Ketika sedang berjalan jalan, Yuria masuk ke dalam setiap toko pakaian dan mencoba berbagai macam pakaian, dia selalu menunjukkannya kepada Asahi yang mendampinginya,
“Bagus tidak oniisan ?” Tanya Yuria ketika sedang mencoba sebuah gaun.
“Um...bagus.” Jawab Asahi.
“Kamu tegang sekali oniisan, jangan merusak suasana dong, aku coba yang lain ya.” Ujar Yuria.
“I..iya, silahkan saja hehe.” Ujar Asahi.
"Deg." Asahi merasa dadanya penuh, dia tidak tahu harus bagaimana bersikap karena baginya semua ini adalah pekerjaan. Namun karena melihat Yuria yang terlihat senang dan nampak seperti gadis biasa pada umumnya, hatinya sedikit lebih lega dan dia menjadi sedikit lebih rileks seperti biasanya. Setiap kali Yuria mencoba pakaian, dia selalu saja minta pendapat dari Asahi, kemudian setelah puas, Yuria membeli beberapa setel pakaian dan membayarnya di kasir.
Mereka keluar dari toko pakaian perempuan dan masuk ke toko pakaian laki laki, Yuria memilih beberapa pakaian di dalam,
“Nah sekarang coba ini oniisan...” Ujar Yuria sambil memberikan satu setel kemeja berikut celananya kepada Asahi dengan wajah ceria.
“I..iya, aku coba ya.” Ujar Asahi.
Dia masuk ke kamar ganti, Asahi mengganti pakaiannya dengan pakaian yang di pilih oleh Yuria, setelah selesai dia membuka tirainya dan memperlihatkan pakaiannya kepada Yuria.
“Hmm bagus oniisan, ya sudah langsung pakai saja, label nya di lepas saja, kita bayar dulu di sana. Sekarang coba semuanya ya oniisan, yang ini di pakai saja nanti.” Gumam Yuria yang membawa beberapa setel pakaian lagi dan memberikannya pada Asahi.
“Ba...baik.”
Asahi kembali masuk ke dalam, satu persatu dia mencoba pakaiannya, kemudian setiap mencoba dia memperlihatkannya pada Yuria yang terlihat senang, akhirnya Yuria membeli semua pakaiannya dan pakaian pertama yang di coba Asahi langsung di pakai nya. Penampilan Asahi yang baru membuat dirinya menjadi tampan dan tubuhnya yang memang sudah kekar dari awal jadi terlihat jelas.
Yuria terlihat bangga berjalan sambil menggandeng lengan Asahi, para pengawal yang berjaga jaga di setiap sudut mall menjadi tersenyum melihat keduanya walau wajah mereka seram. Asahi melirik Yuria yang lebih pendek dan berjalan menempel dengan dirinya,
“Kalau seperti ini, dia benar benar terlihat seperti gadis biasa saja, tidak sangka dia adalah seorang pemimpin yakuza.” Ujar Asahi dalam hati.
Hari sudah siang, “Dling.” Sebuah pesan masuk ke smartphone Yuria, dia melihat pesannya, Asahi yang berada di sebelahnya tidak sengaja membaca isi pesannya, “Semua sudah siap ojousama.” Yuria menutup pesannya dan memasukkan kembali smartphone nya.
“Ayo oniisan, kita makan siang dulu di atas.” Ajak Yuria.
“Baiklah.” Balas Asahi.
“Oh maksudnya semua sudah siap adalah makan siang kali ya.” Gumam Asahi di batinnya.
Mereka berjalan menaiki escalator sampai di lantai paling atas, setelah itu mereka menuju sebuah restoran mewah yang bernama Mato Authentic Restaurant. Langkah Asahi langsung terhenti melihat restoran itu, sebab dia tahu milik siapa restoran di depannya itu. Melihat Asahi berhenti, Yuria menoleh,
“Kenapa oniisan ?” Tanya Yuria.
“Ini...bukankah ini restoran milik keluarganya Ito-senpai ?” Tanya Asahi.
“Betul, kenapa ? restoran ini di bawah naungan kita kok. Ayo oniisan, aku sudah lapar.” Jawab Yuria.
“Ba..baiklah.” Ujar Asahi.
Akhirnya Asahi mau di ajak masuk oleh Yuria kedalam, tapi ketika sampai di dalam, Asahi langsung menyesal masuk ke dalam. Di dalam tidak ada pengunjung lain, tapi sudah ada tiga orang menunggu, yang pertama adalah pengacara yang bekerja untuk klan Jinguji, seorang pria paruh baya yang tidak di kenal Asahi dan seorang pria paruh baya yang sama sekali tidak ingin di lihat oleh Asahi, yaitu mertuanya sendiri yang bernama Higashira Tomoya. Di dalam juga banyak sekali pengawal yang berjaga memutari seluruh ruangan restoran.
“Anoo Yuria-san....” Ujar Asahi yang diam di tempat.
“Oniisan, jangan khawatir, semua akan baik baik saja.” Ujar Yuria.
Demi menjaga wibawa Yuria, akhirnya Asahi mau menemani Yuria, dia menarik kursi dan membiarkan Yuria duduk, kemudian dia berdiri di belakang Yuria, tapi tiba tiba Yuria menarik tangannya dan menoleh melihatnya.
“Duduk di sebelah ku oniisan.” Ujar Yuria.
Asahi melihat tatapan Yuria kembali menjadi dingin dan terkesan tegas, sangat berbeda dengan ketika mereka berjalan jalan di toko. Asahi yang tidak mau memancing amarah Yuria, akhirnya menuruti Yuria dan duduk di sebelahnya. Melihat Asahi duduk di sebelahnya, mertua Asahi yang bernama Tomoya langsung mencibir nya, mulutnya bergumam “Tidak tahu diri.” Yang terbaca jelas oleh Asahi walau tidak bersuara.
“Baiklah, silahkan di mulai.” Ujar Yuria kepada pengacara yang duduk di sebelahnya.
Sang pengacara mengambil tasnya dan mengeluarkan beberapa berkas kemudian memberikannya pada Yuria, Asahi yang di sebelah Yuria juga membaca isi berkas itu. Ternyata isi nya adalah form pengajuan cerai untuk istri Asahi, Yume yang di wakilkan oleh ayahnya selaku pemohon perceraiannya. Yuria meminta Asahi menandatanganinya dengan memberikan sebuah pena kepada nya. Tentu saja, Asahi yang tidak mau mengecewakan Yuria bosnya, langsung mendandatangani nya.
Setelah itu pengacara memberikan berkasnya kepada Tomoya yang langsung membaca isinya, setelah itu Tomoya juga mendandatangani nya.
“Berarti sekarang, Asahi-oniisan sudah resmi bercerai dengan anak Tomoya-san, untuk kedepannya, aku minta kepada Tomoya-san untuk tidak lagi mengganggu Asahi-oniisan.” Ujar Yuria tegas.
“Ba..baik ojousama.” Balas Tomoya walau terlihat sangat jelas kalau dia sebenarnya mendidih karena amarahnya yang meluap luap.
Yuria langsung memberikan berkasnya pada pengacara untuk di urus, kemudian dia mengangguk kepada pengacara. Sang pengacara kembali mengeluarkan sebuah berkas dan memberikannya kepada Yuria yang langsung membacanya. Setelah selesai membaca, Yuria menoleh melihat kepada seorang pria paruh baya yang duduk di sebelah Tomoya.
“Terima kasih sudah menunggu, Masashi Daichi-san.” Ujar Yuria.
“Masashi ? ayahnya Ito-senpai ?” Pikir Asahi.
“Tidak apa apa ojousama, ada apa memanggil saya ke restoran saya ini ?” Tanya Daichi.
“Pertama tama, silahkan baca dulu.” Ujar Yuria sambil memberikan berkasnya.
Daichi mengambil berkasnya dan membacanya, matanya langsung membulat dan tangannya meremas kertas di depannya.
“Apa maksudnya ini ojousama ? kenapa klan ingin mengambil alih seluruh grup ku ?” Tanya Daichi panik.
“Silahkan baca keseluruhannya, anda akan mengerti kenapa nya.” Jawab Yuria.
Daichi meneruskan membacanya, wajahnya menjadi merah padam, dia melirik ke arah Tomoya yang duduk di sebelahnya. Langsung saja dia menggebrak berkasnya di meja, seluruh penjaga langsung memasukkan tangannya ke dalam saku jasnya, tapi Yuria mengangkat tangannya dan para penjaga mengeluarkan lagi tangannya.
“Melihat reaksi anda, berarti anda sudah mengerti ya, silahkan di tanda tangani.” Ujar Yuria sambil tersenyum sinis.
“Tapi aku yakin semua ini bukan ulah anak saya, semua ini pasti ulah anak tua bangka ini....aku tidak terima.” Teriak Daichi sambil menunjuk Tomoya di sebelahnya.
“Jaga bicara anda, anak anda memang sudah terkenal reputasinya sebagai orang tidak bermoral, sudah pantas kalau dia di permasalahkan seperti ini.” Ujar Tomoya membela diri.
“Baiklah, berarti Daichi-san tidak terima ya....ctak.” Yuria menjentikkan jarinya.
Seorang penjaga maju ke depan, dia membawa sebuah nampan kecil berwarna perak dan langsung meletakkan nampannya di depan Daichi. Wajah Daichi yang awalnya terlihat marah mendadak berubah menjadi ketakutan, karena di atas nampan itu ada sebuah jari yang memakai cincin dan dia mengenali cincin itu.
Bukan hanya Daichi yang mengenali cincin itu, Asahi yang melihatnya juga mengenali cincin itu. Cincin itu adalah cincin milik Ito yang tidak pernah lepas dari jarinya sejak dia masih berkuliah dan dia suka memamerkannya.
“I..itu cincin Ito-senpai ?” Pikir Asahi sambil melirik ke arah Yuria yang berwajah dingin tanpa tersenyum sama sekali.
“Sekarang silahkan tanda tangani berkasnya dan jangan membuang waktu saya.” Ujar Yuria tegas.
“Ta..tapi bagaimana dengan keluarga kami kalau semua restoran kami diambil alih oleh klan ?” Tanya Daichi.
“Maaf tapi itu bukan urusan ku, sebagai pemegang saham sebesar 80% dari total saham Mato.group, klan Jinguji berhak mengambil alih semuanya tanpa terkecuali, selama ini anda sudah memakai semua milik kami dan sekarang kami mengambil kembali milik kami, jadi silahkan tanda tangani, kalau anda ingin menyalahkan seseorang silahkan salahkan anak anda.” Jawab Yuria dengan tegas.
“Bunuh saja anak saya yang bodoh itu, aku mohon, jangan perlakukan hal seperti ini kepada keluargaku, selama ini aku selalu setia terhadap klan Jinguji dan tidak pernah mencari masalah sama sekali, aku mohon ampuni kami, aku sebagai ayah dari Ito, tidak mengakui Ito sebagai keluarga Masashi lagi dan mencoretnya dari ahli waris.” Ujar Daichi menyembah di depan Yuria.
“Anda mendengarnya kan Toshiki-san ?” Tanya Yuria ke pengacaranya.
“Saya dengar ojousama.” Jawab Toshiki.
“Segera buat pernyataan nya dan suruh dia tanda tangani sekarang juga.” Ujar Yuria.
“Baik ojousama.”
Toshiki mengeluarkan laptopnya dan langsung mengetik surat pernyataan nya di hadapan Daichi dan Tomoya yang menunduk di depan Yuria. Asahi melirik ke arah Tomoya yang terlihat sangat ketakutan, hatinya merasa sedikit puas, melihat mertua yang selama ini menekannya dan selalu memfitnahnya tunduk di hadapan Yuria bos barunya. Terlihat sedikit senyum di wajah Asahi dan hal itu tidak luput dari perhatian Yuria.
Setelah Toshiki selesai mengetik dan seorang anak buah Yuria membawakan mesin printer dari dalam kantor restoran keluar, surat pernyataan itu langsung di tanda tangani oleh Daichi, setelah selesai di tanda tangani.
“Baiklah, dengan begini kami tidak jadi mengambil alih grup ini, tapi pemimpin restoran ini akan di ganti dengan asisten baru saya. Tentunya anda setuju kan ? semua sudah tercantum di surat ini.” Ujar Yuria memaksa.
“I..iya ojousama, saya akan bekerja keras di bawah pimpinan asisten pribadi anda.” Ujar Daichi.
“Huh ?” Pikir Asahi dalam hati.
“Bagus, sekarang lihat ini....”
Yuria mengambil smartphonenya dan meletakkannya di meja, melihat foto yang tampil di layar smartphone, wajah Daichi, Tomoya dan tidak terkecuali Asahi tercengang menjadi sangat kaget, karena foto di layar smartphone menampilkan Ito yang sudah di telanjangi dengan tubuh lebam dan penuh luka tusukan terutama di daerah pribadinya, jarinya menghilang, wajahnya sudah tidak bisa di kenali lagi dan tentunya dia sudah tidak bernyawa lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments