Episode 14

*

*

*

Satria dan kedua asistennya kembali keruang kerja mereka. didalam lift.

"Tuan muda, sepertinya asisten pribadi tuan Abraham menyukai anda," canda Ariel.

"Buat kamu saja, aku gak berminat," jawab Satria enteng.

"Gak mau cewek modelan gitu," kata Ariel.

"Hmmm, jangan mikirin cewek dulu. Kumpulkan uang yang banyak, maka perempuan akan datang dengan sendirinya kalau kita kaya," ucap Satria. Ariel mengangguk membenarkan.

Tiba diruang kerjanya, Satria pun duduk di kursi kebesarannya. Sementara Dewi dan Ariel langsung keruangannya.

Satria mengutak-atik laptopnya mencari kesibukan. Karena ia akan merasa jenuh jika tidak bekerja.

Tanpa terasa waktunya pulang kerja, Dewi dan Ariel memberitahu tuan mudanya untuk pulang.

"Ya, sebentar lagi," jawab Satria saat diberitahu oleh bawahannya.

Satria juga meminta kepada Dewi untuk disiapkan pakaian diruang pribadi Satria. Seperti pakaian formal dan non formal.

Satria masuk kedalam ruangan tersebut dan segera mandi, dibukanya lemari pakaian ternyata sudah ada disiapkan oleh Dewi.

"Ternyata memang cekatan," gumam Satria.

Satria tadi meminta karena tidak tahu ada pakaian yang disediakan untuknya.

Kemudian Satria pun masuk kedalam kamar mandi, setelah selesai barulah Satria berganti pakaian dan segera kembali ke rumah.

Satria tiba-tiba teringat pada gadis bisu, Satria juga tidak tau apa yang dipesan oleh gadis itu. Tapi itu bukan wewenang Satria untuk ambil tau pesanan pelanggannya.

Satria tiba diparkiran, ternyata para karyawannya sudah pulang semua, saat dipintu gerbang. Penjaga gerbang juga sudah berganti sif malam.

Satria pun menyapa penjaga gerbang tersebut dan memesankan makanan untuk mereka. Serta memberi uang saku untuk mereka.

"Tuan muda," sapa sekuriti.

"Hmmm. Nanti ada pengantar makanan datang, saya memesan untuk kalian. Dan ini uang saku untuk kalian," ucap Satria.

"Terima kasih tuan muda," ucap mereka serentak.

Satria pun berlalu dengan mengendarai motor miliknya. kedua sekuriti tersebut sangat gembira. Dan mereka berjanji pada diri sendiri untuk bekerja sebaik mungkin.

Sementara ditempat lain, Fisya merasa kecewa karena yang mengantar pesanannya bukan Satria tetapi orang lain. Jadi ia kurang semangat.

"Nona ada masalah?" tanya pelayan.

Fisya menjawab dalam bahasa isyarat.

'Orang yang mengantar pesanan bukan yang biasa'

Pelayan tersenyum lalu membelai rambut panjang Fisya, "Nona menyukai pemuda itu? Sepertinya dia pemuda baik-baik."

Fisya mengangguk, kemudian ia mengambil alat lukisnya dan melukis seseorang. Hanya dengan menggunakan daya pengingat Fisya sudah bisa melukis wajah tampan itu.

Satu jam kemudian lukisan tersebut pun jadi. Fisya tersenyum. Pelayan pun tersenyum melihatnya.

"Mirip aslinya Non," kata pelayan itu.

Begitulah hari-hari dilewati oleh Fisya, hanya melukis dan melukis. Fisya menatap lukisan tersebut dan menunggu hingga kering barulah akan digulung.

"Apa Nona akan menjualnya?" tanya pelayan. Fisya menggeleng.

"Lalu?" tanyanya lagi.

''Aku akan memberikan pada pemilik wajah ini'' jawab Fisya dalam bahasa isyarat.

"Nanti kalau dia datang, bibik akan memberikannya," tawar pelayan itu. Fisya menggeleng.

'Biar aku sendiri yang memberikan nya'

"Baiklah," jawab pelayan itu.

Kemudian pelayan pun keluar untuk menyiapkan makan malam. Sedangkan Fisya melanjutkan melukisnya untuk dijual nantinya.

Fisya terdiam sejenak, ia memikirkan pria yang beberapa kali mengantar pesanan miliknya, tapi hari ini tidak ada, Fisya berpikir mungkinkah pria itu sudah berhenti bekerja?.

Fisya kembali melanjutkan melukisnya yang sempat terjeda. Hingga satu jam kemudian lukisan tersebut pun siap.

"Nona, makan malam sudah siap," ucap pelayan.

Fisya bangkit dari duduknya dan berjalan menuju meja makan. Fisya duduk dan dilayani oleh pelayan tersebut.

Baru saja Fisya menyuapkan nasi kedalam mulutnya, penjaga gerbang datang dengan tergesa-gesa.

"Nona, ada orang yang datang mencari anda," ucap penjaga.

Pelayan pun memantau untuk melihat orang itu dan memastikan nya.

"Nona, pria itu datang," lapor pelayan.

Fisya menoleh ke pelayan dan berbicara bahasa isyarat, "siapa?"

"Pria yang Nona lukis itu," jawab pelayan.

Fisya segera bangkit dan berjalan menuju ruang tempatnya melukis. Dan mengambil lukisan tersebut. Fisya segera menemui pria itu.

"Nona tunggu!" panggil pelayan.

Tapi Fisya masih terus berjalan tanpa menghiraukan panggilan pelayan. Tiba didepan pintu, ternyata Satria sudah ada di situ.

Fisya menyerahkan gulungan kertas pada Satria. Satria sempat bingung, tapi Fisya dengan senyum khasnya tetap menyerahkannya.

"Apa ini?" tanya Satria.

"Lukisan untukmu," jawab Fisya dalam bahasa isyarat. Satria mengangguk dan menerima gulungan tersebut lalu membukanya.

"Ini kamu yang melukis?" tanya Satria. Fisya mengangguk.

"Terima kasih, lukisan ini sangat indah," ucap Satria. Fisya kembali mengangguk dan tersenyum.

"Aku pulang dulu," pamit Satria. Fisya sekali lagi mengangguk.

Pelayan tersenyum melihat Nona mudanya tersenyum. baru kali ini pelayan melihat kebahagiaan Nonanya itu setelah sekian tahun.

"Semoga Tuhan menjawab doa-doa ku," gumam pelayan.

Satria pun naik keatas motornya dan pergi dari rumah itu. Fisya masih berdiri mematung hingga motor Satria menghilang dari pandangannya. Barulah Fisya masuk kedalam rumah.

Senyumnya tidak luntur hingga tiba di meja makan dan melanjutkan makannya. Kini Fisya seperti punya semangat untuk hidup.

Sementara Satria masih dalam perjalanan pulang, Satria juga merasakan hal yang sama. Hatinya terasa bahagia saat ini.

"Aku akan beri bingkai untuk lukisan ini," batin Satria.

Satria tiba di rumahnya, ternyata sudah ada sebuah mobil menunggu di depan rumahnya itu. Satria kenal betul dengan mobil tersebut. Satria memarkirkan motornya ditempatnya, kemudian ia turun dari motor dan menghampiri pemilik mobil tersebut.

Melihat Satria datang, pemilik mobil pun keluar. Dan tersenyum manis kearah Satria, tapi Satria tidak menanggapinya sama sekali.

"Darimana kau tau rumahku?" tanya Satria.

"Aku beberapa hari ini mencaritahu dan mengikuti mu dari kejauhan," jawab Lusiana.

Ya yang datang adalah Lusiana, kali ini dia begitu gencar untuk mengejar kembali Satria. Lusiana tidak akan putus asa sebelum mendapatkan Satria kembali.

"Sebaiknya kamu pergi, kamu tidak diperlukan disini," ucap pedas Satria.

Lusiana dengan tidak tau malunya malah semakin mendekati Satria. Dan berusaha untuk menggoda Satria.

"Apa kamu tidak tertarik padaku?" tanyanya.

Satria mencebikkan bibirnya, "aku tidak pernah tertarik padamu."

Lusiana merasa panas telinganya saat mendengar itu, tapi dia masih dengan gaya centilnya mendekati Satria. Lusiana semakin mendekat, sedangkan Satria menjauh.

"Jangan salahkan aku bila aku bertindak kasar," ancam Satria.

Tapi ancaman itu tidak digubris sama sekali oleh Lusiana dan ...

Plaak ... Satu tamparan mendarat sempurna dipipi Lusiana, sehingga wajahnya berpaling ke samping. Wajah Lusiana memerah bekas tamparan tersebut.

"Sudah aku bilang, tapi kamu malah menantangku," ucap Satria.

Lalu Satria pun masuk kedalam rumah tanpa menghiraukan Lusiana yang menangis karena ditampar oleh Satria.

Satria mengunci pintu rumahnya agar wanita itu tidak masuk. Dan berjalan menuju kamarnya.

Satria menyimpan lukisannya seperti menyimpan barang yang sangat berharga. Nanti baru dia beri bingkai agar dapat dipajang di kamarnya.

*

*

*

Terpopuler

Comments

dya Mike

dya Mike

rasain tuh Lusiana

2024-04-24

2

Edy Sulaiman

Edy Sulaiman

Satria kan orang kuat sakti,tanpan penguasa dan kaya, dak mungkin thor wanita nya satu dak lucu...hhh

2024-03-16

3

CahTheLoel

CahTheLoel

trus tujuan loe datang apa🤔....tiba" dikasi lukisan trus pulang🤣

2024-03-16

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!