Episode 10

*

*

*

"Sekarang sudah aman, sebaiknya kalian pulang saja," usir Satria.

"Baik tuan muda," jawab mereka serentak.

Dewi dan bawahannya pun kembali dengan mobil masing-masing. Setelah membereskan semuanya. Tapi sebelum itu, mereka membereskan dulu orang-orang yang bertopeng. Mereka tau dalang dibalik penyerangan tersebut.

"Wilayah tengah," gumam Dewi tersenyum devil.

Mereka tidak mau bertindak kalau tidak ada perintah. Tapi mereka tidak tinggal diam kalau mereka diserang.

Setelah kepergian bawahannya, Satria pun masuk kedalam rumah. Ternyata rumah sepi, dan terlihat dua pelayan Satria yang ada dirumah ini tergeletak pingsan. Dan ada beberapa luka di sekujur tubuh keduanya.

"Berarti sebelum aku datang, mereka sudah lebih dulu menyerang pelayanku," gumam Satria.

Satria segera membawa kedua pelayannya ke rumah sakit. Dengan mobil yang satunya dan lebih besar, Satria membawa kedua pelayannya itu.

Tidak lupa ia memberitahu Dewi untuk menjaga mereka nantinya. Dewi menugaskan dua orang bawahannya untuk berjaga depan pintu ruangan rawat mereka nantinya. Dan mengutus yang lain untuk berjaga di sekitar rumah sakit dengan secara sembunyi-sembunyi tentunya.

Satria mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, karena keadaan kedua pelayannya cukup kritis.

Saat tiba di rumah sakit, Satria malah dicuekin oleh suster dan dokter. Malah dokter menyuruh Satria untuk melakukan pembayaran terlebih dahulu. Barulah pasien akan ditangani. Satria tidak boleh emosi saat ini, biar nanti Dewi yang mengurus dokter tersebut.

Dewi pun akhirnya datang karena Satria memanggilnya. Dokter tercengang dan berubah pucat saat melihat Dewi membungkuk hormat pada Satria.

"Aku tidak mau dokter ini di rumah sakit ini," kata Satria.

"Baik tuan muda," Dewi pun menoleh kearah dokter tersebut yang sudah terlihat pucat karena ketakutan.

"Kau menyinggung orang yang salah," kata Dewi penuh tekanan.

"Am-ampun tuan muda," ucap dokter itu.

"Pergilah, dokter sepertimu tidak dibutuhkan lagi disini," perintah Satria.

Dokter itu terduduk dilantai bersama dua orang suster yang tadi cuek pada Satria dan kedua pelayannya.

Dewi pun memanggil dokter lain untuk menangani pasien. Dokter yang tadi langsung dipecat oleh Dewi karena tidak kompeten dalam urusan pekerjaan dan hanya mementingkan uang daripada keselamatan pasien.

"Bagaimana bisa terjadi, tuan muda?" tanya Dewi.

"Ternyata sebelum kita datang, mereka lebih dulu menyerang pelayan," jawab Satria.

"Sepertinya tuan muda harus pindah rumah agar lebih aman," ucap Dewi.

"Kau tau siapa mereka?" tanya Satria.

"Mereka orang-orang Lohan, tuan muda," jawab Dewi.

"Hmmm. Ternyata Lohan sudah bertindak lebih awal dari yang aku kira," kata Satria.

"Apa yang akan tuan muda lakukan? Kami siap. Untuk menghancurkan Lohan malam ini kami juga bisa," tanya Dewi.

"Kita lihat saja dulu, sejauh mana Lohan bertindak," jawab Satria.

"Baik tuan muda, kapan pun anda perintahkan, kami siap," ucap Dewi lalu segera beranjak dari tempat itu.

Sebagian ikut Dewi sebagian lagi menunggu di rumah sakit untuk berjaga.

Setelah selesai pemeriksaan, kedua pelayan pun dipindahkan keruang perawatan yang sudah disediakan.

"Kalian jaga tempat ini, jangan sampai lengah!" perintah Satria.

"Baik tuan muda," jawab mereka serentak.

Satria pun kembali kerumahnya untuk beristirahat. Sejak tadi Satria belum sempat untuk beristirahat karena banyak urusan.

Satria mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Kebetulan malam ini jalanan cukup senggang.

Tiba dirumahnya, Satria melihat gelagat aneh dari samping rumahnya. Satria tidak peduli sama sekali. Satria tidak langsung masuk, tapi ia memusatkan perhatian sehingga telinganya bisa mendengar dengan jelas.

'Yang Mulia menyuruh kita membunuhnya'

'Kamu yakin itu orangnya?'

Satria bisa mendengar bisikan mereka. Satria tersenyum sinis. Saat hendak membuka pintu, bau bensin pun menyengat menyeruak di Indra penciuman Satria.

Satria pun mengurungkan niatnya untuk masuk, tapi ia lebih memilih pergi dan kemudian mengendap-endap mendekati dua orang yang sedang bersembunyi.

Satria tiba-tiba sudah berada dibelakang mereka, tanpa mereka sadari tentunya.

"Sedang apa kalian?" tanya Satria.

Kedua orang itupun menoleh secara bersamaan dan ....

Buugh ... Satria membentur kan kepala kedua orang itu. Sehingga keduanya pun merasa pusing yang luar biasa.

"Siapa yang memerintahkan kalian?" tanya Satria.

"Tu-tuan Lohan," jawab salah satu dari mereka.

"Bilang sama Lohan, jangan jadi pengecut," titah Satria. Kemudian Satria memukul kedua orang itu hingga babak belur.

Setelah itu baru Satria membebaskan kedua orang tersebut. Kedua orang bawahan Lohan pun lari terbirit-birit meskipun sedikit pincang.

Satria kemudian pun masuk kedalam rumah, sebelumnya Satria menghubungi Dewi untuk mengurus semuanya, karena besok dia akan langsung pindah setelah melihat perusahaan.

Satria masuk dan membersihkan diri, dia merasa sangat capek. Setelah selesai mandi, Satria merebahkan tubuhnya diatas ranjang.

"Jadi orang miskin tidak tenang dan malah dihina. Sekarang jadi orang kaya ternyata tidak juga bahagia," gumam Satria.

Malam sudah larut ketika ini, Satria pun perlahan memejamkan matanya dan tertidur.

Pagi hari...

Seperti biasa aktivitas Satria menjual ikan. Kali ini semakin ramai pembelinya, sehingga meja yang menjual ikan disebelahnya pun Satria borong.

Seorang anak kecil datang menghampiri Satria, karena anak itu menuntut janji Satria kemarin. Satria tersenyum pada anak itu dan memberikan ikan yang sudah Satria siapkan untuknya.

Keadaan pasar sekarang sudah aman selama preman pasar sudah dikalahkan oleh Satria. Tidak ada lagi yang berani mengganggu atau membuat keonaran dipasar ini.

"Sat, kamu pakai ilmu apa sih?" tanya pria paruh baya yang bersebelahan dengan meja Satria.

"Gak ada kok Paman," jawab Satria.

"Aku yakin kamu punya ilmu, buktinya para preman terlempar tanpa kamu sentuh," kata pria itu.

"Paman bisa aja, mungkin ada dewa yang datang menolong, karena tidak suka melihat orang ditindas," jawab Satria asal.

"Terima kasih ya, berkat kamu daganganku jadi laris," ucap pria.

"Iya sama-sama," jawab Satria.

Satria pun pulang, kali ini lebih awal lagi dari biasanya. Karena ikan yang ia jual cepat habis.

Saat tiba dirumah, ternyata Dewi sudah menunggu didepan rumah. Satria pun mempersilahkan Dewi masuk, tapi Dewi menolak dengan cara halus.

"Aku ganti pakaian dulu," ucap Satria. Dewi pun mengangguk.

Satria pun masuk kedalam rumah dan langsung menuju kamarnya, kemudian langsung masuk kedalam kamar mandi.

Satria harus tampil rapi karena ingin pergi keperusahaan miliknya.

Setelah selesai mandi dan berpakaian lengkap Satria pun keluar dan mendapati Dewi sedang berbicara dengan supir yang nanti membawa mereka.

Satria keluar, Dewi dan supir pun langsung menunduk hormat

"Silakan Tuan muda," ucap Dewi. Dewi membukakan pintu mobil untuk tuan mudanya itu, kemudian baru untuk dirinya sendiri.

"Jalan!" perintah Dewi.

Supir pun langsung menjalankan mobilnya atas perintah dari Dewi. Sedangkan Satria hanya diam saja.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Komar Ajikidul

Komar Ajikidul

mc dri awal otaknya gk pernh ada tegasnya.goblok bener.mending gk usah terusin thor.

2024-04-23

2

Khamituo

Khamituo

kenapa para penulis novel digital ini tidak mempunyai akal, suka menulis cerita novel orang lain! alias njiplak

2024-04-12

0

Fatah Liverpooldlian

Fatah Liverpooldlian

hanya penikmat saja

2024-04-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!