"Yasudah, bila kalian mau makan kalian lanjutkan saja. Aku akan ke pemadam kelaparan dulu, bye guys!" Sensen meninggalkan para sahabatanya.
Ketiga orang itu hanya tertawa saat melihat kepergian Sensen. Waktu berlalu seakan menerjang hari yang sangat ringan, keempat mahluk itu selalu bersama kemanapun mereka pergi.
Hingga 2 minggu berlalu dengan mudahnya, hari itu Ariana sudah meminta izin pada Axel akan membawa 3 sahabatnya ke rumah Axel. Axel yang sudah mengetahui identitas ketiga sahabat Ariana akhirnya menyetujui keinginan Ariana.
"Wah ni halaman apa lapangan?" Celetuk Sensen menatap kagum halaman rumah Axel yang berada di belakang kediaman megah itu.
"Anggap aja ini lapangan, kita main di sini aja ya?" Ariana mengeluarkan hasil belanjaannya bersama Elen beberapa waktu lalu.
Rencananya hari ini mereka akan melakukan BBQ-an di taman dekat kampus, tapi karena taman di sana tengah di pakai beberapa orang akhirnya mereka meminta izin Axel untuk melakukannya di kediaman itu.
"Kalian sudah mulai rupanya?" Seorang pria bertubuh tinggi menatap mereka semua dengan senyum di bibirnya.
Sensen dan Jojo langsung melongo melihat kedatangan sosok yang sangat mereka kenali itu, keriuhan yang semula tercipta langsung hening seketika.
"Hai Elen?" Bagas juga nampak hadir di sana, Elen tersenyum dan langsung memeluk sang Kakak.
"Kalian ngapain melongo gitu?" Ariana menatap Jojo dan Sensen bergantian.
"I..ini Kak Axel yang lo bilang itu Ar?" Tanya Sensen mengedip-ngedipkan matanya.
"Ya iya, apaan si lo melotot gitu kaya liat emas se gunung aja?" Ariana mengambil pekerjaan Sensen dan Jojo yang terbengkalai.
"Kalian santai saja, aku hanya mau ikutan doang kok." Axel yang menyadari kegugupan yang menghantam dua sahabat Ariana langsung mencairkan suasana.
"Sini biar aku bantu?" Axel mendekati Ariana, dia melepaskan jasnya dan menggulung lengan kemejanya sampai sikut.
Bagas juga langsung menyalakan api, di bantu oleh Jojo yang nampaknya sangat gugup dan Sensen yang berubah jadi kaku. Ariana dan Elen ingin ketawa melihat perubahan mereka, sebisa mungkin Elen juga menghindari Axel. Uji coba yang semula di ajukan Ariana agaknya sangat berbahaya bila benar-benar di lakukan.
Sebelumnya Ariana pernah mengajukan agar Elen menyentuh Axel agar memastikan apakah Alergi Axel akan kumat atau tidak. Namun belum menyentuh saja nampaknya Axel sudah muak dan tak suka.
"Kalian pacaran ya?" Tanya Bagas pada sang adik yang nampak sangat dekat dengan Jojo. Bagas yang merupakan sosok pria yang sudah berpengalaman sangat tahu dengan sorot mata Jojo terhadap sang adik.
"Enggak kok, siapa yang bilang gitu?" Bantah Elen cepat, Jojo tak menggubris dan langsung membakar beberapa ayam bersama Axel.
"Pengelihatan Bagas tak pernah salah, kamu suka sama Elen?" Tanya Axel sedikit berbisik, Jojo tak menjawab apa-apa namun melihat adanya semburat merah di pipi Jojo sudah menjadi sebuah jawaban pasti.
"Aku akan membantu mu, bila itu benar." Tambah lagi Axel, Jojo menundukkan pandangannya. Axel gemas dengan tingkah Jojo yang sangat imut itu.
"Apa di kampus ada yang dekat dengan Ariana?" Tanya Axel pada Jojo yang nampak tengah tersipu.
"Tidak, mungkin hanya kami ber empat. Tapi Kak Axel jangan salah faham, kami hanya menganggap Ariana sebagai adik saja kok." Jojo menjelaskan, Axel tersenyum puas.
"Apa Sensen tidak pernah tertarik pada Ariana?" Axel mulai bertanya kembali, dengan sangat yakin Jojo menggelengkan kepalanya.
"Kalo kata si Sensen si gini. Ariana itu bukan indomie jadi bukan seleranya, karena yang jadi seleranya adalah tukang indomie, feet.." Jojo menahan tawanya, namun melihat bagaimana kedekatan Sensen dan salah satu penjaga kantin yang sudah janda dan sangat cantik itu sudah dapat di pastikan bila Sensen sangat menyukainya.
"Kalian bisa bercanda juga." Tegur Axel, Jojo terkekeh dan merasa nyaman dengan kondisi semacam itu. Rasa gugup Jojo dan Sensen juga perlahan mulai menghilang.
.
.
.
Setelah makan bersama, Ariana dan Axel duduk berdampingan. Sensen yang membawa sebuah gitar lusuh juga mulai bernyanyi bersama Elen dan Jojo.
"Kau bisa nyanyi?" Tanya Axel pada Ariana, Ariana terkekeh dan berdiri dari tempatnya duduk.
"Sen, giliran gue sini! Ada yang penasaran sama suara merdu gue." Ariana merebut gitar Sensen. Ketiga sahabatnya langsung mengeluarkan kapas dari dalam saku mereka, mereka menutup telinga mereka.
Jreng! Jreng!
"Aku bukan pengemis, Cintaaaaa!!" Suara Ariana tak terdengar oleh ketiga sahabatnya, namun Bagas agaknya menjadi korban Ariana.
Ariana terus bernyanyi dengan penuh percaya diri, Axel juga sedikit tertawa melihat Ariana yang memang agak lain dari biasanya itu. Teriakan dan nada sumbang Ariana mampu membuat ketiga sahabatnya merinding.
"Baguskan?" Tanya Ariana menyudahi konser dadakannya. Ketiga sahabatnya langsung membuka kapas di telinga mereka dan mengacungkan jempolnya, begitupun Bagas yang langsung membalikan jempol tersebut.
"Hahah.. Kak Bagas sangat jujur!" Ucap Ariana berjalan menuju Axel dan menyerahkan gitar di tangannya pada Sensen.
"Sangat manis." Gumam Axel menarik Ariana untuk masuk ke dalam pelukannya. Bagas tertegun sejenak melihat pemandangan langka itu, sedangkan ketiga sahabatnya hanya memalingkan wajah, melihat bagaimana tatapan Axel pada Ariana saja sudah dapat mereka simpulkan sebagai hal lain.
.
.
.
Saat sudah menjelang sore semua orang berpamitan, Axel tak menyangka bila berkumpul dengan teman-teman Ariana akan terasa sangat menyenangkan.
Selain nampaknya mereka bertiga sangat pengertian, ketiganya juga nampak sangat manis dan tak memandang Ariana sebagai sesuatu hal yang membuat Axel marah.
"Aduh kenyang banget ini, alamat gak akan makan sampai tidur." Ucap Ariana menghempaskan tubuhnya ke atas sebuah sofa di ruang tamu.
Tuk!
Axel menjitak kecil kening Ariana dan duduk di samping gadis itu, Ariana merebahkan kepalanya di bahu Axel dan menghela nafas berat.
"Nyaman banget, Kak Axel besok minggu nih. Gak ada agenda gitu Kak?" Ariana mengangkat wajahnya.
"Mau ke makan Mama, kamu sendiri mau ke mana?" Axel mengelus puncak kepala Ariana dengan lembut.
"Mau ikut, boleh?" Axel terkekeh dan mencubit hidung Ariana gemas.
"Boleh, tapi ada syaratnya." Ariana mengangkat alisnya tidak mengerti.
"Kita akan menuju ke kediaman Papa dan kebetulan Mama di semayamkan di dekat rumah kami, Papa selalu saja memintaku untuk segera menikah dan mengenalkan ku pada berbagai jenis wanita, kamu tahu sendiri kondisi ku kan?" Axel menghela nafas panjang.
"Jadi?" Ariana mulai menebak apa yang di inginkan oleh Axel.
"Jadi, mau kan jadi pacar ku? Bukan pacar, mungkin tunangan lebih bagus." Ariana mengerutkan keningnya. Tidak ada kata pura-pura dalam kalimat Axel barusan, Ariana yang cukup teliti langsung menatap Axel dengan tajam.
"Maksudnya pura-pura?" Tanya Aira memastikan, dalam hati Axel ingin tepuk jidat. Kenapa lagi Ariana sadar? Pikir Axel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Eny Sen Senny
🤦🏻🤦🏻🤦🏻🤦🏻🤦🏻🤦🏻🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
2024-01-07
1
Ani
ya beneranlah masa pura pura
2024-01-06
1