Chapter 2

Keesokan paginya, Asahi terbangun, dia duduk di atas tempat tidurnya, “Krrrk....krrrk.” Terdengar suara Yume di sebelahnya yang masih mengorok tidur. Asahi melihat Yume masih mengenakan pakaian pergi nya kemarin yang dia sendiri tidak tahu punya siapa pakaian yang di pakai istrinya, sebab dia tahu Yume tidak memiliki pakaian yang serba terbuka seperti yang sedang di pakainya sekarang.

“Dling.” Sebuah pesan masuk ke smartphone Yume yang berada di sebelah nya. Tanpa sengaja Asahi melihatnya, isi pesannya, “Nanti malam kita keluar lagi ya, sayang.” Asahi mengucek matanya memperhatikan benar atau tidak pesan yang dia lihat itu. Dia juga melihat siapa pengirim nya,

“Ito-senpai (senior) ? dia masih berhubungan dengan Ito-senpai ?” Tanya Asahi dalam hati sambil melihat Yume yang tertidur.

Ito adalah seorang senior ketika Asahi dan Yume masih kuliah, dia selalu mendekati Yume dan selalu menjelek jelekkan dirinya karena dirinya berlengan satu dan miskin. Ito memang anak dari ceo perusahaan yang mengelola restoran berantai yang tersebar seantero negeri, kehidupannya selalu glamor dan sering bergonta ganti pasangan.

Asahi masih berusaha berpikir positif, dia turun dari tempat tidurnya dan menyelimuti tubuh Yume, kemudian dia keluar kamar sambil melihat smartphone nya, berharap ada panggilan pekerjaan walau baru sehari. Asahi membuatkan sarapan untuk dirinya dan Yume menggunakan sebelah tangannya, walau hanya roti tawar isi daging asap dan telur rebus, baginya sudah cukup mewah dan mudah di buat.

“Huaaaah.” Yume keluar dari kamar, dia melihat Asahi yang duduk di meja makan dan langsung membuang wajahnya ke arah lain kemudian duduk di sofa sambil melihat smartphone nya,

“Kamu masih berhubungan dengan Ito-senpai ?” Tanya Asahi.

“Kenapa memangnya ? Bukan urusan mu kan ?” Tanya Yume ketus.

“Tentu saja urusanku, kamu kan tahu Ito-senpai orangnya seperti apa.” Jawab Asahi dengan nada sedikit tinggi.

“Hah ? kamu marah ? cari kerja dulu sana, baru boleh marah.” Balas Yume ketus.

“Tapi kenapa kamu masih menghubungi dia ?” Tanya Asahi.

“Terserah aku, aku bosan di rumah, aku ingin keluar.” Jawab Yume.

“Iya, tapi kenapa sama dia.” Balas Asahi lagi.

“Kamu berisik ya, aku mau pergi.” Yume berdiri dan berjalan masuk kembali ke kamar kemudian menutupnya dengan membanting pintu.

Karena yang melihat Yume marah ketika dia menegurnya, Asahi menutup wajahnya menggunakan tangannya, nafsu makannya mendadak hilang, dia berdiri dan masuk ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Setelah selesai, dia keluar dari rumah tanpa pamit kepada Yume yang tidak keluar lagi dari kamar. Dia berjalan keluar dari apartemennya, banyak tetangga yang bergosip melihat dirinya ketika dia melewati mereka.

Tanpa memperdulikannya walau dia mendengar apa yang di bicarakan dan menusuk hatinya, dia terus berjalan mempertebal telinganya. Sepanjang jalan dia terus memperhatikan smartphone nya, tapi tidak ada satupun pesan yang masuk. Tiba tiba teleponnya berbunyi, dia melihat paman menelponnya,

“Halo Asahi.” Sapa pamannya.

“Halo ossan (paman), tumben telepon aku ?” Tanya Asahi.

“Iya, kamu apa kabar ?” Tanya paman.

“Baik baik saja paman, ada apa menelpon ku ?” Tanya Asahi.

“Begini, ossan kan sedang mencicil mobil untuk keperluan kerja, tapi bulan ini lagi ada kendala di pekerjaan, boleh tidak ossan pinjam uang, tidak besar kok, hanya segini (menyebutkan jumlahnya).” Jawab paman.

“Hah, aku tidak punya uang segitu ossan.” Balas Asahi.

“Tolonglah Asahi, ossan hanya kali ini saja minta bantuan mu, kamu kan punya mobil, bisa tidak di gadaikan dulu, nanti ossan yang tebus.” Ujar paman.

“Mobil ku sudah di jual, ossan. Aku sekarang tidak pakai kendaraan, lagipula waktu itu yang pakai mobil bukan aku, tapi Yume. Ossan kan tahu aku tidak bisa menyetir.” Balas Asahi.

“Atau kamu pinjam sama mertua kamu, ayolah Asahi bantu ossan.” Ujar paman.

“Tidak bisa, ossan. Aku tidak bisa pinjam ke mertua, kan ossan tahu hubungan aku dan mereka tidak baik karena kejadian dulu.” Balas Asahi.

“Jadi kamu tidak mau menolong, ossan nih. Kamu sudah lupa ya, yang membesarkan kamu ossan dan obasan.” Balas paman mulai sedikit kencang.

“Loh kok gitu, aku benar benar tidak bisa menolong saat ini ossan, aku tidak bohong.” Ujar Asahi membela diri.

“Baiklah, mulai hari ini kamu tidak usah pakai nama belakang ku lagi, kita putus hubungan....tuuut...tuuut...tuuut.” Telepon di putus.

“Loh kok gitu ? ossan.....ossan.” Ujar Asahi.

Dia menutup teleponnya, kepalanya menjadi semakin pusing, dia ingin menolong pamannya, tapi memang saat ini dia tidak bisa. Asahi tertegun sambil melihat smartphone nya. Tiba tiba smartphone nya berbunyi dan dia mengangkatnya,

“Ossan ?” Tanya Asahi yang tidak melihat siapa penelponnya.

“Maaf, apa benar ini dengan tuan Yamishiba Asahi ?” Tanya suara seorang wanita di telepon.

“Iya benar, maaf, aku pikir ossan ku, maaf ini dengan siapa ?” Tanya Asahi sambil melihat nomor yang tertera di layar dan tidak dia kenal.

“Apa benar anda memasukkan lowongan pekerjaan di tempat kami ?” Tanya wanita itu.

“Um....aku tidak tahu juga, tapi memang semua yang ada di situs lowongan itu aku masukkan, nama perusahaannya apa ?” Tanya Asahi.

“Itu tidak penting, anda adalah pelamar kami satu satunya, setelah mempelajari cv anda, kami mengundang anda untuk langsung bekerja pada kami, gaji yang kami tawarkan adalah (menyebutkan angkanya).”

“Hah...benarkah, gajinya besar sekali, tapi apa anda tidak salah nih ? aku hanya memiliki sebelah tangan seperti yang ku tulis di cv ku, apa tidak masalah ?” Tanya Asahi dengan hati berdebar debar.

“Tidak salah dan tidak masalah, baiklah, saya akan mengirimkan pesan untuk alamat lokasi kerja anda dan peta alamat nya, mohon besok datang jam 9.00, terima kasih, semoga hari anda menyenangkan....tuuut...tuuut.” Telepon di tutup.

Asahi tertegun, wajah yang sebelumnya terlihat suram, langsung di penuhi senyuman yang lebar  dan berseri seri,

“Aku harus segera pulag dan memberitahu Yume.” Ujarnya dalam hati.

Asahi langung berbalik dan berlari pulang dengan perasaan berbunga bunga. Namun ketika sampai di depan apartemen, dia melihat sebuah mobil sedan yang cukup mewah dan hanya ada pengemudi mobil di dalamnya. Karena berpikir bukan urusannya, dia melangkah naik untuk menuju ke dalam unitnya sebab hatinya sedang senang. Ketika tangannya sudah memegang handle pintu, dia mendengar suara orang yang sedang berbicara di dalam.

Langsung saja dia membuka pintu dan menerobos masuk, dia melepas sepatu kemudian berjalan ke ruang tengah yang ternyata kosong, tapi dia melihat pakaian Yume yang di pakainya berserakan di lantai, kemudian dia mempertajam telinganya dan mendengar suara dari kamarnya, dengan perlahan dia mendekati kamarnya, tangannya memegang handle pintu dengan gemetar, dia menelan salivanya untuk mempersiapkan diri. “Blak.” Asahi membuka pintunya.

Matanya langsung membulat, dia melihat istrinya yang hanya memakai pakaian dalam sedang berciuman mesra dengan seorang pria bertubuh besar yang sudah setengah telanjang di atas tempat tidurnya. Asahi mengenali pria itu,

“Yume ? kenapa Ito-senpai ada disini ?” Tanya Asahi.

Mendengar pertanyaan Asahi, Ito terlihat kaget tapi Yume langsung menenangkannya, kemudian Yume bangun dan berdiri, dia menghampiri Asahi,

“Ke..kenapa dia di sini Yume ?” Tanya Asahi lagi.

Tangannya sudah mengepal dan gemetar karena emosinya sudah memuncak sampai melewati batas maksimal.

“Kenapa ? karena aku mengundangnya, masalah ? tentu tidak kan, kamu sendiri siapa yang menyuruh pulang hah ? cari kerja sana.” Jawab Yume.

“Blaaar.” Kepala Asahi meledak, dia langsung mendorong pundak Yume dengan sebelah tangannya, tapi Ito berdiri mengahampiri Asahi kemudian langsung mendorong Asahi keluar dari kamar dan tersenyum sinis memandangnya.

“Jangan sentuh Yume ku.” Ujarnya di hadapan Asahi.

“A...apa ? kamu bilang apa Ito-senpai ? Yume mu ? aku suaminya senpai....” Teriak Asahi.

“Lalu kenapa kalau kamu suaminya, memang kamu bisa memberi Yume apa ? di ranjang pun susah dengan tangan yang hanya satu itu hahaha.” Ejek Ito.

“Keterlaluan kamu senpai....” Teriak Asahi.

Dia langsung menerjang maju, tapi apa daya, tenaganya kalah kuat dari pria bertubuh besar bernama Ito di depannya dan dia malah terpental jauh ke belakang menghantam meja di ruang tengah. Asahi bangkit perlahan, dia melihat Yume hanya melihat nya saja dan tidak menolongnya sama sekali, malah Yume bertanya pada Ito apa Asahi menyakitinya atau tidak. Hati Asahi benar benar hancur, akhirnya sesuatu yang sudah dia simpan lama keluar dari mulutnya.

“Kamu keterlaluan Yume, aku menjadi buntung seperti ini demi kamu.” Teriak Asahi.

Yume terdiam, dia membuang wajahnya menoleh ke arah lain sambil melipat tangan di dadanya,

“Ya, aku tahu, makanya aku bertanggung jawab menikahi mu, tapi sekarang sudah dong, bebaskan aku.” Ujar Yume.

Bukannya sadar, Yume malah memojokkan Asahi dengan mengatakan Asahi adalah anak yatim piatu yang tidak punya apa apa dan dia menikahi Asahi hanya karena merasa hutang budi di tambah kasihan tanpa ada rasa cinta sama sekali. Asahi yang mendengar perkataan istrinya langsung menunduk, air matanya sudah tidak keluar lagi karena amarahnya sudah melewati puncaknya, dia memaksakan dirinya berdiri walau tubuhnya terasa sakit sekali.

Dengan tertatih, dia berjalan masuk ke kamarnya melewati kedua orang yang masih setengah telanjang di depan kamar, dia mengambil tas dan mengisi tas itu dengan pakaiannya, setelah selesai, dia berjalan keluar dari apartemen tanpa menoleh sedikit pun kepada Yume dan Ito yang sedang merangkulnya sambil tersenyum melihat dirinya keluar.

Asahi dengan gontai berjalan tanpa arah, kepalanya benar benar pening dan tidak bisa berpikir sama sekali. Wanita yang dia cintai dari sejak smp sampai dia rela mengorbankan satu lengannya, tidak menghargai dan tidak mencintainya sama sekali. Perkataan Yume yang mengatakan kalau dia menikah dengan Asahi hanya untuk balas budi benar benar menusuk dan mengoyak hati Asahi. Air matanya mengucur dengan deras.

Dia benar benar merasa bodoh selama ini menahan caci maki mertua dan kakak iparnya dan teman teman Yume yang sering mecemoohnya. “Dling.” Sebuah pesan masuk ke dalam smartphone nya. Dia berhenti dan mengambil smartphonenya dengan susah payah di dalam kantung celananya sampai menaikkan kaki sebelah, dia membuka pesan nya. Pesan itu berisi alamat tempat dia harus datang besok jam 9 pagi. Matanya terlihat memiliki semangat kembali, dia membersihkan air matanya menggunakan lengan bajunya,

“Yume, lihat aku, aku pasti akan berhasil. Aku tidak akan kembali padamu.” Ujar nya dalam hati.

Asahi melangkah menuju ke sebuah hotel kapsul yang rencananya untuk tempat dia bermalam malam ini dan besok dia akan pergi menuju ke pekerjaan barunya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!