Wahai Nenek Tua

Benar saja apa yang dikatakan Monah. Ucapan tentang perang yang keluar dari mulut gadis itu bukan isapan jempol belaka.

Monah berkuda bersama para panglima bawahannya. Seseorang memimpin perang itu di depannya, melindungi Monah. Walaupun begitu Monah memiliki kesaktian sebagaimana yang diturunkan oleh Dewi Melati.

Lawan yang Monah hadapi tidak sebanyak yang dihadapi para bawahannya dan pasukannya. Hanya beberapa orang pihak musuh yang sempat lolos dari brikade pertahanan para bawahan Monah. Sebuah kelolosan yang bukan kebetulan. Beberapa musuh lolos menembus pertahanan karena ada salah satu bawahan Monah yang diam-diam berkhianat.

Untungnya Monah dibantu oleh seorang bawahannya yang lain, di mana ia berhasil mengalahkan para musuh yang bertatap muka dengan Monah itu. Monah punya daya serang yang baik, hanya saja belum terlalu percaya diri. Bagaimanapun ini adalah perang pertamanya.

Di saat waktu istirahat, di mana kedua belah pihak saling berada di tempat masing-masing, Monah membuat para bawahannya dan pasukannya terkejut.

Adegan-adegan kekerasan yang Monah saksikan selama perang telah menoreh trauma baginya. Monah syok dan berkali-kali berteriak histeris di dalam tendanya.

Monah telah menyaksikan leher-leher ditebas dengan brutal, darah memuncrat ke berbagai penjuru, bahkan tak jarang orang yang kepalanya menggelinding terputus dari badan. Selain itu tusukan demi tusukan di seluruh penjuru tubuh orang-orang, robekan-robekan bahkan tulang yang menyembul dari tempat asalnya, serta tangan dan kaki yang buntung.

“AAAAAA… TIDAAAAK… AKU MAU PULAAAAANG…” teriak Monah di sela-sela tangis pilunya.

Seseorang mendekati Monah. Ia adalah bawahan Monah yang usianya paling senior.

“Kalian silakan istirahat saja. Besok kita masih membutuhkan tenaga kita untuk berperang. Biarkan saya yang menenangkan Paduka Ratu,” ucap lelaki paruh baya itu.

Orang-orang pun kembali ke tenda masing-masing. Paman Kalajorang, demikian Monah biasa memanggil bawahannya yang satu ini. Ia berbicara pelan sambil menepuk-nepuk bahu Monah.

Paman Kalajorang – walau lebih cocok dipanggil eyang oleh Monah, merupakan sosok kebapakan yang banyak membantu Monah – sejauh yang Monah tahu.

“Saya lebih menyarankan agar Paduka kembali saja ke istana. Kalau diizinkan saya yang akan mengantar langsung Paduka,” ucap Paman Kalajorang lirih.

“Tidak, Paman. Kekuatan Paman sangat dibutuhkan di sini. Jangan pikirkan saya,” ucap Monah sesenggukan.

“Bagaimana saya tidak kepikiran, Paduka terlihat menderita seperti ini. Ini medan perang, Paduka. Semua orang tahu yang dibutuhkan di sini adalah orang-orang yang kuat. Paduka memang sakti, tapi mental Paduka belum siap untuk ini,” tambahnya.

Emosi Monah tersulut. “Memangnya aku segoblok itu? Tapi memang iya, aku rasa aku orang yang paling goblok di sini. Sialan! Masa seorang ratu kelihatan goblok?” batin Monah.

“Jaga ucapan Paman! Ini baru permulaan, Paman! Setelah ini saya yakin saya bisa memimpin perang ini dengan baik! Jangan remehkan saya! Saya hanya butuh sedikit penyesuaian!” bentak Monah.

“Jangan seperti itu Paduka. Saya ini kan peduli dengan Paduka,” ucap Paman Kalajorang.

Salah satu kesaktian Kalajorang adalah menggoda wanita. Walaupun penampilannya yang tua, ia terbiasa untuk membuat wanita terpikat padanya. Tapi tidak dengan Dewi Melati.

Segala upaya telah Kalajorang lakukan untuk membuat Dewi Melati bertekuk lutut guna mendapatkan kekuasaan yang telah lama ia incar, tapi ia selalu gagal.

Demikian pula dengan Monah. Perasaan cinta Monah yang tulus kepada Panglima Peturun membuat ia tidak mudah tergoda dengan rayuan lelaki lain.

Kalajoran bukan siluman ular betina yang dengan mudah menyihir mangsanya untuk ditaklukkan agar mereka dapat bercinta. Monah tidak termakan bujuk rayu Kalajoran yang hanya berupa kata-kata itu. Padahal malam semakin larut, suasana semakin khusyuk bagi Monah dan Kalajoran.

Tidak tahan dengan Kalajoran, Monah keluar tenda meninggalkan pria paruh baya itu. Monah hendak memanggil prajuritnya yang lain untuk menahan Kalajoran.

Namun, Monah kalah cepat dengan Kalajoran. Baru beberapa langkah Monah keluar dari tenda, orang-orang menganggap bahwa Monah hendak melarikan diri karena tak tahan dengan suasana perang – ratu pengecut mereka bilang. Semua itu adalah ulah Kalajoran yang berhasil memfitnah Monah.

Akhirnya malam ini Monah menghabiskan malam dengan persangkaan buruk seluruh bawahannya. Ia terdiam di dalam tenda setelah semua perdebatan itu terjadi. Monah sedih, takut, khawatir, tapi juga berusaha memutar otak untuk mendapatkan kembali kepercayaan para bawahannya.

Monah pun kelelahan dan tertidur. Tanpa ia tahu alas tidurnya telah dibubuhi ramuan sihir agar Monah tak sadarkan diri. Ulah siapa lagi kalau bukan ulah Kalajoran.

Saat pagi buta tiba, semua orang dihebohkan dengan hilangnya Monah dari lokasi itu. Semua orang diperintah panglima tertinggi untuk mencari keberadaan Monah, tapi ia tidak ditemukan.

Perang pun berlangsung tanpa Monah. Para bawahan banyak yang berperang dengan semangat yang minim, sehingga pasukan Monah lebih banyak yang menjadi korban perang.

Perang usai dengan kemenangan pihak kerajaan Monah tapi jumlah yang tewas membuat kemenangan itu terasa begitu pilu. Orang-orang pun mengutuk Monah sebagai pemimpin pengecut. Mereka membenci Monah, banyak yang menaruh dendam karena anggota keluarga mereka tewas di medan perang dengan kesia-siaan.

Monah baru sadarkan diri dan ia bingung kenapa tiba-tiba ia berada di pinggir laut. Monah sedang tersangkut di karang, kulitnya lecet-lecet, memar, dan luka-luka yang menandakan bahwa Monah telah dihantam air laut dan karang.

Monah pun kembali ke istananya. Namun sayang, ia dicerca dan diusir. Fitnah tentang dirinya telah meraja lela di seluruh daerah kekuasaannya. Sedangkan Kalajoran, ia adalah sosok yang memegang tampuk kekuasaan di tempat itu untuk sementara.

Monah begitu kesal. Sekarang ia hidup di hutan dengan terlunta-lunta, seperti gelandangan yang hina. “Ah! Untuk apa aku memikirkan kehidupan mereka yang tidak penting itu? Bukankah tujuanku datang ke sini adalah demi menghidupkan Abang Rustam?” batinnya.

Monah pun melakukan ritual untuk menghidupkan pujaan hatinya itu.

Puluhan demit memunculkan diri. Mereka datang untuk menggoda Monah dengan penampilan terseram mereka. Mereka melakukannya secara silih berganti.

Monah mencoba menguatkan diri dalam sikap duduk bersilanya dalam keadaan mata tertutup. Perutnya begitu lapar, badannya sangat lemas dan ia harus menahan diri dari teror-teror makhluk yang sangat mengerikan. Tapa itu harus berhasil ia lalui demi berjumpa kembali dengan pujaan hatinya.

Berhari-hari bahkan berminggu-minggu Monah tak menyadari bahwa perubahan telah terjadi pada dirinya. Monah kini tidak punya kecantikan dan masa muda lagi. Ia menjelma sebagai seorang nenek-nenek yang mengerikan.

Setelah ritual itu selesai, Panglima Peturun berdiri memperhatikan Monah yang baru saja menyadarkan diri.

Monah membuka matanya untuk pertama kali setelah sekian lama terpisah dari pujaan hatinya itu.

“Abang!” nenek tua itu langsung memeluk lelaki gagah itu.

Panglima Peturun pun merasa jijik. Ia melepaskan dekapan Monah. “Apa yang kau lakukan wahai Nenek Tua?” ucapnya.

“Abang! Apa Abang sudah lupa denganku? Aku Monah Bang! Monah!”

“Hahaha… Jangan mengada-ada. Gadis itu sedang bersama keluarganya. Lagipula tidak mungkin gadis secantik Siti Monah menjelma sosok se-se… Hahaha…”

Monah melihat kulit tangannya sendiri lalu kakinya kemudian menyentuh wajahnya sendiri. Ia baru sadar kalau dirinya sudah menjadi nenek-nenek buruk rupa.

“A-Abang… A-Aku…” Monah bingung dalam berkata-kata.

Terpopuler

Comments

⍣⃝ꉣꉣAndini Andana

⍣⃝ꉣꉣAndini Andana

kek cerita Mak Lampir dan Datuk Panglima Kumbang

2024-01-16

3

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

Kasihan sekali kamu Mon 😣

2024-01-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!