Chapter 6

“Sreeeg.” Seorang pengawal membuka pintu, Genma, Todou dan Kojiro berjalan keluar dari ruangan setelah berpamitan dengan Yuria. Ketika keluar, Genma menoleh melihat Asahi sedang merapat di dinding dengan wajah pucat, dia hanya tersenyum dan melewati Asahi tanpa berkata apa apa. Begitu juga Todou yang berwajah seram, dia melirik melihat Asahi dengan wajah kaku dan tidak berkata apa apa. Akhirnya Kojiro keluar dari dalam bersama pengawal pengawalnya, dia berhenti di depan Asahi dan menoleh melihatnya,

“Hei, jaga ojousama ya.” Ujar Kojiro sambil tersenyum dan memegang pundak Asahi.

“Ba..baik...” Balas Asahi.

Setelah ketiganya lewat, “Fiuuuh.” Asahi menarik nafas lega, kemudian dia masuk ke dalam dan melihat Yuria yang sedang menopang keningnya dengan kedua tangannya di atas meja. Asahi menghampiri nya dan berdiri di sebelahnya, Yuria langsung menoleh,

“Hei, kenapa berdiri di sini, cepat bantu aku naik ke kursi roda.” Ujar Yuria menoleh.

“Baik...” Balas Asahi.

Tangannya langsung terjulur memegang dan menangkap Yuria yang juga langsung merangkul lehernya. “Dia enteng sekali, aku bisa mengangkatnya pakai satu tangan.” Ujar Asahi. Dengan perlahan, Asahi jongkok dan meletakkan Yuria di kursi roda karena dia hanya menggunakan sebelah tangannya.

“Antar aku ke kamar, aku mau istirahat sebelum makan malam.” Ujar Yuria.

“Baik.” Balas Asahi.

Dia mendorong kursi roda Yuria untuk membawanya ke kamar, Yuria diam saja, Asahi melihat Yuria yang sepertinya sedang berpikir keras dan ada sesuatu yang mengganjal hatinya, dia memberanikan diri bertanya,

“Anoo ada apa Yuria-san ?” Tanya Asahi.

“Oniisan, aku tidak minta kamu bertanya, tolong diam.” Jawab Yuria ketus dan menoleh sambil menatap tajam.

“Ba..baik, maaf (ya ampun, tujuan ku baik kali, serem amat sih.)” Balas Asahi.

“Sudah berapa lama oniisan ada di depan, berapa banyak yang oniisan dengar ? jawab oniisan.” Ujar Yuria.

“A..aku tidak dengar apa apa.” Balas Asahi.

Yuria mengangkat tangannya dengan maksud supaya Asahi berhenti mendorongnya, dia menoleh dan menatap Asahi dengan tajam, tentu saja Asahi menjadi ketakutan karena dia tahu di dalam hampir terjadi baku tembak barusan. Yuria kembali menoleh ke depan, tangannya memberi isyarat supaya Asahi melanjutkan mendorong dirinya.

“Huff, hampir...hampir...” Ujar Asahi dalam batinnya.

Akhirnya mereka sampai di kamar Yuria, Asahi membukakan pintunya dan mendorong Yuria masuk sampai ke sisi tempat tidurnya, kemudian atas permintaan Yuria, Asahi membantu Yuria pindah ke tempat tidurnya.

“Baik, oniisan, silahkan keluar, kita ketemu saat makan malam.” Ujar Yuria.

“Baik.” Balas Asahi.

Tapi ketika Asahi berbalik dan ingin pergi keluar kamar, Yuria mengambil sesuatu dari dalam kantung celana nya,

“Oniisan, ini...” Yuria memanggil Asahi.

Asahi berbalik dan Yuria melemparkan smartphone milik Asahi yang sebelumnya di ambil oleh sang detektif yang bernama Isamu.

“Te..terima kasih.” Ujar Asahi.

“Silahkan keluar oniisan.” Balas Yuria.

Langsung saja Asahi berbalik dan keluar dari kamar kemudian dia menutup kembali pintunya rapat rapat. Asahi melihat smartphone nya, dia sedikit ragu ingin menghidupkan smartphone nya, akhirnya dia memutuskan membiarkan smartphonenya dalam keadaan off dan memasukkannya ke kantung. Asahi berjalan kembali menuju ke kamarnya yang tidak jauh dari kamar Yuria.

                                                                                            *****

Malamnya, seorang pelayan mengetuk kamar Asahi dan memberitahunya kalau makanan sudah siap dan meminta Asahi untuk memberitahu Yuria karena permintaan dari Yuria. Asahi langsung bergegas keluar kamar dan berjalan menuju kamar Yuria, dia mengetuk kamar Yuria.

“Masuk.” Terdengar suara Yuria dari dalam.

Asahi membuka pintunya, dia kaget karena melihat Yuria yang sedang berusaha mengganti pakaiannya, dia langsung masuk ke dalam dan membantu Yuria.

“Oniisan, siapa yang bilang kamu boleh membantu ku ?” Tanya Yuria galak.

“Maaf, aku reflek Yuria-san.” Jawab Asahi.

“Jangan memperlakukanku seperti orang cacat, aku peringatkan.” Ujar Yuria.

“Tidak, kita sama, makanya kita saling bantu.” Jawab Asahi yang yakin kalau dia benar.

Yuria terdiam, tanpa sadar dia tersenyum walau Asahi tidak melihat senyum nya, setelah selesai, Asahi mendorong kursi roda Yuria keluar kamar dan membawanya ke ruang makan. Di meja makan sudah di siapkan makanan oleh para pelayan yang berdiri di sudut sudut ruangan. Asahi mendorong kursi roda Yuria ke sisi yang tidak ada kursinya dan memang khusus untuk Yuria setelah di beritahu para pelayan. Setelah itu, Asahi berdiri di sebelah Yuria, melihat Asahi berdiri di sebelahnya,

“Apa yang kamu lakukan oniisan ? duduk di sebelahku, kita makan bersama.” Ujar Yuria.

“Eh, bo..bolehkah ?” Tanya Asahi.

“Tentu saja, kamu asisten pribadiku oniisan, silahkan duduk.” Jawab Yuria.

Asahi duduk dengan perlahan di sebelah Yuria, dia menungu Yuria untuk makan terlebih dulu, tapi Yuria malah mengambilkan beberapa lauk ke mangkuk nasinya dan memintanya makan terlebih dahulu dengan senyumnya yang dingin. Karena takut menyinggung Yuria, Asahi makan dengan lahap, dia melirik ke arah Yuria yang sekilah terlihat senang walau hanya sebentar. Asahi juga mengambilkan beberapa lauk dan menaruhnya di mangkuk Yuria yang langsung memakannya sambil tersenyum.

Para pelayan paruh baya yang melihat keduanya tersenyum lebar, malah sebagian ada yang meneteskan air mata karena terharu. Tiba tiba, smartphone Asahi berbunyi,

“Loh kok, padahal tidak aku hidupkan. Ah, mungkin tertekan ketika aku menolong Yuria-san tadi” Pikir Asahi.

Dia merogoh kantungnya dan melihat smartphone nya menyala, raut wajahnya langsung berubah karena melihat siapa yang menelponnya.

“Angkat oniisan.” Ujar Yuria.

“Tapi ini....”

“Angkat.” Yuria memotong ucapan Asahi.

Akhirnya Asahi mengangkat telepon yang masuk, dia mendekatkan teleponnya ke telinga tapi tangannya di tahan oleh Yuria yang langsung membantunya menyalakan speakernya,

“Halo, dimana kamu menantu kurang ajar, kenapa kamu main tinggalkan anakku begitu saja, kamu benar benar keterlaluan, dia sekarang menangis di apartemen nya sendirian, besok kamu harus ceraikan dia, papa dan mama sudah menjodohkan dia dengan orang lain, kamu harus....”

“Siapa kamu ?” Tanya Yuria memotong.

“Hah, kamu siapa ? ini telepon menantu ku, kurang ajar, sudah cacat berani selingkuh, siapa kamu, jelaskan cepat.” Teriak ibu mertua Asahi.

“Aku dari klan Jinguji, anda istri tuan Higashira Tomoya pemimpin Higa.corp ?” Tanya Yuria tegas.

“A..apa ? Ji...Jinguji ? ma..maaf, mungkin aku salah sambung, sekali lagi maaf...tuut...tuuut...tuuut.” Telepon langsung di putus.

Yuria menekan tombol mematikan teleponnya dan menoleh melihat Asahi yang diam saja dengan wajah yang sangat muram dan tidak enak di lihat,

“Besok urus saja perceraianmu oniisan, tidak pelu di gubris lagi.” Ujar Yuria santai sambil meneruskan makan nya.

Belum sempat Asahi berkata apa apa, smartphone di meja berbunyi lagi dari nomor yang sama, Yuria langsung menerimanya dan memperbesar speakernya.

“Halo, Asahi-kun ?” Tanya seorang pria paruh baya di telepon.

Yuria memberi kode pada Asahi supaya menjawabnya, Asahi mengangguk dan menjulurkan kepalanya ke atas smartphone,

“Iya pa.” Jawab Asahi.

“Kamu dimana ? segera pulang, Yume menunggumu. Kenapa kamu tidak mengabari apa apa dari kemarin, aku dengar kamu sedang mencari pekerjaan baru, apa benar ?” Tanya pria itu.

“Benar pa, maaf, aku tidak bisa pulang.” Jawab Asahi.

“Kenapa ? apa masalahnya ? selesaikan masalah baik baik dan aku mohon ceraikan Yume, aku tidak bisa melihat anak ku menangis dan sengsara ketika bersamamu.”  Balas pria itu dengan suara tenang.

“Baik, besok Asahi-oniisan akan mengurus perceraiannya.” Celetuk Yuria.

“Siapa kamu ? jangan ganggu urusan keluarga orang lain, apa hubungan kamu dengan Asahi-kun, cepat katakan...” Suara pria yang awalnya kalem sekarang berubah menjadi marah.

Yuria langsung mengambil teleponnya, dia menghidupkan video dan terlihatlah wajah pria paruh baya yang sudah sedikit keriput dengan background seorang wanita paruh baya, seorang pemuda dan seorang wanita muda.

“Jinguji-ojousama ? a..apa maksudnya ini ?” Tanya pria paruh baya itu dengan wajah kaget setelah melihat wajah Yuria.

“Tomoya-san, mulai hari ini, Asahi-oniisan akan tinggal bersamaku karena dia bekerja untuk ku sebagai asisten pribadi ku, apa ada masalah ?” Tanya Yuria santai tapi tegas.

“Ti..tidak, tidak ada masalah, syu..syukurlah kalau dia mendapat pekerjaan di klan Jinguji.” Ujar pria itu.

“Bagus, sekarang, sesuai permintaan Tomoya-san dan istri, besok saya akan meminta orang saya mengurus perceraian Asahi-oniisan dengan anak anda.” Yuria memberikan pernyataan tegas.

“T..tidak mau, Asahi-kun, jangan ceraikan aku.” Teriak Yume dari belakang.

“I..iya, tolong Asahi-kun, jangan sakiti Yume lebih dari ini.” Tambah ibu mertua Asahi.

Yuria melirik melihat Asahi yang mulai sedikit goyah, dia menghela nafasnya dan menoleh kembali ke video.

“Syarat untuk menjadi asisten pribadi ku yang pertama adalah single, jadi mohon maaf, hal ini tidak bisa di negosiasi lagi.”

Asahi menoleh melihat Yuria yang sedang membantu dirinya, entah kenapa ketika mendengar kata kata Yuria, hatinya terasa lega dan beban di hatinya terasa seperti terangkat.

“Tapi, anak kami sepertinya masih mencintai....”

“Cinta ? bukankah dia berselingkuh dengan seorang pria di apartemen nya dan di pergoki oleh Asahi-oniisan kemarin ?” Tanya Yuria memotong.

“Loh dia tahu darimana ?” Tanya Asahi dalam hati karena bingung sambil terus menatap Yuria.

“Ti..tidak, kemarin hanya pura pura, sungguh, aku tidak bermaksud demikian.” Ujar Yume berusaha membela diri.

“Aku tahu, “senpai”  anda sudah memberi laporan kepada ku, dia anak pengusaha restoran yang berada di bawah naungan kami, sekarang dia ada di tangan kami, sayang kalau dia harus kehilangan nyawanya.” Ujar Yuria.

“Dia tahu mengenai Ito-senpai juga.” Ujar Asahi dalam hati.

“A..apa ? kamu berbuat apa kemarin Yume ?” Tanya Tomoya kepada Yume.

Sambungan telepon terputus dan video menjadi gelap, Yuria tersenyum dan menaruh kembali smartphone nya, dia menoleh melihat Asahi yang masih tertegun walau raut wajahnya sudah terlihat lega.

“Ayo kita makan lagi oniisan, jangan biarkan hal seperti ini mengganggu.” Ujar Yuria.

“Ba..baik, maaf tapi boleh tanya satu hal ?” Tanya Asahi.

“Silahkan.” Jawab Yuria singkat.

“Um, kenapa anda bisa tahu istriku kemarin selingkuh Yuria-san ?” Tanya Asahi.

“Tadi kamu lihat Isamu-san masuk ke dalam kantor ku dan berbisik kan ?” Tanya Yuria lagi.

“Oh jadi begitu, lalu apa yang terjadi dengan Ito-senpai ?” Tanya Asahi.

“Saat ini tidak di apa apakan, tapi kalau oniisan mau dia di urus, langsung kita urus.” Jawab Yuria sambil mengambil makanan di tengah.

“Ti..tidak usah, diamkan saja.” Ujar Asahi.

“Walau dia sudah menyakitimu oniisan ?” Tanya Yuria.

“I..iya, tidak apa apa, tolong jangan bunuh dia.” Jawab Asahi.

Yuria menaruh sumpitnya di atas mangkuk, dia langsung menoleh dan menatap tajam kepada Asahi,

“Oniisan, kalau kamu terlalu naif seperti ini, bukan tidak mungkin suatu hari kamu akan menjadi makanan ikan, pikirkan baik baik, tidak semua orang bisa berubah sifatnya, termasuk orang di sekitar kita. Kamu terlalu baik, itulah alasan kenapa tanganmu hilang sebelah.” Ujar Yuria tegas.

“A..aku mengerti.” Balas Asahi menunduk.

Yuria kembali mengambil sumpitnya dan meneruskan makan nya, dia melirik Asahi yang masih tertegun dan terlihat berpikir,

“Kalau sekarang aku jadikan kamu pemimpin di sini, di jamin kamu akan mati dalam waktu dekat karena kebaikan mu ini, oniisan.” Pikir Yuria dalam hati.

Diam diam Yuria mengirim pesan entah kepada siapa yang isinya, “Urus yang rapi dan bersih.” Tanpa di ketahui oleh Asahi yang masih termenung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!