Dua hari kemudian, pagi pagi sekali, Asahi mengantar Yuria kembali ke dojo untuk berlatih lagi menggunakan kedua kaki prostetiknya. Dia sendiri juga berlatih menggunakan lengan prostetik yang sudah di sediakan Raido,
“Oh iya ojousama, aku dapat pesan dari prof Henry, barang pesanan ojousama sudah siap.” Ujar Raido.
“Bagus, setelah ini aku dan oniisan akan kesana. Tolong beritahu prof Henry.” Balas Yuria.
Raido keluar dari dojo sebentar untuk menelpon prof Henry di klinik. Yuria menoleh kepada Asahi yang mendampinginya berjalan di palang ganda.
“Lengan prostetikmu sudah siap oniisan, hari ini kita ambil ya, prof Henry memang hebat, sesuai janjinya dia menyiapkannya dalam 3 hari.” Ujar Yuria.
“Iya, terima kasih Yuria.” Balas Asahi.
“Sama sama oniisan.” Balas Yuria senang.
“Yuria, boleh aku bertanya sesuatu ?” Tanya Asahi.
“Silahkan.” Jawab Yuria.
“Kamu bilang, kamu sudah lama mengenalku, kapan ?” Tanya Asahi.
Yuria langsung terdiam, wajahnya sedikit merona merah, kemudian dia berjalan di palang ganda meninggalkan Asahi. Melihat Yuria meninggalkannya, Asahi langsung mengejarnya,
“Kamu ingat ingat sendiri oniisan, aku kasih petunjuk, kita bertemu di taman dan di rumah sakit.” Ujar Yuria.
Asahi terdiam, dia mencoba menggali pikirannya kembali dan mengingat ngingat apa dia pernah bertemu dengan Yuria sebelumnya. Keduanya terdiam sambil terus berjalan bolak balik di palang ganda. Asahi terus menggerakkan jari jemari prostetiknya menggunakan alat untuk melatih genggaman.
Tak lama kemudian, Raido kembali masuk ke dalam dan mengatakan kalau prof Henry siap menerima Yuria kapan saja. Akhirnya mereka menyudahi latihan mereka dan bersiap siap untuk pergi keluar. Setelah mandi dan berganti pakaian, Asahi mendorong kursi roda Yuria ke mobil, dia membantu Yuria pindah kedalam dan melipat kursi rodanya, kemudian dia juga masuk ke dalam dan duduk di sebelah Yuria.
Sepanjang perjalanan, Asahi terus menggali pikirannya, sementara Yuria terus melihat keluar dari jendela.
“Aku tidak ingat sama sekali, aku tidak pernah bertemu dengan seseorang yang tidak memiliki kaki seperti Yuria, kalau pernah aku pasti ingat.” Ujar Asahi dalam batinnya.
Yuria yang melihat Asahi berpikir keras, diam saja dan tersenyum, kemudian dia kembali menoleh melihat keluar jendela.
“Oniisan benar benar lupa ya hehe, biarkan sajalah.” Ujar Yuria dalam hati.
Sekitar 40 menit kemudian, mobil sampai di lobby klinik, Asahi kembali membantu Yuria turun dari mobil dan mendorong Yuria masuk ke klinik. Yuria juga membawa koper beriri sepasang kaki prostetiknya untuk di maintenance di klinik. Mereka langsung menuju ke lab tempat prof Henry berada, setelah di dalam,
“Selamat datang mademoseile.”
Seperti biasa, prof Henry langsung jongkok di hadapan Yuria dan mencium tangannya tanpa memperdulikan Asahi di belakangnya, tapi Asahi masih tenggelam dengan pemikirannya sendiri dan tidak mendengarkan percakapan antara prof Henry dengan Yuria. Sampai akhirnya,
“Oniisan.....oniisan...” Yuria menarik narik lengan kemeja yang tidak ada isinya.
“Oh maaf...” Balas Asahi yang keluar dari pikirannya.
“Lengan prostetik anda sudah siap, mari sini.” Ujar prof Henry.
Asahi melihat prof Henry memengang sebuah tabung berisi sebuah lengan kiri yang nampak seperti lengan kiri sungguhan. Asahi maju menghampiri prof Henry yang menaruh tabungnya di meja dan mengambil lengannya. Prof Henry menggulung lengan kemeja Asahi dan memasang lengannya. Asahi mengernyitkan wajahnya karena dia berpikir pasti sakit, namun dia tidak merasakan apa apa. Setelah terpasang,
“Sekarang coba gerakkan tangan anda.” Ujar prof Henry.
Asahi mengangkat lengannya dan membaliknya, dia mencoba menggerakkan pergelangan tangannya, jari jarinya dan mengepalkan tangannya. Walau tidak terasa apa apa, tapi dia bisa melihat tangannya bergerak sesuai dengan kemauannya.
“Wow.” Gumam Asahi.
“Sekarang coba angkat gelas itu.” Prof Henry menunjuk sebuah gelas di meja.
Asahi menghampiri meja dan menaikkan lengan prostetiknya, dia mengingat latihan yang dia lakukan tadi pagi, dengan perlahan tangannya memegang gelas dan jari jarinya mencengkram gelas, dia menaikkan tangannya dan gelas itu terangkat terpegang dengan erat. Yuria bertepuk tangan dan terlihat senang, begitu juga dengan prof Henry yang terlihat puas akan hasil kerjanya.
Setelah menaruh gelasnya lagi, Asahi bermaksud melepas kembali lengan prostetiknya, tapi prof Henry mengatakan kalau lengan itu terus di pakai saja, kecuali saat mandi dan saat tidur. Asahi menoleh melihat Yuria yang mengangguk, akhirnya dia terus memakai nya.
“Tapi Yuria tidak terus memakainya ?” Tanya Asahi sambil menoleh melihat Yuria yang duduk di kursi roda.
“Hari ini penyelarasan terakhir, setelah ini Yuria-mademoseile juga sudah bisa memakai terus kaki prostetiknya. Itu sebabnya aku minta dia membawanya kembali ke sini.” Ujar prof Henry.
“Oh begitu.” Balas Asahi yang baru mengerti.
Prof Henry kemudian mengajari Asahi dan Yuria cara melepas dan memasang sendiri sepasang kaki dan lengan kirinya. Setelah itu, dia membawa koper Yuria ke dalam untuk melakukan penyelarasan terakhir, dia meminta Asahi dan Yuria menunggu di ruang tunggu yang ada di sebrang lab.
Asahi mendorong Yuria keluar dari lab dan masuk ke dalam ruang tunggu, di dalam ternyata terlihat seperti restoran mewah yang menyediakan makanan prasmanan dan menyediakan menu untuk memesan makanan. Asahi mengambil kan beberapa kue dan minuman untuk dirinya dan Yuria kemudian membawanya ke meja menggunakan lengan barunya.
“Wah kamu sudah terbiasa ya, oniisan.” Ujar Yuria.
“Iya, tapi masih perlu banyak berlatih.” Balas Asahi.
“Bagus oniisan, kalau boleh tahu, kenapa lengan mu bisa hilang, seingatku kamu punya dua lengan.” Ujar Yuria.
“Ah...itu...aku mengalami kecelakaan (sadar) hah...seingatmu aku punya dua lengan, kita bertemu sebelum aku kecelakaan ?” Tanya Asahi.
“Eh...ups hehe.” Jawab Yuria.
“Aaaaah...kamu membuatku berpikir seharian ini, aku benar benar penasaran.” Balas Asahi.
“Hehe maaf, tapi waktu kita bertemu, aku yakin kamu tidak menganggap aku perempuan.” Ujar Yuria.
“Huh ? taman ? rumah sakit ? bukan perempuan.....ah.” Balas Asahi.
Pikiran Asahi melayang ke waktu dia berumur 12 tahun, ketika dia masih sd dan pulang sekolah, dia selalu melewati taman, di taman dia melihat seorang anak berambut pendek seperti laki laki berusia sekitar 9 tahun yang selalu termenung dan duduk di kursi di bawah pohon, anak itu selalu memakai celana panjang yang kebesaran dan selalu diam merenung melihat kosong ke arah taman.
Asahi selalu menghampiri anak itu setiap hari dan mengajaknya berbicara, bahkan sering membawakan makanan sampai membawakan manga (komik) kemudian memberikannya kepada anak itu. Anak itu juga selalu menunggu Asahi dan tersenyum setiap Asahi datang menghampirinya. Namun suatu hari, anak itu tidak pernah terlihat lagi di taman. Walau begitu setiap hari Asahi selalu datang walau dia tidak melihat anak itu lagi.
Dia melihat anak itu lagi ketika sudah agak besar 2 tahun kemudian ketika dia di rawat di rumah sakit akibat kecelakaan di sungai sebelum lengannya di amputasi, dia sekamar dengan anak itu dan mereka sering berbicara akrab karena saling mengenali sewaktu di taman, namun selama ini Asahi menganggap anak itu adalah laki laki.
“Huh, jadi....anak laki laki itu kamu Yuria ?” Tanya Asahi.
Yuria menjawab pertanyaan Asahi dengan tersenyum dan mengangguk, kemudian dia bergeser dan menempel pada Asahi.
“Kamu datang padaku di taman, ketika kakiku baru saja di amputasi, saat itu aku tidak punya semangat hidup, tapi kamu mengajak ku bicara dan membawakan aku takoyaki, onigiri, crepe, es krim, es serut dan manga setiap hari di jam yang sama sambil menemani ku. Dengan kata lain, kamu menyelamatkan aku oniisan, makanya ketika aku melihat foto mu waktu kamu melamar, di tambah aku mengenali wajah mu yang sama persis seperti ayahmu waktu muda karena jiisan selalu menanamkan wajah anaknya di pikiranku, hatiku langsung melompat kegirangan.” Ujar Yuria sambil merebahkan kepalanya di pundak Asahi.
“Ah benar juga, waktu di rumah sakit, kamu tidak tahu tanganku di amputasi, karena kamu sudah keluar duluan dari rumah sakit.” Ujar Asahi.
“Benar, makanya aku kaget ketika melihat mu kehilangan tangan mu.” Balas Yuria.
“Terima kasih Yuria, aku lega sekarang, jujur saja, aku khawatir dengan anak laki laki yang ku temui di taman itu dan bertanya tanya bagaimana keadaannya sekarang. Ternyata selama ini aku salah, dia bukan anak laki laki melainkan seorang anak perempuan yang cantik.” Ujar Asahi.
“Hehe tidak masalah oniisan. Aku juga selalu terpikir bagaimana kabar oniisan yang baik hati yang selalu menolongku, saat itu aku tidak berpikir kalau oniisan adalah cucu dari jiisan, aku sudah pasrah tidak bisa bersama oniisan karena aku harus menjalankan amanat jiisan, tapi ternyata takdir berkata lain dan harapan ku terkabul.” Balas Yuria.
“Ehem, maaf mademoseile mengganggu, kaki anda sudah siap dan anda sudah bisa memakai kaki anda seterusnya, hanya saja mohon seminggu sekali kembali kesini untuk maintenance.” Ujar Henry.
“Huh...” Asahi dan Yuria langsung menjauh dan memasang wajah dingin kembali seperti semula. Setelah itu, Asahi dan Yuria terus mengenakan anggota tubuh prostetiknya setiap hari walau di rumah sekalipun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments