Episode 13

*

*

*

Kini Satria sedang berada di pasar, wajahnya sudah tidak terlalu parah lebamnya. Seperti biasa, ikan Satria yang paling dulu habisnya dari yang lain. Lusiana keluar dari mobil, ia datang ingin menemui Satria.

"Bisa kita bicara?" tanya Lusiana. Satria menoleh dan mengangguk.

"Ee ... Anu ...." Lusiana terasa sulit untuk berbicara.

"Bicara yang jelas, aku tidak mengerti maksud anu," kata Satria. Sebenarnya Satria malas meladeni Lusiana.

"Bisakah kita kembali seperti dulu? Maksudku kita menikah lagi?" tanya Lusiana.

"Kembali seperti dulu? Artinya kamu akan memperlakukan aku sebagai babu mu? Begitu?" tanya Satria.

"Bukan itu, maksudku kita jadi pasangan suami istri," jawab Lusiana.

"Bagaimana dengan Ronald? Apa dia sudah membuang mu?" tanya Satria.

Lusiana hendak menjawab, tapi tidak jadi saat datang seorang anak kecil yang biasa diberi ikan oleh Satria.

"Paman, apa ikannya masih ada?" tanyanya.

"Ada, ini," jawab Satria lalu menyerahkan ikan tersebut. Anak itu sungguh sangat gembira, setiap hari ia dan ibunya bisa makan ikan.

"Terima kasih Paman," lalu anak itu pun pergi sebelum mendengar jawaban dari Satria.

"Pulanglah," usir Satria.

"Sat, Maafkan aku yang memperlakukan tidak baik selama ini," ucap Lusiana.

"Tidak perlu minta maaf, aku bertahan selama inipun atas amanah kakek," ucap Satria.

Satria sengaja memercikkan air ke arah Lusiana, meskipun tidak sampai basah. Tapi itu sudah cukup membuat Lusiana takut. Lusiana pun segera pergi dari tempat itu.

Satria tersenyum smirk, "enak saja minta kembali, aku saja belum selesai balas dendam ke kalian," gumam Satria.

Setelah mencuci meja dan alat lainnya, Satria pun berganti pakaian, ia sengaja membawa pakaian ganti karena ia akan ke perusahaan.

Satria mengendarai motornya menuju perusahaan yang kini berganti nama menjadi SAT & co group. Satria lebih senang mengendarai motornya daripada mobil. Meskipun ada mobilnya tapi jarang ia gunakan.

Akhirnya Satria pun tiba di perusahaan. Sekuriti heran melihat tuan mereka menggunakan motor. Tapi mereka tidak berani protes, mereka masih sayang pekerjaan.

"Selamat siang Tuan," sapa sekuriti serentak.

Sekuriti yang ditugaskan bukan dari kalangan prajurit. Tapi mereka juga bisa beladiri.

"Selamat siang," jawab Satria. Satria memberi mereka cemilan dan kopi yang tadi Satria beli saat kesini.

Satria pun melangkah masuk, semua karyawan yang kebetulan hendak istirahat makan siang pun membungkuk hormat. Satria hanya mengangguk sebagai balasan.

Dewi yang mengetahui kalau Satria datang pun segera menemuinya.

"Tuan muda!" Dewi membungkuk hormat.

"Hmmm, sudah makan?" tanya Satria.

"Belum Tuan muda," jawab Dewi.

"Makanlah, sekarang sudah waktunya istirahat, kan?" tanya Satria. Dewi mengangguk.

Dewi pun mengantar Satria keruangannya, setelah itu baru dia pergi untuk makan siang. Satria menyuruh Dewi untuk menggratiskan biaya makan siang bagi seluruh karyawan. Dan Dewi pun melaksanakan perintah itu.

Tok...

Tok...

Tok...

"Tuan muda!" Ariel datang membawa berkas yang ingin ditandatangani. Karena ini bukan wewenang Dewi.

"Mengapa bukan Dewi yang tanda tangan?" tanya Satria.

"Maaf tuan, ini hanya memerlukan tanda tangan tuan, nona Dewi tidak punya wewenang untuk ini," jawab Ariel.

"Hmmm, sini," Satria pun memeriksa semua berkas yang ingin ditandatangani.

"Kamu tidak istirahat makan siang?" tanya Satria.

"Sebentar lagi tuan," jawab Ariel.

Setelah selesai ditandatangani, Satria menyerahkan kembali berkas tersebut kepada Ariel.

"Tuan, nanti jam 3 sore ada pertemuan dengan klien," kata Ariel.

"Baiklah, siap tidak siap aku harus ketemu klien juga," kata Satria.

Beruntung Satria pernah belajar manajemen dan bisnis. Walaupun kuliahnya tidak tamat. Setidaknya dia bisa mengerti.

Ariel pun keluar dari ruangan tersebut dan kembali keruang kerjanya. Setelah Ariel keluar, kemudian masuk Dewi keruangan itu.

"Tuan, nanti ada pertemuan dengan klien," lapor Dewi.

"Hmmm. Nanti temani aku menemuinya," jawab Satria.

"Baik tuan," jawab Dewi, lalu keluar dari ruangan itu.

Dewi tidak berani untuk menggoda Satria, dan juga dia seorang panglima perang tertinggi bukan penggoda seperti kebanyakan wanita.

"Sepertinya aku harus terjun sendiri ke perusahaan," gumam Satria.

Satria duduk bersandar dikursi kebesarannya mengingat hidupnya dimasa lalu. kalau saja dia tidak menolong kakek misterius itu, mungkin hidupnya tidak akan seperti ini.

"Tapi aku tetap akan balas dendam pada mereka yang sudah memandang rendah padaku. Aku akan balas dendam dengan cara elegan," gumam Satria.

Satria pun membuka laptop yang ada diatas meja kerjanya. Merasa jenuh tidak ada yang ia kerjakan, lalu Satria memanggil Dewi.

"Tuan muda perlu sesuatu?" tanya Dewi saat sudah berada di ruangan tersebut.

"Hmmm, aku mau minta berkas yang akan ku kerjakan," jawab Satria.

Dewi tersenyum, "tunggu sebentar, Tuan." kemudian Dewi pun keluar dari ruangan itu. Tidak berapa lama ia datang dengan membawa berkas yang akan dikerjakan oleh tuan mudanya itu.

"Ini tuan muda, tuan boleh cek berkas ini," kata Dewi.

"Hmmm, baiklah. Lakukan tugasmu," perintah Satria.

Dewi pun pamit undur diri untuk kembali keruang kerjanya. Sementara Satria membuka map yang berisi berkas tersebut.

Satria meneliti setiap berkas yang ada didalam map tersebut. Pelan-pelan ia belajar dalam urusan bisnis tersebut.

Tanpa terasa waktu berlalu, hingga waktu bertemu klien pun tiba. Dewi masuk dan memberitahukan bahwa klien sudah menunggu.

"Tuan muda, klien kita sudah menunggu di ruang meeting," lapor Dewi.

"Hmmm, kita segera kesana. jangan lupa berkasnya,"' kata Satria.

"Sudah tuan, semua sudah disiapkan," jawab Dewi.

Satria dan Dewi pun segera keruang meeting, tidak lupa Ariel juga ikut. Ariel adalah asisten kedua setelah Dewi.

Ketiganya pun masuk kedalam lift, dan turun kelantai 10. Karena disana khusus ruangan meeting. Tiba dilantai 10, pintu lift pun terbuka. Kemudian mereka pun masuk keruangan meeting tersebut.

Selamat sore tuan Abraham," sapa Dewi. Abraham tersenyum, sementara asistennya menatap Satria tanpa berkedip untuk beberapa detik.

"Maaf membuat anda menunggu, tuan," kata Satria.

"Santai saja tuan ...." perkataan Abraham terjeda.

"Satria, tuan, namaku Satria," jawab Satria.

"Tampan banget," batin asisten pribadi Abraham.

"Bisa kita mulai sekarang Tuan," kata Dewi.

Abraham pun mengangguk. Sedangkan asisten pribadinya tidak mengalihkan tatapannya pada Satria.

"Zeti!" panggil Abraham.

"Ah iya tuan," Zeti pun terlihat gugup.

Dewi dan Ariel berusaha menahan tawa saat melihat tingkah Zeti melihat Satria.

Zeti pun menjelaskan tentang proyek kali ini. Zeti mempresentasikan dengan sangat baik.

"Bagaimana tuan Satria?" tanya Abraham.

Satria mengangguk, tapi ia juga meminta pendapat kepada Dewi dan Ariel.

"Bagus," jawab Dewi.

"Kami terima kerjasama ini," kata Satria.

Akhirnya kesepakatan pun dibuat, dan kedua belah pihak pun menandatangani kontrak kerjasama tersebut.

"Terima kasih tuan," ucap Abraham. Kemudian berjabat tangan pada Satria dan kedua asistennya.

Zeti hendak menjabat tangan Satria, tapi Satria dengan sopan menangkup tangan didadanya.

Zeti pun tidak jadi berjabat tangan dengan Satria, hanya berjabat tangan dengan Dewi saja.

Dengan wajah muram Zeti meninggalkan tempat itu bersama bosnya.

*

*

*

Terpopuler

Comments

Hanny Elfandri

Hanny Elfandri

ngomong doang ga gerak2...kelamaan

2024-06-25

5

Muhammad Abdul Ruyani

Muhammad Abdul Ruyani

hahahaha/Facepalm/

2024-06-11

1

Nurlela Nurlela

Nurlela Nurlela

maaf, hanya mengganti pakaian tanpa mandi? apakah tdk bau amis ? 👃👃

2024-03-16

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!