Negara Langyan memiliki sosok Putra mahkota yang lebih baik dibandingkan dengan kaisar terdahulu. Tidak sembarang orang bisa melihat wajahnya dan bisa menemuinya berkeliaran di sisi istana. Itu karena, Putra mahkota sering menyamarkan dirinya sebagai salah satu dari pangeran sehingga, banyak orang yang salah sangka padanya.
Namanya adalah Yang Zhen, putra dari Kaisar Yang Lian dan Permaisuri Hou Yin. Ia mewarisi wajah dari Ayahnya dan sifat dari Ibunya yang lembut dan baik hati. Yang Zhen merupakan sosok yang paling disukai di istana ini dan dicintai oleh rakyatnya. Setiap kali perayaan istana dilakukan, Yang Zhen menyembunyikan wajahnya menggunakan topeng emas. Namun, malam ini Ling Qianyu mendapatkan sebuah keberuntungan dengan bertemu dengan wajah asli dari sosok Putra mahkota Yang Zhen yang wajahnya begitu disembunyikan dari dunia.
Begitu Ling Qianyu mengatakan alasan mengapa dia berada di sini, tentu saja membuat Yang Zhen merasa cukup terkejut sementara, Li Shen hanya mengalihkan perhatiannya karena ia sudah mengetahuinya dari pembicaraan yang di dengarnya.
”Apakah kau baik-baik saja, Nona Ling?” tanya Yang Zhen dengan ekspresinya yang terlihat pilu. Tentu ia sudah banyak mendengar berita tentang orang tua yang menjual anaknya sendiri tetapi, ia baru pertama kali bertemu dengan sosok gadis yang benar-benar dijual oleh Ayah kandungnya sendiri.
Ling Qianyu memasang wajah yang terlihat biasa-biasa saja. Ia tampak tidak sedih sama sekali meskipun Yang Zhen sedang mengasihaninya. ”... Aku justru senang tinggal di sini, Yang mulia. Setidaknya, di sini aku diberi makan tiga kali sehari dan diberikan tempat tinggal. Ah, aku sempat berpikir mengapa tidak sejak dulu Ayah menjualku ke istana. Sudah lama aku ingin pergi darinya tetapi dia selalu saja menghalangiku.”
Yang Zhen menatapnya dengan heran, ”Jadi, kau senang tinggal di sini? Memangnya seperti apa kehidupanmu saat berada di rumah?”
Ling Qianyu menjawab sesaat kemudian, ”Ibuku telah meninggal saat aku masih kecil. Ayah melampiaskan kesedihannya dengan selalu berjudi di pinggiran kota sampai keluarga kami bangkrut. Ayah hanya memberiku makan sekali sehari itupun kalau dia ingat. Jadi, aku harus pergi untuk memenuhi kebutuhanku sendiri. Awalnya aku menganggapnya dengan sedih namun, lama kelamaan aku menjadi terbiasa. Tapi, berkat itu semua, aku menjadi dekat dengan semua orang. Tidak ku sangka, orang-orang di kota ternyata baik semua!” jawabnya diakhiri dengan suara tertawanya yang terdengar tidak terlalu menganggapnya serius.
Berbeda sekali dengan yang dirasakan oleh Li Shen dan Yang Zhen setelah mendengar ceritanya. Itu adalah kisah yang tidak biasa tetapi, Ling Qianyu menanggapinya dengan santai sekali seolah ia benar-benar telah terbiasa saat menghadapinya.
Yang Zhen pun menghela nafasnya. Ia menyentuh kepala Ling Qianyu sembari berkata, ”Kamu ini seperti besi yang tidak bisa dihancurkan ya. Aku menyukai sikapmu. Kuharap kita bisa sering bertemu lain kali.” usai mengatakannya dan mengusap kepalanya, Yang Zhen terkejut melihat sebuah tahi lalat kecil yang ada di pelipis matanya. Lalu, tiba-tiba pada suatu saat, Yang Zhen pernah mengatakan sesuatu pada seorang gadis yang sering ditemuinya saat kecil.
Pada saat itu, ia berkata pada gadis kecil di depannya, ”Baiklah, aku akan mengingatmu gadis dengan tahi lalat di kepala.”
Saat itulah ia mulai mengingat sesuatu yang dulu pernah dilupakannya bahkan janji yang pernah dikatakannya. Ia pun menghela nafasnya. Merasa sedih melihat gadis yang ditemuinya beberapa tahun lalu kini berakhir menjadi seorang gadis pelayan di istananya sendiri. Dia dulunya adalah seorang gadis kecil dengan kupu-kupu di atas kepalanya. Dan sekarang, ia lebih terlihat seperti kupu kupu yang terjerat benang laba-laba.
Meski ia tahu Ling Qianyu adalah gadis yang muncul dalam ingatannya, Yang Zhen tidak berniat untuk mengungkitnya kembali. Sudah pasti, Ling Qianyu melupakannya karena kejadian itu terjadi saat Ling Qianyu masih sangat kecil. Meskipun, ia memiliki satu janji pada Ling Qianyu saat keduanya hendak berpisah dan tidak pernah bertemu kembali sejak saat itu.
Yang Zhen kemudian tersenyum padanya sembari berkata, ”... Nona Ling, kamu mirip sekali dengan gadis yang aku kenal dulu.”
~o0o~
Pagi harinya, suasana di ruang makan para gadis pelayan langsung dikejutkan dengan Liuya yang menaruh semua makanannya di atas kepala Ling Qianyu hingga mengotori seluruh wajah dan rambutnya. Ling Qianyu begitu terkejut. Ia merasa tidak melakukan kesalahan apapun selain tidur di luar sepanjang malam dan membiarkan trio ini tidur di atas tempat tidurnya. Qinsu yang duduk di sebelahnya juga tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini sementara Ling Qianyu memilih untuk membisu selama beberapa saat sampai Liuya menjelaskan perbuatannya ini. Meski begitu, Ling Qianyu telah mencengkram kuat sumpit bambu yang ada di tangannya, mencoba memikirkan balasan apa yang mungkin bisa dilakukannya untuk Liuya.
”Aduh, maaf ya Qianyu. Tanganku licin—
Liuya langsung menghentikan kalimatnya begitu ia melihat sumpit bambu milik Ling Qianyu melesat tepat di lehernya hingga nyaris menggorok lehernya. Jika Ling Qianyu tidak bisa menahan diri, ia mungkin akan mengalami luka yang cukup parah atau bahkan tidak bisa diselamatkan. Liuya sangat terkejut. Ia sama sekali tidak melihat Ling Qianyu melakukan gerakan untuk mengancamnya seolah gerakan Ling Qianyu yang cepat ini tidak bisa dilihat oleh mata biasa.
”Maaf ya. Tanganku nyaris saja hilang kesabaran. Kalau hukum tidak berjalan di dunia, kamu mungkin tidak akan menduga apa yang akan aku lakukan padamu dan juga pada keluargamu. Anjing sepertimu hanya bisa menggonggong. Tidak pantas melawan singa yang diam-diam menerkam mangsanya. Ini adalah ancaman yang pertama. Tidak tahu apa yang akan aku lakukan padamu jika kamu melakukannya lagi. Silahkan tidur di atas tempat tidurku dan kita lihat saja apa yang terjadi besok.” ucap Ling Qianyu sembari menatapnya dengan dingin dan suram.
”Cih! Ling Qianyu! Apa-apaan kau ini?! Aku hanya bercanda padamu! Apakah seluruh hidupmu kau jalani dengan serius?!” bentak Liuya sembari menampar tanhan Ling Qianyu yang sedang memegang sumpitnya. Ia terlihat berkeringat karena ketakutan. Melihatnya seperti itu, Ling Qianyu sudah yakin bahwa ancamannya ini mungkin akan ampuh padanya dan membuatnya berhenti mengganggu dirinya.
Ling Qianyu menepuk punggung tangannya yang disentuh oleh Liuya tadi seolah sedang membersihkannya. Selama beberapa saat, ia terdiam kemudian mengambil nampan berisi makanannya dan berjalan menghampiri Liuya hingga membuatnya merasa ketakutan lagi.
”Ling Qianyu! Menjauhlah dariku! Kalau kau berani mengancam ku, lihat saja apa yang akan Ayahku lakukan padamu! Aku pasti akan membuatmu menderita!” bentak Liuya dengan wajahnya yang terlihat ketakutan.
Semua orang berpikir Ling Qianyu akan melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh Liuya. Ling Qianyu mungkin juga akan menumpahkan makanannya di atas kepala Liuya. Namun, ternyata Ling Qianyu hanya memberikannya padanya tanpa melakukan hal lain.
Sembari menatap wajah Liuya yang mulai terlihat pucat, Ling Qianyu berkata padanya dengan dingin, ”... Makanlah! Makanan mu tumpah di atas kepalaku kan? Kau hanya akan mendapatkan satu kali dalam tiap jam istirahat. Karena itu, jangan pernah menyia-nyiakan makanan.”
Liuya tampak kesal dan merasa sedang dipermainkan. Ia meremas kepalan tangannya kemudian membuang makanan yang diberikan oleh Ling Qianyu dengan melemparnya ke samping hingga seluruh makanannya tumpah dan berceceran di lantai. ”... PERGILAH DARIKU! DASAR GADIS ANEH!” teriak Liuya yang langsung berlari pergi meninggalkannya dan keributan yang telah dibuat olehnya.
Ling Qianyu menatap makanannya yang telah terbuang sia-sia. Ia jadi terlihat sedih dan teringat kembali dengan masa kecilnya ketika ia mengalami kesulitan untuk memperoleh makanan. Ling Qianyu tak pernah menyia-nyiakan sebutir pun nasi yang ada di atas piringnya. Oleh karena itu, melihat makanannya tumpah sia-sia dan terinjak-injak membuatnya terlihat semakin sedih.
”Ini gawat. Sekarang aku malah kelaparan.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments