Keesokan harinya, pagi pagi sekali, “Knock...knock...” Pintu kamar Asahi di ketuk. Asahi yang mendengarnya langsung bangun dan berdiri. Dia berjalan dengan terhuyung huyung menuju pintu dan membukanya,
“Asahi-sama, selamat pagi, mohon bangunkan ojousama untuk berlatih.” Ujar pelayan sambil menunduk.
“Berlatih ?” Tanya Asahi.
“Sekalian anda juga sebaiknya berlatih tuan, semua sudah di siapkan di dojo.” Jawab pelayan.
“Ba..baik, terima kasih obasan.” Balas Asahi.
Asahi kembali masuk untuk mengganti pakaiannya dan ke kamar mandi untuk menggosok gigi, setelah itu dia menuju ke kamar Yuria. “Knock...knock.” Asahi mengetuk pintu kamar Yuria,
“Nggg.....masuk.” Teriak Yuria.
“Aku masuk.” Balas Asahi.
Dia membuka pintu dan menjulurkan kepalanya ke dalam, dia melihat Yuria masih terbaring di tempat tidurnya walau sudah bangun. Dia menghampiri Yuria yang masih setengah sadar.
“Maaf Yuria-san, tadi obasan-pelayan meminta ku membangunkan Yuria-san, katanya waktunya latihan.” Ujar Asahi.
“Ah...iya benar, tolong bangunkan aku.” Ujar Yuria.
Asahi menyelipkan tangannya di bawah punggung Yuria dan menopang tubuh Yuria supaya duduk di tempat tidur. Yuria menoleh dan merangkul leher Asahi yang langsung menggendongnya dengan satu tangan kemudian meletakkannya di kursi roda. Asahi mendorong kursi rodanya keluar, seorang pelayan menemani Asahi untuk mengantar Yuria ke dojo.
Sesampainya di dojo, Asahi terkejut, alasannya di dalam ada sebuah meja yang di atasnya ada sepasang kaki prostetik yang merupakan teknologi robot muthakhir. Seorang pria berpakaian seperti dokter memasangkan sepasang kaki prostetik itu ke paha Yuria.
“Aaah.”
Yuria terlihat kesakitan dan sedikit membuat Asahi khawatir, tapi setelah itu, Yuria yang berpegangan pada pria di depannya berdiri dan mulai berjalan perlahan lahan dengan di tuntun menuju ke sebuah palang sejajar yang panjang sebagai sarana untuk belajar berjalan. Kemudian dengan berpegangan pada palang sejajar, Yuria mulai melangkah menggunakan kaki prostetiknya, berawal dari langkah yang kecil sampai akhirnya melangkah jauh.
“Hebat...” Gumam Asahi di batinnya sambil melihat perjuangan Yuria.
Tiba tiba pria berbaju dokter itu sudah berada di depan Asahi, dia mengamati tangan Asahi sambil memegang dagunya,
“Hmm, anda asisten ojousama ya ? kenalkan namaku Raido.” Tanya pria itu.
“Iya benar Raido-ossan, namaku Asahi.” Jawab Asahi.
“Baiklah, sekarang giliran anda, ayo ikut aku.” Balas Raido.
“Giliranku ? untuk apa ?” Tanya Asahi.
“Ah kemarin Genma-sama meminta aku menyiapkan sebuah lengan kiri prostetik, sekarang aku sudah bawakan dan ijinkan aku menyesuaikan nya dengan bentuk pangkal lengan anda.” Jawab Raido.
“Oh, Genma-jiisan....yang kemarin.” Ujar Asahi dalam hati.
Dia mengikuti Raido yang berjalan ke meja, Raido membuka sebuah koper besar dan di dalamnya da sebuah lengan prostetik yang terlihat berat dan terbuat dari besi, tapi Raido yang kurus mengangkat tangan itu dengan mudah dan mencoba memasangnya di lengan Asahi. Ketika lengan prostetik itu di pasang, bekas amputasi di lengan Asahi terasa sakit sekali, rasanya bagai di hujam 1000 jarum, terasa ada banyak benda yang masuk ke dalam lengannya.
“A..apa ini ossan....sakit sekali....” Ujar Asahi sampai jatuh berlutut di tanah.
“Tahan, tadi ojousama saja yang tubuhnya lebih kecil dari anda, kuat menahan sakitnya dan sekarang dia sedang berlatih. Nanti kalau sudah sering juga akan terbiasa dan tidak merasakan sakit lagi.” Balas Raido.
Mata Asahi mulai berkunang kunang karena menahan rasa sakit yang teramat sangat. Raido menjelaskan kalau rasa sakit itu berasal dari serat syaraf yang bersinkronisasi dengan lengan prostetik yang menggunakan teknologi baru yaitu teknologi nano. Raido ternyata benar, lama kelamaan rasa sakit Asahi mengurang dan akhirnya menghilang walau Asahi menjadi lemas.
“Sekarang coba gerakkan seperti anda memiliki tangan sendiri.” Ujar Raido.
Asahi mencobanya, dia melihat jari tangan prostetiknya mulai bergerak, dia mencoba membandingkan sensasi nya dengan tangan sebelahnya. Lama kelamaan semua jari bisa bergerak dan pergelangan tangan Asahi bisa bergerak, kemudian Raido memberikan alat untuk mencengkram ke tangan protetik Asahi. Latihan pun di mulai, Asahi terus mencoba mencengkram alat itu dan membuka cengkramannya lagi secara terus menerus.
Dia juga memperhatikan Yuria yang terus berjalan bolak balik di tengah palang ganda yang panjang.
“Apa setiap pagi dia berlatih seperti ini ossan ?” Tanya Asahi sambil berlatih.
“Tidak, setiap 3 hari sekali untuk membiasakan menggunakannya, latihan beliau sudah berjalan hampir enam bulan.” Jawab Raido.
“Oh begitu, lalu nanti dia akan permanen memakai kaki prostetik itu ?” Tanya Asahi.
“Tidak, tapi kalau dia keluar dan menghadiri pertemuan dia memakainya, untuk keseharian tidak di anjurkan memakai secara terus menerus, karena walau pun sepasang kaki prostetik itu adalah teknologi yang baru dan paling muthakhir jaman sekarang, belum bisa menjamin tidak ada nya efek samping jika di pakai terus menerus.” Jawab Raido.
“Aku mengerti, berarti lengan ku ini juga sama ya ?” Tanya Asahi.
“Anda benar, lengan ini juga sama saja.” Jawab Raido.
“Blugh.” Yuria terjatuh tapi tangannya masih memegang palang, Asahi yang reflek langsung berlari menghampiri Yuria, tapi ketika dia menjulurkan tangannya ingin mengangkat tubuh Yuria, tangan Yuria menepis tangan Asahi,
“Jangan bantu aku, aku bisa.” Ujar nya.
“Baiklah, paling tidak ijinkan aku membantu mu berdiri.” Balas Asahi menjulurkan tangannya.
Yuria mengambil tangannya dan dengan perlahan dia bangkit berdiri kembali, kemudian dia melanjutkan latihannya. Asahi yang melihat dari belakang, benar benar kagum melihat ketangguhan Yuria, dia merasa dirinya tidak ada apa apanya di bandingkan dengan Yuria yang benar benar berusaha maksimal dengan keterbatasannya dan berhasil.
“Aku juga harus berjuang, aku tidak boleh menyerah.” Pikir Asahi.
Dia meneruskan meremas alat yang di berikan Raido di tangan prostetiknya sambil melihat Yuria yang terus berjalan dengan lancar dan sekarang sudah mulai cepat. Selesai berlatih, Yuria kembali duduk di kursi roda, Raido melepaskan kaki prostetiknya dan kemudian melepaskan lengan prostetik Asahi. Setelah selesai, Asahi mendorong kursi roda Yuria untuk ke kamar mandi, sebelum masuk ke dalam bersama para pelayan,
“Oniisan juga mandi dulu saja, nanti kita ketemu di ruang makan untuk sarapan.” Ujar Yuria sambil menoleh melihat Asahi.
“Baik, terima kasih Yuria-san.” Balas Asahi.
*****
Di ruang makan, setelah selesai mandi, Asahi dan Yuria menikmati sarapan mereka sambil menonton televisi yang ada di dalam ruang makan.
“Oniisan, hari ini kita akan keluar, aku mau berbelanja di mall.” Ujar Yuria.
“Aku mengerti.” Balas Asahi.
“Bagaimana latihan barusan ? oniisan bisa pakai lengannya ?” Tanya Yuria.
“Bisa, walau awalnya sangat sakit sekali ketika di pasang.” Jawab Asahi.
“Benar, awalnya memang sakit sekali, tapi setelah terbiasa, rasanya seperti di gigit semut.” Ujar Yuria.
“Benarkah ? aku baru pernah melihat teknologi seperti itu.” Balas Asahi.
“Tentu saja, lengan dan sepasang kaki prostetik tadi adalah produk baru dari perusahaan pengembang kita walau teknologinya berasal dari luar negeri.” Ujar Yuria.
“Oh jadi begitu, aku bersyukur bisa mencobanya.” Balas Asahi.
“Senang mendengarnya, ayo kita makan, setelah itu pergi.” Balas Yuria.
“Baik.” Balas Asahi.
Keduanya menyantap makanan di meja yang sudah di siapkan pelayan, setelah itu, Asahi mendorong kursi roda Yuria ke sebuah mobil sedan panjang berwarna hitam, Asahi membantu Yuria masuk ke dalam dan melipat kursi rodanya lalu memasukkannya ke dalam sekaligus dirinya. Mobil berjalan keluar dari pagar untuk menuju ke sebuah pusat perbelanjaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments