Penguasa Berlengan Satu

Penguasa Berlengan Satu

Chapter 1

“Kamu gimana sih....” Teriak seorang wanita cantik.

“Ma..maaf.” Balas seorang pria muda pekerja kantoran.

“Aduh kalau begini, gimana aku bisa bayar cicilan, sana cari kerja, di pecat bukan masalah.” Teriak wanita itu.

“Iya sayang, maaf.”

Pria muda itu keluar kembali dari apartemen lusuh miliknya, dia melangkah gontai menelusuri jalan. Kepalanya terasa pening, sebab dia baru saja di pecat dari perusahaan yang memperkerjakannya. Pria itu berjalan sampai ke taman dan duduk di salah satu kursi taman, beberapa anak kecil datang mengejeknya.

“Wah buntung....” Ujar salah seorang anak sambil menunjuk pria itu.

“Iya buntung.” Tambah anak di sebelahnya yang ikut ikutan menunjuk.

“Eh tidak boleh gitu, ayo anak anak jalan. Maaf ya, permisi.” Ujar seorang ibu yang mendorong anak anak itu untuk melanjutkan jalan kakinya.

Pria itu tidak menjawab, dia hanya tersenyum getir. Setelah ibu itu pergi, dia menoleh melihat sebelah kemeja lengan panjang yang tidak ada isinya, benar, pria itu adalah penyandang disabilitas, dia hanya memiliki sebuah lengan, namun dia bukanlah cacat sejak lahir. Setelah melihat lengannya, dia menoleh melihat ke atas,

“Aku harus bagaimana sekarang, aku tidak punya apa apa lagi, Yume membutuhkan uang untuk bayar cicilan.” Ujar nya dalam hati.

Dengan susah payah, dia mengeluarkan smartphone nya dari saku dan meletakkan smartphonenya di paha. Dia mulai membuka situs situs lowongan pekerjaan, karena sudah putus asa, apapun dia klik tanpa membaca  deskripsi nya terlebih dahulu. Selagi asik menekan nekan smartphone nya, tiba tiba sebuah telepon masuk.

Dia melihat telepon itu dari mertuanya, wajahnya langsung berubah, dengan tangan gemetar dia mengangkat teleponnya,

“Heh Asahi, kamu benar benar keterlaluan ya, Yume baru saja selesai telepon mama, dia menangis bercerita kamu di pecat lagi sampai dia pinjam uang sama mama untuk memenuhi kehidupan kalian,  kamu itu benar benar tidak tahu diri ya. Sudah ceraikan saja Yume, kasihan anak itu harus bersama kamu seumur hidup.” Teriak mertua perempuan nya di telepon.

“Aku sedang mencari pekerjaan baru mah, selama ini aku masih ada tabungan yang cukup untuk membiayai aku dan Yume sekaligus bayar kontrakan.” Ujar Asahi.

“Kamu benar benar tidak tahu malu ya, kamu tahu kan keluarga kami seperti apa ? kami pemilik perusahaan, sejak menikah sama kamu, Yume jadi sengsara, lagipula, kontrakan apartemen kamu itu milik keluarga kita kan, jangan sok kamu. Untung kalian belum punya anak, mama menyesal punya menantu seperti kamu tahu ga.” Teriak ibu mertua tanpa mengerem lagi.

“Ma sudah ma, biar aku yang bicara.” Terdengar suara seorang laki laki yang terkesan sombong di belakang mertuanya.

Asahi tentu saja mengenal suara laki laki yang sombong itu sebab suara itu milik kakak iparnya,

“Halo Asahi, gini ya, aku jelaskan, Yume barusan telepon nangis nangis katanya kamu di pecat lagi, apa bener ?” Tanya nya.

“Be..bener aniki (kakak).” Jawab Asahi gelagapan.

“Jangan panggil aniki, aku bukan aniki mu, lalu gimana rencana mu ? menyerah begitu saja ?” Tanya pria itu dengan sombongnya.

“Tidak, aku sekarang sedang di luar mencari pekerjaan.” Jawab Asahi.

“Kamu itu bodoh apa gimana ? cari pekerjaan itu mudah, tinggal klik beres, ah iya lupa, kamu buntung sih ya, cari kerja yang untuk orang buntung dengan gaji gede dong, gini aja, mama papa dan aku sudah sepakat, kalau sampai minggu depan kamu belum dapat pekerjaan, kita minta kamu ceraikan Yume, kalau kamu menolak tahu sendiri akibatnya, kami tidak segan segan menempuh jalur hukum.” Ujar pria itu.

Asahi diam saja, wajahnya sudah menjadi merah padam karena dia bingung harus bicara apa dan amarahnya sudah sampai ke ubun ubun.

“Baik, aku mengerti.” Dengan suara gemetar, Asahi menjawab nya.

“Ok, aku anggap kamu sudah paham, sekarang jalan sana, cari kerja.....tuut...tuut.”

Telepon di tutup, Asahi menyimpan smartphone nya di dalam saku celananya, tangannya masih gemetar, dia tertunduk untuk menelan semua emosinya, air matanya sedikit keluar dari pelipis matanya karena menahan malu dan marah nya. Setelah dia kembali tenang, Asahi berdiri dan berjalan pulang sambil berharap lamaran lamaran yang sudah dia masukkan ada hasil nya.

Ketika sampai di apartemen, Asahi melihat Yume yang sedang duduk sambil menonton televisi di ruang tengah. Yume sama sekali tidak menoleh melihatnya datang apalagi menyambutnya. Asahi yang sudah terbiasa dengan sikap istrinya, melangkah masuk ke dalam kamar, dia duduk di meja sambil terus mnemandang smartphone nya berharap dia cepat mendapat panggilan pekerjaan.

“Ding dong.” Terdengar suara bel unitnya berbunyi, dia mendengar langkah kaki Yume yang berlari ke arah pintu dan membuka pintunya, kemudian dia mendengar suara langkah Yume kembali masuk ke dalam. Dengan perlahan, Asahi berdiri dan berjalan ke pintu kamarnya, dia membuka sedikit pintu kamarnya dan melihat Yume sudah kembali duduk di sofa sedang menikmati makanan yang sepertinya baru saja di antar ke unitnya.

“Gruyuuuk.” Perutnya berbunyi karena lapar, tapi dia sama sekali tidak berani keluar dari kamar, dia hanya bisa melihat Yume yang sedang makan dan memegang perutnya. Setelah itu, dia kembali duduk di kursi di depan meja dan kembali memandangi smartphone nya. “Ding dong.” Bel kembali berbunyi, sekali lagi terdengar suara langkah kaki Yume yang berlari ke arah pintu.

Tiba tiba pintu kamarnya di buka, Yume masuk membawakan sisa makanan yang baru saja dia makan ke dalam dan meletakkan nya di meja. Tanpa bicara apa apa, dia kembali keluar tanpa menutup pintu, Asahi berdiri dan menutup pintunya, sekilas dia melihat Yume membeli makanan jenis yang berbeda sekali lagi dan sedang melahapnya sambil menonton televisi.

“Berapa banyak dia beli makanan ? oh benar juga, dia baru pinjam dari mamanya.” Ujar Asahi di dalam batinnya.

Dengan perlahan dia menutup pintunya dan kembali ke meja, karena perutnya berbunyi sekali lagi dan kebetulan ada makanan di meja, tanpa berpikir lagi dia menyantap makanan nya dengan hati yang sedih. Dia terus bertanya tanya, kenapa sikap Yume berubah terhadapnya dan sangat berbeda dari sikap awalnya. Asahi sudah mengenal Yume sejak masih duduk di bangku smp dan alasan lengan Asahi harus di amputasi juga berhubungan dengan Yume.

Semua terjadi ketika Asahi dan Yume berumur 14 tahun, mereka kebetulan satu sekolah dan saat itu, Asahi tidak mengetahui latar belakang keluarga Yume yang sebenarnya adalah konglomerat pemilik perusahaan yang sedang booming kala itu.

Ketika sekolah mereka sedang mengadakan outing, Asahi kebetulan satu grup sama Yume yang terkenal cantik dan populer di sekolah. Banyak pria yang mendekatinya, tapi tidak Asahi, dia tahu diri karena merasa dirinya adalah seorang anak yatim piatu yang di asuh oleh paman dan bibinya dan penampilannya yang seperti kutu buku kurang pantas berada di sebelah Yume. Dia menyingkir dari para siswa yang mengerubungi Yume  bagai lebah dalam satu grup nya.

Namun ketika hendak menyebrang sungai, guru pembimbing outing menghentikan mereka karena sungai yang sedang bergolak sehingga menutupi jembatan yang hanya terbuah dari susunan papan. Grup Asahi menunggu dengan tenang di tepi sungai, banyak siswa pria yang ingin menunjukkan kejantanan nya di hadapan para gadis dengan nekat bermain main di tepi sungai walau sebenarnya berbahaya.

Asahi yang sebenarnya juga menaruh hati kepada Yume hanya duduk di tempat yang jauh dan melihat Yume dari kejauhan yang sedang tertawa tawa di hibur oleh para siswa. Kemudian seorang siswa mengajak beberapa siswi putri termasuk Yume untuk ikut merasakan sensasi berdebar debar di tepi sungai ketika sungai sedang begolak. Ternyata kejadiaan naas pun terjadi, gelombang sungai yang besar datang dan menghantam tepi sungai.

Semua nya berteriak dan berpegangan, setelah selesai, mereka tidak melihat Yume ada di antara mereka. Asahi yang duduk agak jauh dan terus memperhatikan Yume, menyaksikan Yume tercebur ke sungai dan terseret arus, dia langsung berdiri kemudian berlari ke tepi sungai. Rasa suka terhadap Yume dan rasa takut tidak bisa melihat Yume lagi, membuat Asahi nekat melompat masuk ke sungai.

Setelah terombang ambing oleh derasnya aliran sungai, akhirnya dia berhasil menyusul dan meraih Yume yang sudah lemas, tapi mereka berdua tetap hanyut terbawa aliran sungai yang deras. Ketika melewati celah dua batu besar yang sangat sempit, dia menarik tangan Yume dan berbalik, tangannya masuk ke dalam celah sempit itu, dia merasakan sakit yang luar biasa, tapi dia bersyukur karena mereka berdua berhenti karena terganjal batu tempat tangannya yang terjepit itu.

Lebih dari satu jam keduanya berada di sungai dan terus di hantam arus, Asahi sudah tidak merasakan lagi rasa sakit di tangannya dan seluruh tubuhnya menjadi lemas, tangan sebelahnya terus berusaha mendekap Yume dengan erat di bantu oleh kedua kakinya. Lalu sensei dan para penduduk yang menetap dekat lokasi perkemahan mereka menolong mengevakuasi Asahi dan Yume yang sudah tidak sadarkan diri dan melepaskan tangan Asahi yang terjepit di antara batu.

Para sensei langsung menghubungi orang tua Yume dan paman dari Asahi, mereka membawa keduanya ke rumah sakit, namun naas bagi Asahi, diagnosa dokter mengatakan kalau syaraf di tangan Asahi sudah hancur dan untuk menyembuhkannya membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama. Akhirnya dengan berat hati dan karena tidak mau membebani paman nya, Asahi mengambil opsi kedua yaitu mengamputasi tangannya.

Semenjak itu, kehidupan Asahi tidak sama seperti sebelumnya, banyak siswa pria di sekolahnya yang mencibir dirinya karena menganggap dia sok pahlawan di hadapan Yume yang merupakan idola angkatan mereka. Tidak sedikit dari mereka yang membully Asahi dan memukulinya. Bahkan para guru dan orang tua Yume menyalahkan Asahi atas kejadian yang menimpa Yume.

Bukan hanya dari keluarga Yume, sikap paman dan bibi Asahi pun menjadi berubah karena Asahi yang sok pahlawan menolong Yume dan membuat orang tua Yume jadi menekan mereka karena meminta ganti rugi. “Harusnya biarkan saja dia mati.” Ujar paman nya kepada Asahi.

Lalu karena tidak tahan tinggal di rumah itu, Asahi minta di pindah keluar kota tempat kotanya menetap sekarang dan meneruskan sma di sana. Pamannya mengabulkannya, dia rela membiayai sekolah Asahi, namun Asahi harus mencari penghasilan sendiri untuk biaya hidupnya.

Dengan terseok seok, setiap pulang sekolah Asahi bekerja sampai malam hanya demi memenuhi kebutuhannya, sampai Yume akhirnya pindah dan masuk ke sekolahnya. Yume melarikan diri dari rumah dan menyusul Asahi atas bantuan dari nenek nya yang ternyata satu kota dengan Asahi. Setelah tinggal bersama sampai lulus kuliah, mereka memutuskan menikah, namun setelah neneknya meninggal, sikap Yume terhadap Asahi mulai berubah total.

Dia berubah seakan akan membenci Asahi dan ingin berpisah dengan nya, dia juga memutuskan untuk kembali ke keluarganya dan membuat Asahi menjadi seorang menantu yang tidak di inginkan di dalam keluarganya. Sejak itu, caki maki dan tuduhan tuduhan yang tidak masuk akal terus di tujukan kepada Asahi dari papa mertua, ibu mertua dan kakak iparnya (end flashback).

Setelah selesai makan, Asahi keluar dari kamar untuk mandi, namun ketika dia keluar, Yume sudah tidak ada di ruang tengah, di meja hanya ada secarik kertas bertuliskan, “Aku pergi sama teman temanku.”

“Pergi sama teman teman ? jam segini ?” Tanya Asahi dalam hati sambil membaca note nya.

Terpopuler

Comments

Jay anggara

Jay anggara

semangat berkarya min

2024-01-07

0

~The Libies ~

~The Libies ~

wih authornya sepuh sekali

2024-01-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!