Malam harinya, seluruh gadis pelayan tidur di sebuah ruangan luas secara bersamaan. Terdapat begitu banyak kasur tipis yang sampai memenuhi ruangan dan setiap pelayan harus tidur dengan berdempetan tiap orangnya. Selain itu, selimut yang mereka gunakan tidak cukup untuk menahan angin dingin yang datang dari ventilasi. Kasurnya pun tidak memiliki dipan seperti kasur kasur mereka yang ada di rumah. Posisinya yang langsung berhadapan dengan lantai, menambah kesan dingin saat tidur di sana.
Ling Qianyu sudah hafal dengan benar tempat tidurnya. Berada sedikit di ujung ruangan ini. Akan tetapi, semua tempat tidur ini telah ditempati dan telah penuh. Ia tidak juga menemukan kasur miliknya dan hanya menemukan tiga gadis pelayan tadi yang tidur tepat di tempat tidurnya. Ia menatap mereka dengan datar seolah ingin mengatakan bahwa ini adalah tempat tidurnya. Mengapa mereka begitu serakah?
”Hei! Ada apa anak baru?! Kau tidak suka kami tidur di tempatmu?!” bentak Hongli setelah ia melihat Ling Qianyu berdiri di depannya.
”Aduh, sayang sekali tidak ada tempat kosong lagi di sini.” lanjut Fuya sembari menatapnya dengan remeh.
”Pergilah dan cari tempat tidur yang lain.” Liuya mencoba mengusir Ling Qianyu yang seharusnya berada di tempat tidur yang ditempati olehnya.
Kemudian setelah itu, Qinsu datang dan langsung berkata pada mereka, ”Apa yang kalian lakukan? Di sana tempat tidur Qianyu! Kalianlah yang harus pergi dari sana!” ucapnya dengan tegas.
Liuya tertawa kemudian menjawabnya dengan nada merendahkan, ”Tuan Putri yang sering dimanja ini mencoba membela temannya. Hei! Apakah kau sudah lupa peraturan yang ada di sini? Siapa cepat, dia yang mendapatkannya! Kami yang duluan berada di sini jadi, kami yang memilikinya!”
”Kami yang sudah lama tinggal di sini! Jadi kami tahu semua peraturan yang ada di istana ini! Kalian berdua pergilah dan cari tempat tidur yang lain! Kalau bisa, tidurlah diluar!” ketus Hongli.
Jawaban dari keduanya tentu membuat Qinsu merasa marah. Ia ingin mengeluarkan kalimatnya akan tetapi, Ling Qianyu menahannya agar ia tidak membalasnya. Ling Qianyu kemudian menghela nafasnya kemudian berkata, ”... Kalian pikir aku akan tidur di sini? Cukup memuakkan tidur berhimpitan dengan kalian semua. Aku sampai tidak bergerak sama sekali. Apalagi kalian bertiga tidur dengan mendengkur sangat keras membuatku risih sampai tidak bisa tidur. Aduhh, harusnya mereka memisahkan kami semua dengan kalian bertiga. Aku lebih baik tidur saja diluar daripada harus bersama kalian.” ucapnya sembari berjalan pergi meninggalkan mereka bertiga.
Liuya berdecak kesal kemudian ia berdiri sembari menunjukkan tinjunya pada Ling Qianyu yang sudah meninggalkannya. Ia berkata dengan membentak, ”Lihat saja kau pelayan baru! Aku akan membalas mu!”
Ling Qianyu tentu mengabaikan ancaman itu dan tetap berjalan keluar dengan santainya tanpa beban yang ada di pikirannya. Untungnya, tempat istirahat para pelayan ini berada tidak jauh dari pusat istana dan hamparan rumput luas yang memiliki beberapa pohon besar yang tumbuh di setiap tepinya. Di dekat sana juga terdapat sebuah lapangan pelatihan yang biasa digunakan para pangeran untuk berlatih pedang bersama.
Beruntungnya Ling Qianyu sudah terbiasa tidur diluar. Saat di rumah dan setelah kembali dari pinggiran kota, Ayahnya selalu membawa pulang seorang wanita yang bukan istrinya. Ling Pei bahkan mempersilahkan wanita itu menginap di rumahnya dan tinggal di kamar Ling Qianyu tanpa seizinnya. Begitu tahu kamarnya dipakai orang lain, Ling Qianyu marah padanya namun, Ling Pei malah menyuruhnya tidur di luar atau di pohon. Tentu dalam keadaan keras dan diperlakukan seperti anak tiri membuat Ling Qianyu sangat mudah mengenali sifat-sifat seseorang.
Ling Qianyu memilih sebuah pohon besar dan tinggi yang jaraknya berdekatan dengan lapangan pelatihan pangeran. Ia memanjat pohon itu lalu bersandar di atas dahannya. Udara malam terasa tidak begitu dingin saat ia tinggal di istana. Jauh berbeda dengan udara yang ada di kota yang terasa jauh lebih dingin sehingga mengharuskannya membuat api unggun saat akan tidur diluar.
”Ahh, rasanya apakah aku bisa lebih bahagia tinggal di tempat seperti ini? Tugasku di sini hanya mencuci dan merapihkan pakaian! Rasanya sangat tidak seru sekali! Kalau saja seorang pelayan rendahan sepertiku diperbolehkan untuk berlatih bersama para pangeran di sana, sudah tentu aku pasti akan melakukannya!” gerutu Ling Qianyu sembari memejamkan matanya sesaat kemudian kembali memandangi langit yang ada di depan matanya.
Ling Qianyu terdiam sejenak kemudian ia teringat sesuatu tentang Ibunya yang telah lama meninggal karena sakit saat usianya lima tahun. ”... Ibu, dengarkan ini baik-baik. Saat ini, Ayah sibuk mencari janda muda yang belum beranak dan memaksa mereka tinggal di kamarku. Apakah Ibu akan tetap memaafkannya? Maaf aku mengatakan ini disaat Ibu sedang beristirahat tetapi, selera Ibu jelek sekali. Kalau saja Ibu lebih teliti mencari calon suami yang akan menjadi Ayahku suatu saat nanti, mengapa tidak memilih anggota kerajaan yang kaya dan tampan? Hidupku pasti tidak akan semenderita ini semenjak aku kehilanganmu.” gumamnya sembari memejamkan matanya kembali.
Kemudian Ling Qianyu merasakan ada sesuatu yang mengganjal pada saku kirinya. Ia pun mencoba untuk mencari tahu dan mengambil benda yang berada di dalam sana. Ternyata, benda itu adalah liontin giok hijau milik seseorang yang sudah menyelamatkannya!
”Wah, aku sudah lupa untuk mengembalikannya. Ini sudah hampir lewat tiga hari, jadi besok aku mungkin akan menjualnya.” ucap Ling Qianyu sembari memperhatikannya.
Baru saja ia tertidur, tiba-tiba ia terbangun kembali begitu ia mendengar suara pedang yang terhempas tajam ke udara dan memotong beberapa helai daun yang berjatuhan ke tanah. Ia juga mendengar suara langkah kaki yang terdengar sangat ringan seolah sedang berjalan di tengah udara yang dingin. Ling Qianyu pun mencoba untuk mencari tahu akan tetapi, meski ia sudah berada di atas pohon, posisinya saat ini tidak bisa menemukan sumber suara dari ketinggian pohon yang ditempatinya.
”Seseorang sedang berlatih pedang dimalam hari ya? Aku jadi penasaran, gerakan apa yang mereka lakukan.”
Ling Qianyu turun dari atas pohon kemudian berjalan menuju tempat suara itu berasal. Sejak usia 10 tahun, ada orang baik yang mengajarinya teknik berpedang dan memanah. Orang itu mengajarinya dengan sukarela dan melatihnya dengan sungguh-sungguh sampai ia mahir dalam melakukannya. Akan tetapi, dua tahun kemudian tiba-tiba saja orang itu menghilang tanpa meninggalkan apapun untuknya. Karena itu, setiap malam Ling Qianyu selalu menunggunya di dalam hutan pohon maple tempat keduanya pertama kali bertemu. Akan tetapi, orang itu tidak pernah muncul sampai sekarang hingga membuat Ling Qianyu merasa harus menyerah.
Ling Qianyu menemukan sebuah lapangan pelatihan yang cukup luas dan terbuat dari bebatuan yang tebal dan kokoh. Suara ini, ternyata berasal dari seorang pemuda yang sedang berlatih pedang seorang diri di tengah-tengah lapangan ini!
Pemuda dengan hanfu berwarna hitam, rambut dikuncir kuda dan sorot mata hitam legam yang terlihat sangat tajam, terasa begitu familiar dengannya. Ling Qianyu seolah pernah melihatnya sekali.
Gerakannya terlihat begitu ringan dan indah. Tanpa ragu, ia mengayunkan pedang itu ke udara seolah di depannya ada sekelompok musuh yang sedang menyerangnya. Angin malam di sekitar mereka terus berhembus sampai akhirnya awan yang menutupi bulan itu akhirnya menyingkir dan menyinari pemandangan yang saat ini dilihatnya. Sosoknya terlihat lebih jelas dari sebelumnya. Ling Qianyu merasa, ada sesuatu yang mengganjal dalam dirinya. Ia pun mencoba mengaitkannya dengan liontin giok yang dipegangnya saat ini dan mencoba mengingatnya lagi.
”Ah?! J- jadi, dia ini adalah pemilik giok ini?!” ucap Ling Qianyu dengan keras hingga mengejutkan pemuda di depannya sampai ia menghentikan latihannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments