Rani menghela napas lega setelah akhirnya berhasil pergi dari perkumpulan nyonya-nyonya kaya itu. Ia beruntung karena Ruby yang sedang digendong oleh Juna menangis mencarinya, sehingga Rani bisa memberi alasan untuk pergi dari sana.
"Ruby mau macaron?" Rani memberikan kue kecil warna-warni itu pada Ruby. Tersenyum senang saat gadis kecil itu memakannya. "Enak?"
"Enyak!" jawab Ruby dengan mulut penuh.
Rani tersenyum puas. Ia juga turut mencicipi berbagai dessert yang disediakan di sana. Mendengarkan perkataan orang-orang kaya itu membuat perutnya lapar.
"Halo, ini pasti..Runi ya?" Laura tiba-tiba menghampiri mereka, bersikap sok akrab pada Ruby.
"Namanya Ruby Tante," jawab Rani membetulkan.
"Ruby mau ikut Tante, nggak?" Laura dengan sengaja mengabaikan Rani. "Tante punya banyak macaron seperti itu di rumah,"
"Ndak!" geleng Ruby.
"Kenapa?" Laura kemudian melirik Rani. "Nggak boleh ya sama Mama tiri mu?"
Rani mendengus kesal. Apa-apaan sih wanita itu? Kenapa membicarakan soal mama tiri di depan Ruby? Toh Ruby juga tidak akan mengerti.
"Kamu beruntung ya," Laura kini mengalihkan pandangannya pada Rani. "Berkat kakakmu meninggal, kamu bisa meneruskan estafet pernikahannya,"
"Maksud kamu apa ya?" Rani merasa ada kata-kata tersirat dalam ucapan Laura. Laura tertawa sinis. Ia melangkah mendekati Rani.
"Kamu harus banyak-banyak berterimakasih pada Tuhan. Karena Dia menjemput kakakmu lebih cepat, jadi kamu bisa merebut posisinya sekarang," bisik Laura.
"Jangan bicara sembarangan," Rani merasa emosinya mulai memuncak, tapi berusaha ia tahan. "Aku tidak pernah punya masalah denganmu,"
"Kamu memang tidak, tapi kakakmu punya," ujar Laura kesal. "Kalau bukan karena Ratih yang menggoda Juna, aku pasti sudah menjadi nyonya keluarga Wijaya. Dan, seorang kamu, mudah sekali merebut posisi itu hanya karena kamu adik kandung dari Ratih,"
Rani menghela napas panjang. Ternyata ini karena masalah asmara. Ia benar-benar tak mau terlibat dalam kisah percintaan mereka.
"Kalau begitu ambil saja posisi itu, aku akan memberikannya dengan sepenuh hati,"
"Yakin?" Senyum Laura mengembang. "Kamu tidak masalah kalau aku merebut suamimu?"
"Tidak sama sekali," jawab Rani yakin. "Aku hanya tidak yakin apakah kamu mampu melakukannya,"
"Apa?" Laura mendelik. "Kenapa menurutmu aku tak mampu?"
"Entahlah," Rani mengangkat bahu. Ia bergegas menggendong Ruby.
"Pikir saja sendiri," ujarnya sembari berlalu meninggalkan Laura. Tapi, belum sampai lima langkah ia berjalan, tiba-tiba terdengar seruan Laura di belakangnya. Rani sontak membalikkan badan untuk melihat.
"Aw!" Gaun putih Laura sudah penuh dengan cairan wine berwarna merah. Gadis itu tiba-tiba saja sudah jatuh terduduk.
"Ada apa? ada apa?" Dalam sekejap, orang-orang berkumpul di sekitar mereka. Rani memandang sekeliling, segera tersadar jika dirinya sekarang bisa disangka sebagai pelakunya.
"Apa yang terjadi?" Juna datang dan langsung bergegas menolong Laura. "Laura? Kamu nggak apa-apa?"
"Nggak apa-apa Kak," Laura menjawab dengan suara lemah, kemudian ia memandang Rani dengan wajah memelas. "Maafkan aku Rani, aku tidak tahu kalau kata-kataku sampai membuatmu marah begini,"
"Apa?" Rani terbelalak. Tatapan orang-orang otomatis langsung beralih kepadanya. Mereka saling berbisik membicarakan Rani.
"Palingan dia iri karena Laura jauh lebih cantik," bisik salah seorang tamu.
"Iya, Laura kan dulu pernah jadi mantannya Juna,"
"Aku nggak melakukannya!" ujar Rani membela diri. "Dia jatuh sendiri!"
"Ya ampun Rani, ada apa ini?" Lily sudah berdiri di sampingnya, terbelalak kaget melihat kondisi Laura. "Laura! Kamu kenapa?"
"Tante.." manja Laura dengan air mata sudah mengalir di pipinya. Lily langsung memeluk gadis itu.
"Rani, cepat minta maaf pada Laura!" bentak Juna.
"Kak! Bukan aku yang melakukannya! Dia itu jatuh sendiri! Kenapa kamu nggak percaya?"
"Sudah Kak," Rani menghapus air mata palsunya dan menahan tangan Juna. "Aku yang salah karena sudah menyinggung Rani. Aku memang pantas mendapatkan perlakuan seperti ini,"
Rani terperangah. Mulut gadis itu benar-benar licik. Pintar sekali dia membalikkan fakta yang sebenarnya. "Jangan percaya sama dia Kak! Dia berbohong!"
"Rani!" kali ini Lily ikut membentak Rani. "Kenapa kamu kekanak-kanakan sekali? Cepat minta maaf pada Laura sekarang!"
"Mi, aku tidak melakukan apapun!" teriak Rani kesal. Percuma ia menjelaskan sampai mulutnya berbusa, karena tetap tidak akan ada yang percaya.
Di tengah keributan itu, tangis Ruby pecah. Dia sepertinya ketakutan karena semua orang bersuara keras. Rani langsung berjalan pergi meninggalkan tempat pesta untuk menenangkan Ruby. Langkahnya diiringi dengan tatapan penuh cemooh dari seluruh tamu undangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
kasihan amat Rani, thour plases udh lah, selesai penderitaan Rani. kasihan 😭
2024-12-27
1
Luh Somenasih
kaaihan banget rani ..gk ada keadilan buat rani thor
2025-03-28
0
Melani Sunardi
pestanya orang kaya pasti ada cctv dong thor.....
2025-02-27
0