Episode 2

*

*

*

Satria menyelimuti tubuh kakek itu dengan mantelnya. Wajah kakek itu terlihat pucat meski tidak jelas terlihat oleh Satria.

"Kakek tidak apa-apa?" tanya Satria.

Kakek itu menggeleng, "Tidak, kakek cuma lapar."

"Sebentar ya kek," kata Satria.

Satria mengambil kotak makanan yang tadi diberi oleh pemilik restoran tempatnya bekerja. Tadinya setelah tiba dirumah baru ia akan memakannya. Tapi ada yang lebih membutuhkan dari dirinya.

"Ini kek," ucapnya sambil menyerahkan kotak makanan tersebut.

Pria tua itu makan dengan begitu lahap sehingga dalam sekejap makanan sudah berpindah keperut nya.

Satria tersenyum, "ternyata dia benar-benar kelaparan."

"Nak, kakek cuma punya ini," ucap pria tua itu menyerahkan kalung berbentuk naga.

"Tidak perlu kek, saya ikhlas," kata Satria.

"Ambillah, agar nanti kamu bisa mengingat kakek," kata pria tua itu.

"Baiklah kek," jawab Satria.

Satria pun memakai kalung tersebut, saat Satria menoleh ternyata kakek itu sudah menghilang. Satria panik mencari kakek tersebut, tapi tidak ia temukan.

Akhirnya Satria memutuskan untuk kembali kerumahnya, lebih tepatnya rumah mertuanya. Jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi, mereka sudah tidak heran lagi pada Satria mau pulang jam berapa? Yang penting pekerjaan rumah dan memasak harus siap.

Satria memegang liontin kalung tersebut yang berbentuk naga. Saat ia ingin melepaskan kalung tersebut ternyata tidak bisa.

Terpaksa Satria membiarkan kalung tersebut dilehernya. Seperti biasa, Satria mengerjakan pekerjaan rumah tersebut hingga selesai. Kemudian ia membuat sarapan untuk mereka semua. Setelah selesai barulah Satria beristirahat didalam gudang yang disebut kamar itu.

Satria kembali berjualan ikan, saat ini Satria berada di pelabuhan untuk membeli ikan segar. Uang upah semalam ia belikan ikan sebagai modal.

Meskipun sang istri anak konglomerat, tapi uang hasil Satria berjualan dan juga bekerja habis untuk istrinya foya-foya.

Sementara Satria hanya menurut saja, membantah sedikit maka caci maki dan hinaan dari keluarga mertuanya itu.

Setelah mendapatkan ikan, Satria langsung kembali ke pasar. Beruntung hari ini tidak ada preman pasar, jadi uang Satria aman.

Separuh untuk istrinya dan sisanya untuk modal usahanya. Begitulah seterusnya.

Malam ini Satria kembali bekerja seperti biasa, cuaca malam ini sangat bagus. Satria mendapatkan pesanan untuk mengantarkan barang kesebuah hotel. Entah barang apa yang mereka pesan. Satria hanya bertugas untuk mengantarkan nya.

Saat tiba di hotel yang dimaksud, Satria menemui resepsionis dan menanyakan kamar yang memesan barang tersebut.

Tapi siapa sangka, Satria malah melihat istrinya sedang berangkulan memasuki hotel tersebut.

"Lusi!" panggil Satria.

Kedua orang itu menoleh, dan Lusi tersenyum mengejek.

"Siapa dia?" tanya Satria.

"Dia kekasihku, dan kamu jangan ikut campur...." Bentak Lusi.

"Tapi aku suamimu, biar bagaimanapun kita sudah menikah," kata Satria.

"Lusi, tidak mungkin punya suami miskin kaya kamu," ejek sang pria. Pria itu bernama Ronald.

"Ayo sayang," ajak Lusi pada Ronald.

Mereka pun melanjutkan masuk kedalam yang sudah mereka pesan sebelumnya.

Satria pun melanjutkan mengantar pesanan pelanggan. Jujur hatinya sakit melihat istrinya bersama pria lain. Meskipun diantara mereka hanya sebatas istri diatas kertas.

Satria kembali setelah mengantarkan pesanan, hari ini ia pulang lebih awal dari biasanya. Karena pesanan tidak terlalu banyak.

Setibanya di rumah. Kedua mertuanya sudah menunggu di ruang tamu. Satria yang memang tidak terlalu baik dengan mertuanya pun ingin berlalu dari situ.

"Gak sopan kamu!" tegur Victor.

"Ayah," sapa Satria.

"Duduk, kami mau bicara!" Perintah ayah mertuanya.

Satria pun hendak duduk di sofa tapi suara Serina menghentikannya.

"Siapa yang menyuruh mu duduk di sofa? Duduk dilantai...!" Serina seperti Lusiana suka membentak.

Satria pun berpindah duduk dilantai, "apa yang ingin ayah bicarakan?" tanyanya.

"Aku ingin kau bercerai dengan putriku. Kau menantu tidak berguna," ucap pedas Victor.

"Tapi amanah kakek melarang aku untuk bercerai," jawab Satria.

"Orang tua itu sudah mati, besok kami akan urus perceraian kalian. Dan putri kami sudah menemukan orang yang lebih kaya," kata Serina.

"Aku tidak ingin bercerai," tegas Satria lalu bangkit dari duduknya dan kembali ke gudang.

"Dasar anak kurang ajar," maki Victor.

Satria tidak peduli lalu masuk kedalam kamarnya dan beristirahat. Satria tidak makan malam, karena ia tidak diizinkan.

Satria memegang liontin kalung tersebut dan menatapnya. Setiap kali Satria ingin melepaskan kalung tersebut, kalung itu tidak bisa melewati kepalanya. Seolah kalung itu hidup bisa mengecil dan membesar.

Satria pun merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur, perutnya terasa lapar. kemudian ia mengeluarkan mie instan yang sudah ia siapkan didalam kamarnya.

Dan iapun kedapur untuk mengambil air panas, hanya itulah yang bisa ia makan.

Mengapa tidak ada pembantu? Jawabnya adalah. Pembantu di rumah ini semua dipecat sejak Satria menjadi menantu dirumah ini.

Setiap kali ia berpikir ingin bebas, tapi pesan kakek selalu terngiang-ngiang di telinganya.

'Jaga cucuku, jangan ceraikan dia kecuali kalau dia sendiri yang memintanya'

Satria menghela nafas, lalu memakan mie instan yang sudah matang. Kemudian ia pun tertidur. Baru kali ini Satria bisa tidur lebih awal.

Pagi hari...

Seperti biasa Satria pergi ke pasar untuk berjualan ikan. Tapi sebelum itu dia lebih dulu membeli ikan segar untuk dijual.

"Ikan Bu," kata Satria.

"Satu kilo ya," ucap ibu itu.

Dengan senang hati Satria melayani pembelinya. Hari ini ikan yang ia jual cepat habis. Jadi Satria bisa lebih santai.

Setelah mencuci meja dan tempat berjualan, Satria memutuskan untuk langsung bekerja mengantarkan barang.

Satria mengendarai motornya dengan santai, karena ia juga tidak terlalu terburu-buru. Satria mendapatkan pesanan mengantarkan barang pada sebuah perusahaan besar.

Saat tiba disana, penjaga keamanan melarangnya masuk. karena pakaiannya yang terlihat tidak layak bagi mereka orang kaya.

"Maaf, tidak sembarangan orang bisa masuk," cegah sekuriti tersebut.

"Saya hanya mengantar pesanan pada pemilik perusahaan ini, Tuan," jawab Satria.

"Melihat penampilanmu seperti ini, bisa saja kamu hanya ingin mencuri," kata sekuriti mengejek.

"Apa salah dengan pakaianku? Yang penting aku tidak tel****ng," jawab Satria.

Sekuriti mendorong tubuh Satria hingga terjatuh, kemudian Satria bangkit. Tapi sekuriti malah memukulinya dengan pentungan.

Satria tidak bisa melawan. Hingga ada mobil mewah yang datang, sekuriti pun berhenti memukulinya.

Keluar seorang pria dan seorang wanita dari dalam mobil tersebut. Dengan langkah anggunnya dia menghampiri Satria.

"Cepat tanda tangani surat cerai ini," perintah Lusiana.

Sementara sang kekasih sudah menyeringai senang, karena sudah berhasil membuat Lusiana bercerai dari suaminya.

Setelah itu dia akan mendapatkan wanita itu seutuhnya dan Ronald sudah punya rencana jahat untuk menyingkirkan Satria dan menghabisi nyawanya.

"Cepat kamu tandatangani," kata Ronald.

Satria pun menanda tangani surat cerai tersebut. Iapun sudah resmi bercerai dengan Lusiana.

Satria pun segera meninggalkan tempat itu. Dan tanpa sepengetahuan Satria, Lusiana menyuruh Ronald untuk menyingkirkan Satria.

*

*

*

Terpopuler

Comments

Membo 69

Membo 69

authornya Kash contoh yg buruk 😆😆😆..mdhn ngga ada dlm kehidupan nyata

2025-02-17

1

Membo 69

Membo 69

baru belajar buat novel ..bisa buat emosi pembaca dgn cerita koplak macam begini..😄😄😄

2025-02-17

1

Ryuu Ryugem

Ryuu Ryugem

mahkota mu sudah jatuh king😔

2024-12-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!