Sementara itu, di rumah besar keluarga Yume, setelah telepon di tutup, Yume, kedua orang tuanya dan kakaknya duduk di meja makan. Wajah ke empatnya terlihat tegang. Tomoya berdiri dan langsung melihat ke arah Yume,
“Sekarang ceritakan, apa yang terjadi kemarin Yume ? tolong jangan bohong sama papa dan katakan siapa “senpai” yang di maksud ojousama tadi.” Ujar Tomoya.
Yume menceritakan semuanya kepada semuanya mengenai kejadian kemarin dan kenapa Asahi tidak pulang ke rumah semalam. Yume mengakui kalau dia sudah berhubungan dengan Ito selama 3 bulan semenjak Ito bercerai dengan istrinya, dia juga mengatakan kalau dia sudah lama mengenal Ito.
“Maksudmu teman kuliahmu yang dulu pernah berurusan dengan ku ?” Tanya kakak Yume.
“Benar aniki, dia orangnya.” Jawab Yume.
“Kamu tidak berpikir apa ? kamu tahu kan dia orangnya seperti apa ? dia pemain perempuan dan sudah terkenal. Apa tidak ada pria lain ? seleramu memang aneh, pertama si buntung dan kedua buaya darat.” Ujar kakaknya.
“Kamu sendiri suka main perempuan aniki, kamu tidak berhak bicara begitu.” Teriak Yume.
“Sudah, teruskan ceritamu Yume.” Bentak Tomoya.
Akhirnya Yume mengakui kalau sudah beberapa kali dia tidur bersama Ito dan tidak pulang ke rumah, sampai akhirnya kejadian hari kemarin yang membuat Asahi pergi dari apartemen. Tomoya menjadi emosi, dia maju dan menampar Yume,
“Kamu tahu tidak akibat tindakan konyol mu ini, kita jadi kehilangan muka di depan ojousama, aku tidak tahu bagaimana cara si buntung itu bisa kesana, tapi kalau dia tidak pergi kemarin semua tidak akan terjadi. Paham kamu.” Teriak Tomoya.
“Papa, tolong jangan terlalu marah sama Yume, aku rasa Yume masih bersikap wajar karena punya suami tidak berguna seperti si buntung itu, aku hanya menyesalkan dia salah pilih pria, semua ini salah si buntung itu.” Ujar kakak Yume berusaha membelanya.
“Diam kamu Tokio, kamu sendiri mana hasilnya ? sudah ku bilangkan dekati ojousama, sekarang malah si buntung yang berada di sampingnya, kamu tahu tidak arti asisten pribadi bagi mereka ?” Tanya Tomoya.
“Aku tidak tahu papa.” Jawab Tokio.
“Artinya adalah calon suami atau calon istri, kamu dengar sendiri kan, syarat utamanya single dan tidak boleh di negosiasi.” Teriak Tomoya.
“Jadi kalau begitu, Asahi-kun....” Balas wanita paruh baya yang merupakan mama Tokio dan Yume.
“Ya, relakan saja, kita jodohkan Yume ke putra temanmu, Kozue.” Ujar Tomoya melihat Kozue istrinya.
“Tidak mau papa, tolong selamatkan Ito-senpai, tadi dia di culik oleh penagih hutang di apartemen ku siang hari.” Ujar Yume.
“Hah, kenapa aku harus menyelamatkan manusia tidak bermoral itu.” Ujar Tomoya.
“Yume, jangan jangan kamu....” Ujar Kozue melihat Yume yang memegang perutnya dan berwajah pucat.
“Iya mama, aku hamil, anak Ito-senpai. Asahi-kun sudah lebih dari setahun tidak menyentuhku, jadi tidak mungkin anak dia. Itu sebabnya aku ingin menceraikan nya dengan menyakiti nya dan menikah dengan Ito-senpai.” Ujar Yume.
Mendengar ucapan Yume, Tomoya langsung terduduk lemas, Kozue langsung mendekati Tomoya dan mengelus punggungnya.
“Sudah tidak mungkin, yang menculiknya pasti orang dari Jinguji, itu sebabnya ojousama bisa bicara seperti itu tadi, tunggu saja beritanya.” Ujar Tomoya.
“Tolong selamatkan ayah anak ini, papa, aniki.” Balas Yume mulai menangis.
“Hmmm, kita bisa bilang anak di kandungan Yume adalah anak Asahi ke ojousama, aku pun jadi punya celah untuk masuk mendekati ojousama, tentunya aku masih lebih bagus di banding si buntung itu kan.” Ujar Tokio.
“Kamu bicara apa, mereka tidak akan semudah itu tertipu, kalau sampai di tes dna dan ternyata bukan anak Asahi bagaimana, mereka tidak akan diam saja dan keluarga kita akan hancur, sudah, jangan bahas lagi, besok mereka akan mengurus perceraianmu, ikuti saja, aku mau tidur. Semua rusak karena ulah si buntung itu.” Ujar Tomoya berdiri dan berjalan menuju kamarnya dengan kesal.
“Ikuti kata papa kalian, jangan macam macam.” Ujar Kozue sambil berdiri dan berjalan menyusul Tomoya.
Tokio diam saja dan menunduk, sedangkan Yume terus terisak isak sambil memegang perutnya. Tiba tiba Tokio berdiri dan mengambil smartphone nya,
“Ini aku, tolong cari orang bernama Masashi Ito ke semua tempat, bawa dia kesini. Jangan bersinggungan dengan orang Jinguji.” Ujar Tokio.
Tokio kembali duduk di sebelah Yume dan memegang tangan nya, Yume membalas menggenggam tangan kakaknya.
“Semoga belum terlambat.” Ujar Tokio.
“Terima kasih aniki.” Balas Yume.
Melihat adiknya menangis, wajah Tokio menjadi geram, di dalam pikirannya dia menyalahkan Asahi atas semua yang sudah terjadi dan berniat menuntut balas.
“Lihat saja, di acara pesta pembukaan perusahaan baru, ojousama tidak mungkin tidak datang dan kalau kamu asisten pribadinya, kamu akan berada di sebelahnya, aku akan mempermalukan mu saat itu di depan ojousama, tunggu saja buntung.” Ujar Tokio dalam hati.
*****
Sementara itu, setelah selesai makan malam, Asahi mengantar Yuria kembali ke kamarnya, dia masuk ke dalam kamar dan membantu Yuria naik ke tempat tidurnya. Tak sengaja Asahi menoleh dan melihat foto lukisan besar yang terpasang persis di diding yang berada di depan tempat tidur Yuria dan di atas televisi. Asahi melihat foto lukisan itu dengan seksama, lukisan itu berisi seorang kakek yang duduk di tengah dengan mengenakan pakaian tradisional, di apit oleh sepasang suami istri yang sepertinya adalah anaknya.
Asahi tertegun melihat foto lukisan pria yang berdiri di sebelah kanan kakek yang duduk di tengah,
“Lihat apa oniisan ?” Tanya Yuria.
“Anoo...itu foto orang tua mu dan kakekmu, Yuria-san ?” Tanya Asahi sambil menunjuk foto nya.
“Benar, kedua orang tua angkat ku dan kakek angkat ku.” Jawab Yuria.
“Hah ? orang tua angkat ? kakek angkat ?” Tanya Asahi.
“Benar dan tolong mengenai hal ini jangan katakan kepada siapa siapa, tidak ada satupun orang yang tahu aku anak angkat keluarga Jinguji.” Jawab Yuria.
“Kalau begitu, kenapa Yuria-san mengatakannya padaku ?” Tanya Asahi.
“Karena oniisan asistenku dan aku mempercayai oniisan, jadi jangan sampai mengkhianati kepercayaan ku. Sudah oniisan, sudah malam, aku mau beristirahat.” Jawab Yuria.
“Baik, selama malam Yuria-san.” Ujar Asahi membungkuk.
“Selamat malam oniisan.” Balas Yuria.
Asahi berjalan keluar dari kamar Yuria, sementara itu, Yuria memandang foto lukisan besar di depan tempat tidurnya. Dia menoleh melihat pintu yang sudah rapat di tutup oleh Asahi,
“Oniisan, alasan aku mengatakannya karena....hmm belum, belum sekarang.” Ujar Yuria sambil memegang kedua pahanya.
Wajah Yuria kembali berubah menjadi sendu dan terlihat sedih, dia langsung merebahkan dirinya, tangannya masuk ke bawah bantal untuk mengambil foto yang ada di bawah bantalnya. Foto itu adalah foto Asahi, foto yang sama dengan foto tadi siang. Yuria kembali memandangi foto itu sambil berbaring dan mengusap wajah di foto itu.
“Dling.” Sebuah pesan masuk ke dalam smartphone nya, tangan Yuria mengambil smartphone yang ada di meja dan membuka pesannya, di dalam pesan itu ada sebuah foto. Yuria tersenyum sinis melihat foto itu, dia menutup pesan nya dan kambali melihat foto Asahi, setelah itu dia bangun dan melihat lukisan foto yang tergantung di dinding, dia melihat foto kakek yang duduk di tengah dan berwajah kejam,
“Jiisan, terima kasih dulu telah menolong ku, aku akan memberikan keturunan untuk keluarga Jinguji karena aku menyayangi dia. Mohon lihat kita berdua dari alam sana.” Ujar Yuria dalam hati sambil tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments