Episode 17

*

*

*

Akhirnya mereka semua meninggalkan tempat itu. Tapi sebelum mereka pergi, Dewi memerintahkan bawahannya untuk membakar markas tersebut. Para bawahan yang diutus Dewi pun segera melaksanakan perintahnya.

Api mulai melahap tempat tersebut, para prajurit yang diperintahkan untuk membakar tempat itu masih berada diluar markas tersebut. Menyaksikan tempat itu terbakar.

Hingga beberapa jam kemudian tempat itu sudah habis terbakar dan hanya menyisakan puing-puing sisa kebakaran.

Barulah prajurit tersebut meninggal tempat itu. Karena mereka ingin memastikan tidak ada yang tersisa dari kebakaran tersebut.

Sementara Satria sudah tiba dikediaman Fisya. Penjaga gerbang yang biasanya selalu siap menjaga, terluka karena diserang. Satria segera memerintahkan bawahannya untuk membawa pria itu kerumah sakit.

"Siapkan aku penjaga untuk berjaga di rumah ini," perintah Satria pada Dewi.

"Baik tuan muda, akan saya laksanakan," ucap Dewi tegas. Karena Dewi dan beberapa orang panglima sedang mengawal Satria hingga kerumah gadis itu.

Fisya belum menyadari kalau dia sudah bisa bicara. Hingga dia terkadang masih menggunakan bahasa isyarat. Mungkin karena sudah terbiasa.

Satria mengangkat tubuh Fisya dan menggendongnya hingga ke kamarnya, pelayan setianya menunjukkan kamar Nona mudanya.

"Jangan pergi," ucap Fisya dalam bahasa isyarat. Karena Satria hendak melangkah keluar tapi ditahan oleh Fisya dengan memegang tangan Satria.

Akhirnya Satria menurut saja, dan membiarkan Fisya dalam dekapannya karena Fisya masih ketakutan.

"Bik, tolong ambilkan air minum," pinta Satria.

"Baik tuan," jawab pelayan itu.

Hanya sekejap pelayan datang dengan membawa segelas air, Satria pun menyambut gelas tersebut dan memberikan nya pada Fisya.

"Minum dulu," pinta Satria.

Fisya pun menurut dan meneguk airnya hingga habis. Kemudian memberikan kembali gelas tersebut kepada pelayan.

"Sebentar ya, aku menemui mereka dulu," kata Satria. Fisya pun mengangguk. Pelayan mendekat karena diperintah kan untuk menemani Fisya.

Satria menemui Dewi yang masih setia menunggu di luar.

"Kalian boleh pulang!" perintah Satria.

"Baik tuan muda,!" jawab Dewi tegas.

Tanpa diperintah kedua kalinya, Dewi dan yang lainnya pun pergi. Hanya beberapa orang yang tinggal untuk menjaga rumah ini.

Satria kembali masuk kedalam rumah untuk menemui Fisya. Untuk sementara waktu Satria akan menemani gadis itu. Hingga keadaannya kembali tenang.

"Bibik tolong siapkan makanan untuk Fisya," pinta Satria.

"Baik tuan," jawab pelayan.

Pelayan pun segera keluar dari kamar Fisya dan langsung kedapur untuk menyiapkan makanan untuk Fisya. Karena Fisya sudah pasti kelaparan.

"Sekarang istirahat ya," pinta Satria. Fisya mengangguk.

Satria pun menyelimuti Fisya hingga dada, kemudian Satria menunggu Fisya dan duduk disisi ranjang. Satria mengelus rambut Fisya hingga gadis itu tertidur.

Sementara disisi lain...

Lohan yang mengetahui markasnya hancur dan semua bawahan nya mati pun hanya bisa mengumpat. karena Lohan melihat sendiri saat markasnya terbakar. Karena dia bersembunyi tidak jauh dari tempat itu.

Sedangkan Ronald dan Lusiana sudah kabur. Saat ini keduanya berada di rumah Lusiana. Untuk sementara mereka akan disini dulu hingga keadaan kembali seperti semula.

"Aku tidak menyangka kalau Satria bisa sekuat itu," kata Lusiana.

"Darimana dia dapat kekuatan seperti itu? Padahal dulunya dia sangat lemah," tanya Ronald.

Ponsel Ronald berdering, Ronald segera mengambil ponselnya disaku jasnya. Dan segera menjawab panggilan tersebut.

"Halo pah," sapa Ronald menjawab panggilan tersebut.

"Kalian dimana?" tanya Lohan.

"Aku dirumah Lusiana sekarang," jawab Ronald.

"Papa kesana sekarang," kata Lohan. Belum sempat Ronald berbicara lagi, panggilan sudah terputus secara sepihak.

Ronald pun menyimpan kembali ponselnya.

"Papa mau kesini?" tanya Lusiana.

"Iya, bagaimana?" tanya Ronald balik.

"Biarkan saja," jawab Lusiana.

"Kamu tidak keberatan?" tanya Ronald. Lusiana menggeleng.

"Tapi aku harus mencari Papaku yang disekap oleh Satria," jawab Lusiana.

"Nanti kita cari sama-sama," ucap Ronald.

Lohan mengendarai mobilnya yang selalu ia siapkan untuk melarikan diri kalau keadaan darurat. Ia keluar dari jalan rahasia, dan diujung jalan tersebut ada beberapa buah mobil yang terparkir disana.

Kali ini ia ingin berdiskusi untuk mencari sekutu agar bisa melawan Satria dan bawahannya.

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih satu jam, Lohan pun tiba didepan rumah Lusiana.

Mendengar suara mobil, Ronald dan Lusiana pun mengintip. Mereka ingin memastikan siapa yang datang?.

Lohan pun keluar dari mobil, dan saat didepan pintu, pintu pun terbuka menampilkan sosok putranya.

Tanpa disuruh, Lohan langsung masuk. Bahkan ia langsung duduk di sofa. Masih dengan gaya angkuh tidak berubah sama sekali.

"Ada apa Papa kemari?" tanya Ronald.

"Aku ingin kamu bantu Papa. Papa ingin kumpulkan orang-orang untuk membalas dendam," kompor Lohan.

"Apa rencana Papa selanjutnya?" tanya Ronald.

"Kita akan mencari orang terkuat agar bisa mengalahkan bocah itu," kata Lohan.

"Maksud Papa?" tanya Ronald.

"Orang terkuat saat ini ada di bagian wilayah timur," jawab Lohan.

"Maksudnya kita harus gabung dengan wilayah itu?" tanya Ronald.

"Ya, setelah kita bergabung kita nanti akan menguasai wilayah itu, agar kekuasaan kita semakin luas," jawab Lohan dengan bangganya. Ronald mengangguk membenarkan. Setelah itu Lohan pun segera pergi dari rumah itu.

Ditempat Satria...

Fisya terbangun dan melihat Satria sedang memperhatikan nya. Satria pun tersenyum.

"Sudah bangun?" tanya Satria dan dijawab anggukan oleh Fisya.

"Makan dulu ya," pinta Satria.

Fisya yang melihat makanan diatas meja pun mengangguk. Kebetulan dia memang lapar saat ini.

Satria pun mengambil piring yang sudah berisi makanan. Satria menyuapi Fisya, sehingga Fisya merasa canggung tapi sekaligus senang dengan perlakuan manis Satria.

Akhirnya makanan yang dipiring pun habis oleh Fisya. Satria menyuruh pelayan untuk mencuci piring tersebut.

"Kamu mau mandi?" tanya Satria. Dan Fisya lagi-lagi mengangguk.

Satria membawa Fisya kedalam kamar mandi, setelah itu iapun keluar. Tidak mungkin ia melihat Fisya mandi.

Fisya mengguyur tubuhnya dibawah shower. Rasa segar mandi dengan air dingin. Tapi jangan terlalu dingin.

Fisya keluar setelah selesai mandinya. Dengan berpakaian lengkap, karena ia tau bukan dia sendiri yang ada didalam kamar tersebut.

Fisya mengedarkan pandangannya dan tidak melihat keberadaan Satria didalam kamar itu, tapi hanya pelayan.

"Tuan sedang diruang tamu, karena tuan tidak enak berlama-lama didalam kamar," jawab pelayan seolah Fisya bertanya padanya.

"Bagaimana keadaan Nona?" tanya pelayan.

"Aku sudah lebih baik," jawab Fisya dalam bahasa isyarat. Pelayan pun tersenyum.

"Berterima kasihlah karena ada orang yang menyelamatkan kita," ucap pelayan. Fisya hanya mengangguk.

Kemudian pelayan dengan telaten melayani Nonanya. Seperti menyisir rambut dan sebagainya.

Fisya mengajak pelayan untuk keluar kamar. Dan ia akan mengucapkan terima kasih kepada Satria.

"Terima kasih," ucap Fisya dengan menggunakan bahasa isyarat.

"Sama-sama," jawab Satria.

"Oya, kalau begitu aku kembali kerumah," pamit Satria.

Fisya mengangguk meskipun hatinya merasa sedih. Tapi dia juga tidak mungkin menahan Satria disini.

Satria pun akhirnya pergi dari rumah Fisya dan mengatakan sekarang ia sudah aman dan rumah ini sudah dijaga.

*

*

*

Terpopuler

Comments

MrQues Ques

MrQues Ques

Tapi tidak terlalu dingin…

2024-10-03

1

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

KNP GK SURUH DEWI CARI TU KBRADAAN LOHAN, RONALD DN LUSI...

2024-08-06

2

Imam Sutoto

Imam Sutoto

woow keren banget lanjut

2024-02-29

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!