Chapter 9

Di perjalanan, Yuria terus menoleh melihat keluar dari jendela, suasana menjadi canggung, Asahi bingung harus bicara apa supaya mencairkan suasana, akhirnya dia mengikuti Yuria yang menoleh keluar jendela. Mobil berjalan melalui jalan bebas hambatan, Asahi yang melihat keluar, lama kelamaan merasa mobil semakin menjauh dari kota, akhirnya rasa penasarannya mengalahkan rasa canggungnya,

“Kita mau kemana Yuria-san ?” Tanya Asahi.

“Sebelum ke pusat perbelanjaan, kita mampir dulu ke lab, tidak mungkin kan kita berjalan jalan di pusat perbelanjaan mengenakan kursi roda.” Jawab Yuria.

“Oh begitu, kenapa tidak pakai peralatan tadi pagi ?” Tanya Asahi.

“Itu untuk latihan, kita ambil peralatan yang sebenarnya. Lagipula ada yang ingin aku bicarakan dengan dokter.” Jawab Yuria.

“Baiklah.” Balas Asahi yang tidak mau bertanya lebih jauh lagi.

Mobil keluar dari jalan bebas hambatan dan memasuki daerah perumahan penduduk, di sana ada sebuah klinik yang besarnya hampir sama seperti rumah sakit dan merupakan klinik khusus keluarga Jinguji. Mobil masuk ke pelataran nya dan berhenti di depan lobby, seorang penjaga lobby membukakan pintu, Asahi membantu mengeluarkan kursi roda dan memasangnya menggunakan kakinya, kemudian dia memapah Yuria pindah ke kursi roda.

Setelah itu keduanya masuk ke dalam, Asahi mengantar Yuria masuk ke dalam sebuah ruangan dan dia menunggu di luar. Tapi tak lama kemudian,

“Oniisan, masuk.”

Yuria membuka pintu ruangan dan menyuruh Asahi masuk ke dalam. Di dalam seorang dokter wanita sudah menunggu, dokter itu mengamati Asahi dengan seksama dan tersenyum lebar, kemudian tanpa basa basi, dia mengambil alat suntik dan menyuruh Asahi menyingsikan lengan bajunya, setelah Asahi melakukannya, dia langsung menyuntikkan alat suntiknya untuk mengambil darah Asahi.

“Hasilnya kapan bisa keluar dok ?” Tanya Yuria.

“Nanti sore sudah ada hasilnya ojousama, nanti saya kirim pesan.” Jawab dokter.

“Bagus, saya tunggu (menoleh melihat Asahi) ayo oniisan, kita ke ruang sebelah.” Ujar Yuria.

“Ba..baik.” Balas Asahi.

Setelah permisi kepada dokter, Asahi membawa Yuria keluar ruangan dan masuk ke ruangan yang berada persis di sebelahnya,

“Tidak tanya untuk apa darah mu di ambil oniisan ?” Tanya Yuria selagi berjalan.

“Boleh tanya ?” Tanya Asahi.

“Nanti aku jelaskan ketika sudah dapat hasilnya, sabar dulu.” Balas Yuria.

“Lah, kenapa nanya dong kalau gitu, malah bikin aku jadi penasaran.” Gumam Asahi dalam hatinya.

Mereka masuk ke dalam ruangan besar yang ternyata adalah sebuah laboratorium, Yuria minta Asahi mendorongnya masuk ke dalam, mereka bertemu dengan seorang pria asing yang sedang bekerja di mejanya.

“Selamat pagi prof Henry.” Sapa Yuria.

Pria asing yang di panggil prof Henry itu menoleh dan melihat Yuria, dia langsung berbalik dan menghampiri Yuria kemudian berlutut di depannya,

“Selamat pagi Yuria-mademoseile.” Ujarnya sambil mencium tangan Yuria.

“Huh ?” Pikir Asahi di dalam hatinya.

“Bagaimana prof, apa prostetik milik ku sudah selesai ?” Tanya Yuria.

“Sudah mademoseile, mari ikut aku.” Jawab Henry.

Asahi mendorong Yuria mengikuti Henry masuk ke dalam sebuah ruangan yang merupakan ruangan kantornya. Di dalam, Henry langsung mengambilkan sebuah tabung berisi sepasang kaki prostetik dan membukanya, dia mengambil sepasang kakinya dan meletakkannya di pangkuan Yuria. Asahi melihat sepasang kaki prostetik di paha Yuria, berbeda dengan yang di pakai untuk latihan, sepasang kaki itu benar benar mirip dengan kaki manusia pada umumnya.

“Bagaimana mademoseile ?” Tanya Henry.

“Bagus, bisa tolong pasangkan ?” Tanya Yuria.

“Dengan senang hati mademoseile.”

 Henry kembali berlutut dan langsung memasangkan kaki protestik nya di paha Yuria, berbeda dengan kaki prostetik waktu latihan tadi pagi, kali ini Yuria tidak mengernyit kesakitan, wajahnya tetap datar walau tersenyum sedikit. Setelah di pasang, Yuria berusaha bangkit berdiri dari kursi roda yang di tahan oleh Asahi.

Ketika sudah berdiri, Yuria berjalan berkeliling ruangan dan mengangkat satu kakinya, kemudian dia malah mencoba menendang ke samping. Henry yang melihatnya bertepuk tangan dan Asahi yang melihatnya tercengang. Yuria berjalan kembali ke tempat Asahi dan Henry berdiri.

“Luar biasa prof Henry, anda memang hebat.” Ujar Yuria.

“Terima kasih pujiannya Yuria-mademoseile.” Balas Henry sambil menunduk dan menaruh tangan di dadanya.

Kemudian Henry melakukan adjusment terakhir dengan posisi Yuria yang sedang berdiri, setelah itu Henry menjelaskan apa saja yang dia lakukan pada sepasang kaki prostetik itu dan melapisinya dengan kulit sintetis yang keras tapi kenyal seperti kulit manusia pada umumnya.

“Baik, aku mengerti prof. Satu lagi, tolong buatkan sebuah tangan kiri untuk dia, biaya tidak masalah.” Ujar Yuria sambil menunjuk ke arah Asahi.

“Eh, aku ?” Tanya Asahi bingung.

“Hmmm mademoseile, apa dia adalah....” Bisik Henry di telinga Yuria.

“Benar, tolong di bantu prof.” Balas Yuria memotong pertanyaan Henry.

Henry langsung berjalan ke arah Asahi dan menarik kemeja tanpa lengannya, dia membuka kemejanya dan melihat bekas amputasi di lengan Asahi, kemudian dia mengukur diameternya menggunakan meteran yang dia ambil dari kantungnya dan kemudian mengukur lengan Asahi yang masih utuh. Setelah selesai,

“Baiklah mademoseile, minggu depan akan selesai.” Ujar Henry.

“Tolong di percepat menjadi 3 hari, minggu depan ada pesta pembukaan perusahaan baru, aku mau dia datang sudah utuh.” Ujar Yuria.

“Baiklah, kita fokuskan selama 3 hari.” Henry tersenyum sambil melirik ke arah Asahi.

“Dling.” Sebuah pesan masuk ke dalam smartphone Yuria, langsung saja Yuria membuka pesannya, kemudian dia mengetik sesuatu dan memasukkan smartphone nya kembali ke tas nya.

“Baiklah, kita pergi dulu prof, oh tolong panggil seorang penjaga kesini untuk membawakan kursi roda saya ke mobil.” Ujar Yuria.

“Baik mademoseile.”

Henry berjalan ke mejanya, dia mengangkat telepon dan bebicara di telepon kemudian menutupnya kembali. Tak lama kemudian, seorang pria berpakaian security datang, dia menghampiri Asahi yang sedang memegang kursi roda Yuria dan mengambil kursi rodanya, kemudian Yuria menghampiri Asahi,

“Ayo oniisan, kita ke pusat perbelanjaan.” Ujar Yuria sambil mengalungkan lengannya di lengan kanan Asahi.

“Eh...anoo...Yuria-san ?” Tanya Asahi bingung.

“Kenapa ?” Tanya Yuria sambil melirik ke wajah Asahi.

“Ti..tidak apa apa...” Jawab Asahi.

Setelah pamit dengan Henry, keduanya keluar dari ruangan, Yuria terus menggandeng lengan Asahi dan membuat Asahi sedikit grogi di tambah takut. Di dalam mobil, kali ini Yuria minta Asahi duduk di sebelahnya, Yuria duduk merapat persis di bahu Asahi, melihat sikap Yuria yang menempel padanya, Asahi sedikit bingung,

“Ini...pekerjaan kan ? ya ini pekerjaan.” Ujar Asahi yang berusaha meyakinkan dirinya kalau dia hanya bekerja.

Mobil terus berjalan melintasi kota sampai akhirnya sampai di sebuah gedung mall yang besar dan terkesan mewah. Mobil berhenti di lobby, Asahi membantu Yuria turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam lobby mall, ketika sampai di dalam, Asahi kaget, karena tidak ada pengunjung mall sama sekali, yang ada hanyalah pemilik toko, pelayan toko dan anak buah klan Jinguji yang berjaga jaga di setiap sudut mall. Yuria yang menggandeng Asahi menoleh melihat Asahi,

“Ayo kita jalan jalan oniisan...” Ajak Yuria dengan wajah tersenyum.

“I..iya, kita jalan jalan (ini perkerjaan, bertahanlah Asahi).” Balas Asahi yang grogi karena melihat Yuria menempel pada dirinya.

Keduanya berjalan masuk untuk melihat lihat di mall yang terlihat mewah dan megah, tanpa ada pengunjung satu pun.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!