Chapter 11

Seakan akan kehilangan tenaga dan tempurung lutunya, Daichi dan Tomoya jatuh terduduk di kursinya setelah melihat foto di smartphone, Asahi masih berdiri, dia seakan akan tidak percaya dengan apa yang baru saja di lihatnya,

“Duduk oniisan.” Ujar Yuria.

“Yu..Yuria-san....”

“Duduk oniisan.” Yuria memotong ucapan Asahi.

Asahi menurut dan langsung duduk di sebelah Yuria, tangannya yang hanya sebelah gemetar memegang pahanya, tapi tangan Yuria tiba tiba memegang tangannya. Asahi menoleh melihat Yuria di sebelahnya yang masih melihat lurus ke depan dengan wajah dinginnya. Tapi alasan Asahi gemetar bukanlah karena dia takut,

“Aneh, ada apa dengan ku ? aku melihat foto dan jari di nampan itu, tapi kenapa aku tidak takut, melainkan ada beban hilang dari hatiku dan aku merasa lega, aku merasa bebas. Aku benar benar aneh...apa yang terjadi dengan ku ?” Tanya Asahi dalam hati sambil tersenyum sedikit.

“Berarti semua urusan sudah selesai, kalian boleh pergi.” Ujar Yuria.

“Tu..tunggu ojousama, ijinkan saya memakamkan anak saya.” Ujar Daichi.

“Tidak perlu, saat ini anak anda sedang di kremasi.” Balas Yuria tegas.

“Ba..baik ojousama, terima kasih.” Balas Daichi.

Tiba tiba Yuria menatap tajam ke arah Tomoya yang masih menunduk dengan wajah ketakutan melirik Yuria,

“Anda tahu kan akibatnya kalau sampai anda mengganggu Asahi-oniisan lagi ?” Tanya Yuria.

“A..aku mengerti ojousama. Ta..tapi...ah..tidak apa apa ojousama.” Ujar Tomoya.

“Katakan.” Ujar Yuria.

“Be..begini, anak saya Yume, sekarang sedang mengandung, dia mengandung anak orang itu.” Ujar Tomoya sambil menunjuk smartphone di tengah.

Mendengar itu, Asahi yang awalnya diam, langsung berdiri, wajahnya terlihat sangat marah dan Yuria yang berada di sebelahnya melihat wajahnya.

“Duduk oniisan, hal itu sudah tidak ada sangkut pautnya dengan mu kan.” Ujar Yuria tenang.

Asahi menarik nafasnya dan membuang nafasnya, dia langsung duduk kembali menuruti Yuria.

“Lalu apa maksudnya anda mengatakan hal itu di sini ?” Tanya Yuria kepada Tomoya dengan nada sedikit tinggi.

“Ti..tidak apa apa ojousama, aku hanya ingin memberitahu saja.” Ujar Tomoya.

“Silahkan urus sendiri masalah anda, tapi kalau anda mau meminta bantuan kami, boleh saja, kami akan mengaborsi kandungan anak anda, tentunya anda tahu kan maksud ku ?” Tanya Yuria.

“Ti..tidak perlu ojousama, saya akan atasi masalah ini sendiri.” Ujar Tomoya.

“Bagus, sekarang anda boleh pergi.” Balas Yuria.

Tomoya berdiri, dengan langkah gontai dan menunduk dia berjalan menuju keluar dari restoran di antar seorang penjaga. Namun ketika Daichi berdiri ingin pergi,

“Tunggu, hari ini juga, akan ada orang saya yang datang ke kantor anda, tolong serah terimakan semua pembukuan kantor dan kosongkan ruangan anda.” Ujar Yuria.

“Ba..baik ojousama, saya langsung ke kantor sekarang.” Ujar Daichi.

Dengan tertatih tatih, Daichi berjalan keluar dari restoran di antar oleh seorang penjaga lagi. Setelah Daichi pergi, Yuria mengambil smartphonenya dan menoleh melihat Asahi yang masih termenung dengan tangan mengepal karena amarahnya ketika dia mendengar kalau Yume sedang hamil dan yang menghamilinya adalah Ito, orang yang ada di dalam foto di smartphone milik Yuria.

“Sekarang semua sudah selesai oniisan.” Ujar Yuria tersenyum.

Asahi menoleh dan melihat Yuria yang tersenyum di sebelahnya, perasaannya menjadi campur aduk, di satu sisi dia senang karena dendamnya terbalas, tapi di satu sisi dia kasihan kepada mantan istrinya yang sudah hidup cukup lama bersama dirinya. Asahi hanya bisa tersenyum getir,

“Sekarang ayo kita makan oniisan.” Ujar Yuria yang langsung bertepuk tangan.

Beberapa penjaga menunduk dan masuk ke dalam dapur restoran, Asahi melihat Yuria kembali nampak seperti gadis biasa yang ceria sambil menunggu makanan nya datang.

“Wanita ini, aku tidak mengerti jalan pikirannya sama sekali, semalam dia bilang Ito-senpai tidak di apa apakan, tapi nyatanya. Tapi yang tidak aku habis pikir, dia melakukan semua ini....untuk apa ? untuk ku ? aku hanyalah asisten nya kan ?” Tanya Asahi di benaknya sambil melihat Yuria yang terlihat ceria di sebelahnya.

Tak lama kemudian, beberapa pelayan keluar dari dapur mengantarkan makanan makanan yang belum pernah dilihat Asahi sebelumnya apalagi memakannya, Yuria langsung mengambilkan beberapa lauk dan menaruhnya di piring Asahi, kemudian mereka mengucapkan salam dan mulai memakan hidangannya.

“Enak tidak oniisan ? makan yang banyak ya.” Ujar Yuria sambil terus mengambilkan lauk ke piring Asahi.

“Iya, terima kasih Yuria-san.” Ujar Asahi.

“Eh oniisan, umur kita kan beda tiga tahun, panggil aku Yuria saja, tidak usah pakai san.” Ujar Yuria.

“Eh, tapi kan...”

“Tidak mau ?” Tanya Yuria memotong dengan wajah cemberut.

“I..iya, baiklah, Yu..Yuria.” Ujar Asahi.

“Nah gitu dong Asahi-nii.” Ujar Yuria senang sambil menempel pada dirinya.

Kepala Asahi serasa mau pecah, dia benar benar tidak mengerti sikap Yuria sekarang di tambah lagi dia juga jadi tidak mengerti dirinya sendiri.

“Aku senang melihat Asahi-nii akhirnya tersenyum tadi.” Ujar Yuria tiba tiba.

“Huh ? kapan ?” Tanya Asahi bingung.

“Ketika melihat foto di smarphone ku.” Jawab Yuria.

“Hah ? oh...itu. Aku merasa lega, hanya itu.” Ujar Asahi yang sadar kalau dirinya memang merasa lega dan sedikit tersenyum.

“Aku mengerti, lalu, kamu masih mencintai mantan istrimu ?” Tanya Yuria.

“Ti..tidak, hanya ada rasa kasihan, wajar saja, aku bersama dia sejak sma.” Jawab Asahi terbata bata.

“Hmm, begitu ya, kalau masih cinta pun tidak apa apa, asal jangan pergi dari sebelahku.” Ujar Yuria.

Mendengar ucapan Yuria, Asahi langsung menoleh melihat Yuria yang sedang menyingkirkan rambutnya dan memasukkan makanan ke mulutnya,

“Maksudnya apa ? aku tidak mengerti ? aku hanya bekerja sebagai asisten kan ?” Tanya Asahi bingung.

“Setelah ini, apapun hasilnya, aku akan bicara serius dengan mu oniisan, bersiaplah.” Jawab Yuria tegas.

Mendenga jawaban Yuria, Asahi kembali merinding, dia tidak berani meneruskan pembicaraan lagi.

“Baik.” Ujarnya.

Asahi kembali menikmati makanannya sebab walau berwajah dingin Yuria terus menaruh lauk di piringnya. Setelah selesai makan, keduanya keluar dari restoran dan berjalan jalan kembali sekalian menuju ke pintu keluar untuk pulang. Beberapa pesan masuk ke dalam smartphone Yuria, dia membukanya dan membacanya, kemudian dia membalas beberapa pesan itu. Setelah di luar, sebuah mobil sudah menunggu, keduanya naik ke dalam mobil.

Sepanjang perjalanan, Yuria kembali diam dan hanya melihat keluar jendela, begitu juga dengan Asahi yang tidak bicara sepatah katapun, hanya saja pikirannya melayang kemana mana. Hari sudah sore, tiba tiba “Dling.” Sebuah pesan masuk ke dalam smartphone Yuria. Dia membuka pesannya dan tersenyum sendu dengan air mata sedikit menetes dari pelipisnya. Asahi yang melihatnya langsung bertanya,

“Ada apa Yuria ?” Tanya Asahi.

“Ossan, tolong bawa kita ke bukit tempat biasa saya melihat kota di malam hari.” Ujar Yuria kepada pengemudi mobil.

“Baik, ojousama.” Balas pengemudi.

Mobil langsung berbelok ke arah yang berlawanan, Asahi menjadi penasaran apa maksud Yuria,

“Apa yang terjadi ?” Tanya Asahi sambil melihat keluar jendela.

“Oniisan, ada yang mau aku bicarakan dengan mu.” Jawab Yuria menatap Asahi dengan wajah yang serius tanpa senyum.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!