Chapter 4

Asahi mundur sedikit, tapi sang detektif di sebelahnya menahan tangannya dan membuatnya kembali berdiri di sebelahnya, gadis di depannya duduk dengan tegak di kursinya dengan mata terus menatap Asahi dengan tajam,

“Namaku Jinguji Yuria, mungkin tubuhku terlihat kecil tapi aku sebenarnya berusia 20 tahun, jadi jangan anggap aku anak kecil. Hari ini oniisan bisa langsung bekerja.” Ujar Yuria.

“Tu..tunggu sebentar, aku belum tahu pekerjaan ku, boleh di jelaskan ?” Tanya Asahi bingung.

“Kamu jadi asisten pribadi ku oniisan, asisten yang selalu ada di sisi ku dimana pun. Paham ?” Tanya Yuria sambil menatap tajam kepada Asahi.

“Asisten yang selalu di sisi Jinguji-san ? asisten semacam apa ? kenapa aku ?” Tanya Asahi.

“Pertama, karena aku melihat foto mu di cv mu dan kedua....ctak.”

Yuria menjentikkan jarinya, seorang pelayan masuk membawa kursi roda ke dalam kemudian memindahkan Yuria ke atas kursi roda. Asahi terkejut melihatnya, ternyata Yuria tidak memiliki satu kaki pun, tubuh bagian bawahnya hanya berhenti sampai di paha dan sepertinya kalau di lihat dari bentuk pahanya, kakinya bekas di amputasi juga. Tanpa sadar Asahi menoleh melihat lengannya sendiri.

“Jadi mengerti ya oniisan, kenapa harus kamu.” Ujar Yuria tersenyum.

“A..aku mengerti, tapi seandainya aku menolak ?” Tanya Asahi.

Yuria sedikit terkejut tapi kemudian tersenyum, dia menjentikkan jarinya sekali lagi, “Cklik.” Sang detektif yang berdiri di sebelah Asahi langsung menarik pistol dari tempat pistolnya di dada kemuidan menempelkan pistolnya ke kepala Asahi dengan jari di pelatuk siap menembak.

“Kamu tidak ada pilihan lagi oniisan. Atau masih bersikeras mau menolak ?” Ujar Yuria sambil tersenyum mengerikan.

“Ba..baiklah, aku mengerti, aku terima pekerjaannya, tolong turunkan pistolnya.” Ujar Asahi sangat ketakutan.

“Ok kalau begitu, sekarang antar aku ke taman, kita bicara di sana.” Ujar Yuria.

Asahi yang masih gemetar dan tidak mengerti apa yang akan terjadi pada dirinya menurut saja, dengan sebelah tangannya dia mendorong kursi roda Yuria ke arah pintu keluar, mereka berjalan di jalan yang sudah di sediakan untuk kursi roda di dalam rumah. Asahi kaget ternyata Yuria sangat enteng sehingga dia tidak memerlukan tenaga banyak untuk mendorong kursi rodanya.

Setelah sampai taman, mereka berhenti di depan kolam dan Yuria terlihat sangat rileks, tapi masih ada yang mengganjal di pikiran Asahi,

“Maaf, boleh aku bertanya ?” Tanya Asahi.

“Silahkan.” Jawab Yuria.

“Tadi Jinguji-san bilang alasan pertama karena wajah, apa kita sudah saling kenal ?” Tanya Asahi.

“Tidak, kita baru saja kenal.” Jawab Yuria santai.

“Tapi kenapa memakai kriteria itu ?” Tanya Asahi.

Yuria menoleh melihat Asahi di belakangnya, matanya menatap tajam ke wajah Asahi kemudian melihat dari atas ke bawah.

“Oniisan tidak tahu siapa oniisan ya ?” Tanya Yuria tiba tiba.

“Maksudnya, asal usul ku ? jujur saja, aku tidak tahu, aku di asuh ossan (paman) dan obasan (bibi) dari sejak lahir.” Jawab Asahi.

“Pantas, kalau begitu tidak ada masalah.” Balas Yuria.

Asahi semakin bingung dengan jawaban Yuria dia benar benar penasaran dengan apa yang di maksud oleh Yuria,

“Aku tidak mengerti, bisa tidak Jinguji-san ceritakan padaku, aku benar benar ingin tahu, kenapa aku yang di pilih untuk pekerjaan ini.”

Tiba tiba Yuria menatap sinis dan dingin wajah Asahi di belakangnya, tidak ada senyum di wajahnya, yang ada hanyalah wajah seseorang yang siap membunuh,

“Oniisan, kalau kamu banyak tanya, kamu akan jadi pupuk untuk pohon sakura itu.” Yuria menunjuk sebuah pohon sakura besar yang ada di taman dan sedang tidak mekar.

“Ma..maaf....” Ujar Asahi yang takut melihat wajah Yuria.

Setelah itu, Yuria minta Asahi mengantarnya lagi masuk ke dalam kemudian membawanya langsung ke kamarnya untuk beristirahat. Asahi menuruti nya dan kemudian mengantarnya, setelah sampai kamarnya, Yuria memanggil pelayan untuk mengantarkan Asahi ke kamarnya,

“Anoo aku juga tinggal disini Jinguji-san ?” Tanya Asahi.

“Tentu saja, sudah ku bilang kan kamu harus terus mendampingi ku dan jangan panggil nama keluargaku, panggil Yuria.” Jawab Yuria tegas.

“Tapi aku punya (berpikir) tidak apa apa, aku akan tinggal disini.” Balas Asahi.

“Bagus, tolong antar dia.” Ujar Yuria kepada pelayannya.

“Baik, ojousama (menoleh melihat Asahi) mari ikut aku.” Ajak pelayan.

Setelah Asahi dan pelayan pergi, Yuria menutup pintunya, dia menjalankan kursi roda dengan tangannya ke arah tempat tidur, kemudian dia melompat naik ke tempat tidur. “Knock...knock.” Pintu kamar Yuria di ketuk,

“Masuk.”

“Baik, ojousama.”

Pintu di buka, sang detektif masuk ke dalam kamar dan menutup kembali pintunya, dia membawa sebuah map berisi berkas dan memberikan nya pada Yuria yang duduk di tempat tidurnya. Yuria membaca berkasnya,

“Ojousama, aku sudah menyelidiki semua latar belakannya sebelum merekrut dia kemarin, menurut hasil penyelidikan anak buah ku, paman dan bibinya adalah buronan yang menculik anak di rumah sakit untuk minta tebusan 23 tahun lalu, sepertinya memang Asahi-kun adalah anak yang di culik itu.” Ujar sang detektif.

“Aku sudah menduganya sejak kemarin dia memasukkan lamaran ke tempat kita, melihat foto wajahnya yang mirip dengan foto itu, aku langsung yakin, dia lah orang yang kita cari selama ini. Tapi tolong selidiki, apa penyebab dia kehilangan lengannya dan apa yang terjadi dengannya selama ini.” Ujar Yuria sambil menujuk sebuah foto besar yang tergantung di dinding kamarnya.

“Baik, ojousama, aku akan menyelidikinya.” Balas detektif.

“Sekarang keluar, tinggalkan aku sendiri.” Balas Yuria.

“Baik, ojousama.” Balas detektif sambil mundur ke pintu keluar.

Setelah detektif keluar dari kamar, Yuria membuka map nya, dia mengambil foto Asahi dan melihatnya. Pandangan matanya menjadi sendu dan muncul senyuman manis di wajahnya.

“Akhirnya, setelah sekian lama aku menunggu.....” Ujar Yuria.

Kemudian Yuria berbaring di tempat tidurnya sambil mengangkat foto Asahi ke atas dan melihatnya.

*****

Sementara itu, setelah di antar ke kamarnya, Asahi terduduk di depan pintu yang sudah tertutup, dia melihat sekeliling kamarnya yang berisi perabotan antik yang indah dan bisa di bilang mahal. Dia berdiri dan berjalan ke jendela, kemudian dia melihat keluar, banyak sekali orang berpakaian kemeja dengan wajah garang dan membawa senjata.

Beberapa dari mereka menoleh melihat Asahi yang melihat dari jendela dan menyapanya, dengan wajah garang namun tersenyum yang terlihat semakin menyeramkan. Asahi hanya membalasnya dengan senyum seadanya dan masuk kembali ke dalam kemudian duduk di sisi tempat tidurnya,

“Aku benar benar ada di dalam markas yakuza, apa yang akan terjadi dengan ku sekarang, aduuuh kenapa hal seperti ini menimpa diriku ? aku hanya ingin hidup biasa saja dan bahagia.” Ujarnya dalam hati sambil mengacak ngacak rambutnya dengan sebelah tangannya.

Asahi berbaring di tempat tidurnya, wajah Yuria yang baru di temuinya terbayang di benaknya,

“Yuria-san, walau dia terlihat tegar dan sadis, tapi ada kesedihan di matanya, kenapa dia tidak memiliki kaki ? apa kecelakaan ? aku harus jadi asistennya ? asisten yang seperti apa ya ? tapi kenapa ketika melihat fotoku dia langsung menerimaku ? ada apa sebenarnya ?” Ujar Asahi dalam batinnya.

Namun, Asahi masih merasa hal ini lebih baik daripada berada di apartemen yang notabene milik Yume dan keluarganya, walau tempat sekarang dia berada jauh lebih mengerikan dari apartemen reot nya. Kehidupan baru Asahi pun di mulai yang nantinya akan menguak kebenaran siapa Asahi sebenarnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!