrinya yang bernama Lusiana.
Lusiana adalah anak seorang konglomerat di kotanya. Tapi setelah menikah dengan Satria setahun yang lalu membuat hidupnya merasa dilanda kesialan terus menerus.
Bagaimana tidak? Satria hanya seorang pria miskin yang dijodohkan oleh kakek Lusiana dengan Lusiana sendiri.
Lusiana menolak keras perjodohan ini, tapi sang kakek tetap menikah mereka. Sepanjang pernikahan mereka, tidak pernah sekalipun Satria menyentuh istrinya. Tidur pun Satria harus di gudang belakang yang dijadikan kamar oleh Satria.
Sepertinya biasa Satria menjual ikan di pasar. Hari ini Satria sedang melayani pembeli, tapi tiba-tiba datang sekelompok preman membuat huru hara ditempat ini.
"Hei kamu!" tunjuk salah satu preman yang sudah bisa ditebak adalah ketuanya.
Satria menoleh, tapi tetap saja melayani pembeli. Merasa diabaikan, preman itupun marah.
Braak...
Preman menggebrak meja tempat Satria menjual ikan. Para pembeli pun ketakutan dan segera berlarian untuk menyelamatkan diri masing-masing.
"Kamu belum bayar uang pajak keamanan disini...." bentak preman itu.
"Maaf bos, saya betul-betul tidak punya uang," jawab Satria.
Ketua preman itu memberi kode kepada anak buahnya, tanpa menunggu perintah kedua kalinya anak buah dari preman itu segera menyeret Satria dan menghajar pria penjual ikan tersebut.
Buugh ... Buugh ... Buugh.... Tendangan pukulan Satria dapatkan dari preman tersebut. Satria yang memang tidak bisa berkelahi hanya bisa pasrah saat dihajar oleh preman tersebut.
Akhirnya wajah dan tubuh Satria lebam-lebam akibat dikeroyok oleh preman tersebut. Satria hanya bisa meringis menahan sakit. Tidak ada satupun yang berani menolongnya.
"Mari kita pergi," ajak ketua preman itu kepada anak buahnya.
Mereka berjalan dengan angkuh meninggalkan tempat itu dan Satria yang masih terkapar di tanah. Satria mencoba untuk bangkit, tapi tubuhnya terasa remuk karena dipukul dan ditendang dengan kuat.
Suasana pasar yang tadinya ramai, kini menjadi sepi karena mereka semua takut dengan preman tersebut.
"Biar bagaimanapun, aku harus tetap bertahan," gumam Satria.
Satria melanjutkan kembali berjualan ikannya. Para pengunjung pasar kini kembali ramai setelah para preman itu pergi.
"Ikan satu kilo dan langsung dibersihkan," pinta seorang wanita paruh baya.
"Baik Nyonya," jawab Satria tersenyum. Satria segera melayani pembeli dengan senang hati.
Satria seorang pria tampan yang baru berusia 27 tahun. Tapi ketampanannya tersebut tertutupi oleh penampilannya yang sederhana.
"Ini Nyonya, silahkan datang lagi," ucap Satria ramah. Setelah wanita itu membayarnya, wanita itu pun pergi.
"Saya mau cumi-cumi satu kilo," kata pembeli lain.
Kebanyakan pembeli adalah para wanita. Karena penjual di pasar ini kebanyakan pria tua, hanya Satria yang paling muda.
Jadi bisa disimpulkan kalau mereka suka melihat ketampanan Satria meskipun dengan pakaian sederhana.
Kemudian datang lagi pembeli lain. Sehingga penjual ikan yang lain merasa iri kepada Satria.
"Awas saja kamu, Satria," gumam pria paruh baya yang berada tidak jauh dari tempat Satria berada.
Pria paruh baya itu menelepon ketua preman tersebut. Dan mengatakan kalau Satria banyak mendapatkan uang dari hasil penjualan ikan tersebut.
Preman tersebut pun kembali datang untuk meminta uang kepada Satria. Preman itu langsung menggeledah barang-barang Satria dan mengambilnya.
"Jangan Tuan," Satria berusaha memohon agar uang itu tidak mereka ambil.
Tapi permohonan Satria tidak mereka gubris sama sekali. Sementara di meja yang tidak jauh dari meja Satria. Seorang pria yang tadi melapor tersenyum puas melihat uang hasil penjualan ikan Satria habis mereka ambil.
"Ahh, mengapa nasibku seburuk ini?" gumam Satria setelah para preman itu pergi.
Satria hanya terduduk lesu, uang nya habis diambil oleh preman dipasar ini.
"Sabar ya, Nak. Memang beginilah nasib kita sebagai orang rendah," ucap seorang pria yang ada di meja samping Satria.
"Iya Paman," jawab Satria lesu.
"Bagaimana aku menghadapi istriku nanti? Padahal uang itu aku kumpulkan dengan susah payah," batin Satria.
Satria menghela nafas berat. Lalu menutup gerainya. Ikan yang tersisa akan ia bagi-bagikan kepada orang miskin yang tidak mampu untuk membeli ikan. Dan sisanya lagi akan ia bawa pulang kerumah.
Satria mengendarai motor bututnya dan pulang ke rumah. Saat tiba dirumah, Satria disambut dengan omelan dari mertua dan juga istrinya.
"Mana uangnya?" tanya Lusiana.
"Maaf, hari ini semua uangku diambil oleh preman," jawab Satria tertunduk.
"Dasar tidak berguna...!" hardik Lusiana.
Satria hanya bisa terdiam, karena apa yang diucapkan istrinya itu adalah benar.
"Apa yang bisa kamu lakukan selain menyusahkan saja?" tanya Lusiana. Satria tidak bisa berkata apa-apa.
"Sana masak, aku sudah lapar," perintah Lusiana.
Begitulah keseharian Satria dirumah ini, hanya makian dan hinaan yang ia dapatkan dari keluarga istrinya itu dan juga istrinya sendiri. Satria sendiri bertahan hanya karena amanah dari sang kakek Lusiana.
Satria melakukan tugasnya dengan baik, seperti memasak dan mengemas rumah. Meskipun demikian, tetap saja ia dikatakan tidak berguna. Hanya karena dia miskin.
Setelah selesai memasak, Satria menghidangkan makanan tersebut diatas meja makan. Semua keluarga istrinya berkumpul untuk makan. Tapi tidak dengan Satria yang harus makan dilantai dapur tersebut.
Malam hari...
Satria harus kembali bekerja sebagai kurir pengantar barang. Dengan motor miliknya ia pun pergi. Satria harus bisa mengumpulkan uang untuk istrinya itu yang hidup dengan gaya glamournya.
Cuaca tidak mendukung ketika ini, langit tertutupi Awan hitam sehingga tidak ada satupun bintang yang terlihat di langit.
"Sepertinya akan turun hujan," gumam Satria. Satria sudah menyiapkan mantel hujan agar tidak kehujanan nantinya.
Dengan percaya diri, Satria mengantarkan pesanan pelanggan. Bukan hanya barang, bahkan makanan pun akan ia hantarkan.
Setelah mengantar pesanan pada alamat yang dituju, Satria berniat untuk pulang. Dan upahnya akan dibayar nanti setelah pekerjaannya selesai.
Saat ditengah perjalanan hujan pun mulai turun. Satria menghentikan motornya dan memasang mantelnya.
"Sepertinya hujannya akan lama," gumam Satria.
Satria melanjutkan perjalanannya, ia akan mengambil upahnya terlebih dahulu. Setelah itu baru ia akan kembali kerumah.
Jam sudah menunjukkan pukul 1 malam saat ini. Tapi hujan belum juga berhenti, Satria mengerem mendadak saat melihat seorang pria tua tergeletak dijalan.
Satria segera turun dari motornya dan menolong kakek itu. Satria mengangkat tubuh kurus kakek itu kepinggir jalan dan tempat teduh agar tidak kehujanan. Tapi tubuh kakek itu sudah basah oleh hujan dan kakek itu terlihat kedinginan.
*
*
Pertama kali membuat cerita bergenre fiksi, rasanya sedikit sulit.
Dukung ya teman-teman para readers. Kalau ada saran atau kritik silahkan diutarakan. Tapi jangan terlalu pedas ya, soalnya aku gak terlalu suka pedas.
*
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Park Jimin
cabe rawit 10kg buat istrinya satria lebih cocok ni keknya🤣
2025-04-18
1
Mimik Pribadi
Rawit merah 1kg utk komen tokoh istrinya Satria 😅
2025-02-25
1
LENY
LANJUT THOR SEMANGAT 👍
2024-11-11
2