Chapter 16

Setelah keluar dari klinik, di dalam mobil, Asahi dan Yuria duduk terpisah saling bersebrangan, wajah keduanya masih merah padam dan menoleh melihat keluar jendela,

“Setelah ini kita mau kemana ?” Tanya Asahi.

“Tidak ada rencana.” Jawab Yuria ketus.

Keduanya kembali terdiam dan tidak berbicara sama sekali, tiba tiba Yuria menoleh ke arah pengemudi.

“Ossan (paman), tolong antar aku ke taman biasa aku kesana.” Ujar Yuria.

“Baik ojousama.” Balas pengemudi.

“Huh ? taman tempat kita ketemu dulu ?” Tanya Asahi.

“Benar.” Jawab Yuria.

“Tapi taman itu kan dekat dengan rumah paman ku ?” Tanya Asahi.

“Tidak masalah, kalau ada apa apa tinggal di urus saja.” Jawab Yuria.

“Hah, jangan bertindak macam macam.” Balas Asahi.

Mobil berjalan mengarah ke arah taman yang sudah di ketahui oleh pengemudi, karena pengemudi itu sudah sering mengantar Yuria kesana dulu. Asahi terdiam, dia menoleh melihat keluar jendela, mobil mulai memasuki wilayah yang dia kenal dan akrab sebelumnya. Akhirnya Asahi tidak menoleh lagi dan melihat tangan prostetiknya, dia mulai berlatih menggerakkan tangannya.

Yuria tiba tiba berpindah ke sebelah Asahi karena melihat wajah Asahi yang sedikit muram,

“Kamu marah oniisan ?” Tanya Yuria.

“Aku tidak marah, hanya saja, aku malas ke lingkungan itu lagi, lingkungan yang selalu mengejek dan menghina ku.” Jawab Asahi.

“Status mu sekarang sudah berbeda oniisan, walau masih bayangan.” Balas Yuria.

“Aku mengerti.” Balas Asahi.

Yuria memegang tangan Asahi di sebelahnya dan merebahkan tubuhnya ke pundak Asahi, dia melihat Asahi yang mengangkat dan berlatih menggerakkan tangan prostetiknya. Tak lama kemudian, mobil mulai memasuki wilayah tempat tinggal Asahi dulu. Asahi sedikit tersenyum karena sudah lama dia tidak melihat wilayah itu, hanya saja dia tidak punya kenangan indah selama dia tinggal di sana, yang ada hanyalah ingatan yang menyakitkan hatinya.

Tak lama kemudian, mobil berhenti di sebuah taman yang cukup luas namun kosong, hanya ada petugas yang membersihkan daun daun kering yang jatuh dan beberapa orang yang sedang berlari berolah raga. Yuria mengajak Asahi masuk ke dalam taman, mereka akhirnya sampai di sebuah kursi yang di tutupi oleh dedaunan pohon besar yang rindang di belakangnya. Yuria duduk di kursi dan memandang ke arah taman.

“Ayo duduk oniisan.” Ajak Yuria sambil tersenyum.

“Iya, benar benar bernostalgia, dulu juga kamu selalu duduk di kursi ini, sendirian.” Balas Asahi.

“Iya, waktu itu aku memang tinggal di dekat sini, aku selalu di bawa kesini untuk mandi sinar matahari pagi dan ketika hari sudah mulai sore.” Ujar Yuria.

“Aku ingat, setiap aku pulang sekolah, kamu pasti sedang duduk di sini.” Balas Asahi.

“Benar oniisan, hanya saja waktu itu tubuhku kecil dan rambutku seperti laki laki, jadi kamu menganggap aku laki laki.” Balas Yuria.

“Haha iya, aku ingat, waktu itu aku pikir kamu masih kecil sekali dan lucu karena memakai celana yang selalu kepanjangan, maaf, aku tidak tahu saat itu kalau kakimu sudah...”

“Ssst, jangan katakan, aku tidak mau mengingatnya dan aku malah bersyukur kamu tidak tahu oniisan.” Ujar Yuria sambil menaikkan telunjuknya ke mulut Asahi dan menghentikan ucapan Asahi.

“Maaf...” Balas Asahi.

“Hehe tidak apa apa...” Balas Yuria.

“Asahi ?” Tanya seorang wanita.

Asahi menoleh, dia melihat seorang wanita paruh baya yang membawa kantung belanja berdiri di sebelahnya, wajah Asahi langsung berubah melihat wanita begitu juga wajah Yuria,

“Mau apa kamu di sini Asahi ? apa kamu mau pinjam uang lagi sama ossan ?” Tanya wanita itu.

“Tidak obasan, aku kesini bukan karena ada urusan sama ossan dan obasan, aku hanya mampir saja ke sini karena ada urusan.” Jawab Asahi geram.

“Urusan ? urusan apa ? kamu masih berlagak saja ya, cepat pulang ke rumahmu, istrimu menunggumu kan ?” Tanya obasan.

“Siapa dia oniisan ?” Tanya Yuria sambil menatap tajam ke wanita itu.

“Hah, siapa dia Asahi ? kamu selingkuh ? keterlaluan kamu, kamu tahu kan istrimu anak siapa ? mereka sudah bikin susah ossan dan obasan waktu kamu sok pahlawan menolong istrimu sampai tanganmu buntung, masih tidak kapok juga, pulang kamu kerumah, jangan cari masalah.” Wanita itu memarahi Asahi.

“Hohooo jadi tanganmu hilang karena istrimu oniisan ? menarik.” Ujar Yuria sambil tersenyum sinis.

Yuria langsungberdiri dan berjalan ke hadapan obasan, dia berdiri sambil menatap obasan dengan mata dinginnya.

“Perkenalkan, namaku Jinguji Yuria, aku adalah pimpinan klan Jinguji, Asahi-oniisan adalah asistenku, jadi anda yang tidak ada urusan dengan kami, sebaiknya menyingkir dari sini.” Ujar Yuria.

“Eh...Ji..Jinguji ? anda pemimpin Jinguji ? o..oh tidak....ma..maafkan aku...” Wajah obasan mendadak menjadi sangat takut.

“Kebetulan obasan ada di sini, aku jadi ingin bertanya, apa benar obasan yang menculik ku dulu di rumah sakit ?” Tanya Asahi yang berdiri di sebelah Yuria.

“A..apa ? bi..bicara apa kamu Asahi...ja..jangan sembarangan bicara, ak..aku tidak tahu apa apa...” Jawab obasan sambil melangkah mundur dengan wajah pucat.

“Kalau begitu obasan, aku tanya sekali lagi, siapa papa dan mamaku sebenarnya ?” Tanya Asahi sambil melangkah maju dan mengepalkan tangannya.

“A...aku tidak tahu...ma..maafkan aku...aku tidak tahu...” Jawab obasan sampai jatuh terduduk.

“Tentu saja kamu tidak berani menjawabnya, karena kamu tahu siapa aku sebenarnya kan, obasama ?” Tanya Asahi yang menunduk sambil bertolak pinggang dengan mendekatkan wajah ke obasan.

Obasan melihat tangan Asahi yang sedang bertolak pinggang, dia melihat Asahi sudah kembali utuh,

“Ta...tanganmu....kenapa bisa ?” Tanya obasan.

“Oh ini ? terima kasih karena sudah membiarkan aku buntung selama ini obasan, keluarga asli ku langsung menolong ku ketika melihat ku buntung.” Jawab Asahi sambil mengacungkan tangan prostetik nya.

“Ka..kamu sudah tahu.....ka..mu...sudah tahu...ma..maafkan obasan....semua gara gara ossan....dia yang menyuruh obasa....”

“Diam obasan, jangan bicara lagi. Sekarang pergi, atau kamu mau aku mengurus mu langsung hah.” Ujar Asahi berteriak memotong ucapan obasan.

“Tunggu dulu oniisan, aku tidak akan membiarkan dia pergi.” Ujar Yuria yang memegang pundak Asahi dari belakang.

Yuria maju ke depan melewati Asahi dan langsung jongkok menggunakan kaki prostetiknya di depan obasan, dia langsung tersenyum dingin di depan obasan yang ketakutan sampai pucat.

“Begini Yamishiba-obasan ah atau aku panggil mantan perawat Yamishiba Fumio, tentunya anda mengenal keluarga kami kan dan tentunya anda tahu kan yang terjadi karena anda pelakunya, sekarang bawa kami ke rumah anda dan katakan semuanya pada kami apa yang terjadi 23 tahun lalu di rumah sakit.” Ujar Yuria tegas.

“Am..ampun...ampun...ampun.” Fumio langsung menyembah Yuria di depannya.

“Lebih baik turuti saja obasan, aku mau dengar secara langsung dari mulut obasan.” Tambah Asahi.

“Ta..tapi tolong jangan sakiti aku....ja..jangan bunuh aku....” Ujar Fumio.

“Hmm, itu tergantung, kalau anda tidak mengatakan semuanya dan tidak mengatakan siapa yang menyuruh anda, tentu saja anda akan mengalami sesuatu yang menyakitkan yang tidak pernah anda bayangkan sebelumnya.” Ujar Yuria tersenyum dingin dan tegas.

Asahi menoleh, dia melihat beberapa ibu ibu lewat sedang menunjuk nunjuk dirinya dan berlari pergi meninggalkan taman.

“Sebentar lagi yang satunya akan datang kesini.” Ujar Asahi dalam hati.

Dugaan Asahi benar, tidak lama kemudian, seorang pria paruh baya bertubuh gemuk yang mengenakan kaus putih, berlari menuju mereka sambil membawa pemukul baseball. Para ibu ibu yang sebelumnya lari mengintip dari balik dinding,

“Hei...ada apa ini, kenapa istriku, kalian siapa, jangan macam macam dengan istriku.” Teriak nya.

Tapi ketika dia melihat Asahi yang menoleh melihatnya, langkahnya langsung terhenti, Yuria menoleh dan berdiri di sebelah Asahi. Melihat pria paruh baya gemuk itu membawa pemukul baseball, Yuria langsung mengangkat smartphone nya dan menelpon, sementara Asahi berjalan maju mendekati pria paruh baya itu.

“Apa kabar ossan.” Sapa Asahi.

“Asahi ? kenapa Fumi berlutut, ada apa ini ?” Tanya ossan.

“Aku hanya bertanya kepada obasan, siapa orang tua ku. Ossan bisa jawab ?” Tanya Asahi dengan pandangan tajam ke arah pria paruh baya di depannya.

“A..apa ? sudah berkali kali aku katakan, aku dan obasan tidak tahu karena kami menemukan kamu tergeletak di depan rum....”

“Oh bukannya kalian mengambil ku di rumah sakit 23 tahun lalu ya ?” Asahi memotong ucapan ossan.

“Tolong jawab pertanyaan oniisan ku, ossan..oh atau Yamishiba Akita.” Tambah Yuria yang sudah selesai menelpon.

“Siapa kamu ? Asahi, kamu berselingkuh, kamu mau memancing amarah Higashira-san mertua mu lagi ?” Tanya Akita.

“Namaku Jinguji Yuria, salam kenal Yamishiba Akita-ossan.” Jawab Yuria.

“Ji..Jinguji ? ka..kamu....ma..maaf...aku tidak tahu apa apa.....aku pergi....” Akita langsung berbalik dan berlari begitu saja meninggalkan Fumio.

Tapi tiba tiba langkah Akita terhenti, karena ada seorang pria bertubuh besar yang berjalan dengan membawa engkol dongkrak masuk ke dalam taman, Akita berniat melarikan diri dari pintu sebelahnya, tapi di sana juga sudah ada beberapa orang berpakaian preman yang membawa pisau, kayu, paralon dan rantai sedang berjalan masuk menuju ke arah Asahi dan Yuria. Ibu ibu yang mengintip berlari ketakutan.

Akita yang berada di tengah tengah akhirnya mundur kembali ke tempat Asahi dan Yuria berdiri. Dia menjatuhkan pemukul baseball nya dan langsung menoleh melihat Asahi, wajahnya yang pucat di paksakan tersenyum.

“Asahi, syukurlah kamu sudah menemukan keluargamu, ossan senang melihatnya, jerih payah ossan mengasuhmu selama ini terbayar sudah, ossan juga bahagia melihat kamu bahagia...” Ujar Akita sambil menepuk bahu Asahi dan memaksakan diri tersenyum.

“Hmmm, baiklah, terima kasih ossan yang sudah merawatku selama ini....”

“Buaaak.”

Asahi meninju perut Akita menggunakan tangan prostetiknya, “Ohok.” Akita langsung jatuh berlutut dengan mata membulat seakan mau keluar dari cangkangnya dan mulut ternganga mengeluarkan cairan. Melihat Asahi memukul Akita, wajah Yuria langsung tersenyum puas. Asahi langsung jongkok di hadapan Akita yang sedang kesakitan.

“Dengar ya ossan, selama ini ossan sudah mendidik ku dengan baik, ossan sering memukuliku ketika mabuk, sering mengunciku di luar rumah, sering menyuruhku pergi dari rumah dan ketika kecelakaan, ossan menelantarkanku dan membuat tanganku di amputasi....jadi terima kasih ossan.” Ujar Asahi dengan tangan siap meninju.

Tapi pundak Asahi di pegang oleh Yuria, Asahi menoleh dan melihat Yuria menggelengkan kepalanya,

“Jangan kotori tanganmu dengan yang seperti ini oniisan. (menoleh melihat para preman yang datang) bawa dia, beri treatment yang memuaskan.” Ujar Yuria.

“Siap ojousama hehe ayo gendut...” Ujar seorang preman.

Akita yang masih kesakitan langsung pasrah di seret keluar taman oleh gerombolan preman, kemudian Asahi dan Yuria jongkok di depan Fumio yang masih bersujud dengan tubuh gemetar.

“Nah obasan, sudah mau cerita ?” Tanya Asahi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!