Rani merebahkan badannya di atas kasur. Ia baru bisa istirahat saat waktu menunjukkan pukul empat sore. Daddanya kembang kempis berusaha mengatur napas yang naik turun. Setelah mencuci pakaian kotor sebanyak yang dimiliki toko pakaian, Rani lanjut memasak untuk makan malam. Ia tak mau disuruh dua kali untuk melakukan pekerjaannya.
"Rani!"
Baru beberapa menit memejamkan mata, sang ibu mertua sudah memanggilnya dari lantai bawah. Rani menghela napas panjang. Ayolah, biarkan dia istirahat sebentar saja.
"Rani!"
"Argghhh!" Rani sekuat tenaga menahan teriakannya. Ia baru satu hari di rumah ini, tapi fisik dan batinnya sudah capek luar biasa. Rani langsung bangkit dari tidurnya dan membuka pintu kamar.
"Iya Mami?"
Mata Rani mengerjap saat ia melihat banyak orang berkumpul di rumah itu. Tampaknya mereka adalah teman-teman sosialita Lily. Melihat kemunculan Rani, semua kepala langsung terangkat ke arahnya.
"Ah itu dia menantuku. Rani! Sini!"
Rani melangkahkan kakinya turun dari lantai dua. Wanita-wanita paruh baya dengan pakaian bermerk dan perhiasan di seluruh tubuhnya langsung mengelilingi Rani, seolah dirinya adalah salah satu barang museum yang sangat langka.
"Oalah, ini toh Jeng, memang mirip ya sama Ratih, tapi masih cantikan Ratih sih," celetuk salah seorang wanita.
"Rani itu cantik kok, cuma memang agak hitam saja. Kalau Ratih kan putih, jadi cantik sekali," sahut yang lain.
"Rani tinggal perawatan saja, pasti jadi cantik kok,"
Rani merespon ucapan wanita-wanita itu sambil tersenyum kecut. Mereka seperti memberikan pujian, tapi sekaligus ejekan. Mereka menyentuh-nyentuh Rani, kemudian mengomentari semua bagian tubuh Rani satu persatu.
"Selera baju Rani memang begini ya? Beda jauh sama Ratih," Kali ini komentar datang dari seorang wanita yang terlihat lebih kaya dari yang lain. Dandanan wanita itu lebih mewah dari yang lain sampai terkesan berlebihan. Sepertinya wanita itu adalah ketua dari geng sosialita mereka, karena semua orang langsung terdiam saat wanita itu mulai bicara.
Rani mengecek penampilannya. Saat ini ia memang hanya memakai kaos oversize berwarna biru yang dipadukan dengan celana jeans di atas lutut. Pada celananya juga terdapat noda bekas tepung, bekas Rani memasak makan malam. Bajunya juga agak basah terkena keringat. Memang berbanding terbalik dengan penampilan teman-teman ibu mertuanya itu.
"Karena sekarang kamu sudah jadi bagian keluarga Wijaya, kamu harus lebih memperhatikan penampilan kamu," Wanita itu menyentuh kaos Rani seolah jijik. "Merk apa ini?"
"Me-merk?" Rani mencoba mengingat-ingat dimana dia membeli pakaian itu. "Oh, saya tidak tahu apa merknya Tante, karena waktu itu saya beli diskonan di pasar minggu,"
"What??" para wanita itu tampak terkejut. Beberapa berbisik kepada temannya.
"Barang diskonan? Iyuhhhh.."
"Astaga.." wanita yang mengomentari pakaian Rani memegang kepalanya. "Jeng Lily, kamu harus mendidik anak menantu kamu, jangan sampai mempermalukan keluarga Wijaya,"
Mendengar itu, Lily buru-buru menarik tangan Rani. Ia berbisik saat dirasa sudah menjauh dari teman-temannya.
"Rani, mereka semua itu teman-teman arisan Mami. Mereka mampir karena mau lihat kamu. Mereka itu adalah perkumpulan dari istri-istri pengusaha paling kaya yang ada di Jakarta. Kamu sekarang ganti baju deh, pakai dress yang bermerk. Jangan malu-maluin!"
Rani mengusap tengkuknya bingung. "Rani nggak punya dress seperti itu Mi,"
"Aduh.." Lily tampak gusar. "Ah, begini saja. Kamu ambil bajunya Ratih yang ada di lemari. Semua baju Ratih itu bermerk dan bagus-bagus. Sekarang, kamu ke atas, ganti baju dulu, terus agak dandan sedikit biar nggak kelihatan kusem," Lily mendorong paksa menantunya itu agar kembali ke kamar. Rani dengan terpaksa menuruti apa kata sang mertua.
Rani memasuki ruangan dressroom yang berada di samping kamarnya. Pintu dua ruangan itu saling terhubung, tapi Rani belum pernah membukanya karena barang-barang di sana adalah milik Ratih.
Rani takjub saat melihat isi ruangan dressroom yang dipenuhi barang-barang branded. Seperti kata ibu mertuanya, selera Ratih memang bagus. Tanpa berlama-lama, Rani langsung memilih beberapa pakaian yang dirasa cocok.
Pilihan Rani jatuh pada sebuah dress panjang berwarna putih dengan belahan hingga ke lutut. Rani mempermanis tampilannya dengan mengurai rambut. Lalu dengan sedikit sentuhan, ia merias wajahnya agar tidak pucat.
"Oke sip," Entah kenapa Rani merasa gugup. Dirinya seperti akan mengikuti ajang kontes kecantikan dan jurinya adalah para tante-tante sosialita yang berada di luar sana.
Rani keluar dari kamar dengan langkah pelan. Lagi-lagi pandangan semua orang tertuju padanya. Mereka seketika merasa takjub dengan transformasi Rani yang sangat berbeda 180 derajat.
"Nah kalau begini kan cantik,"
"Memang keluarga Wijaya tidak pernah salah cari menantu,"
Orang-orang mengerumuninya lagi. Tapi kali ini mereka sibuk berdecak kagum dengan kecantikan Rani.
"Aku pulang,"
Di tengah semua itu, Juna pulang dari kantor. Atensi semua orang langsung beralih kepadanya.
"Eh, Nak Juna sudah pulang. Coba sini lihat, istrimu cantik sekali kan?"
Juna spontan menatap Rani yang berdiri di depannya. Sejenak, Juna terkesiap. Ia memandangi Rani dengan wajah bingung.
"Ratih?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Hafifah Hafifah
ujung"nya bakalan marah nih ke rani karna udah pake baju ratih
2024-12-23
1
Katherina Ajawaila
di damprat lagi. sm suami edan /piskopat 😖
2024-12-27
0
dwi astuti
pasti marah nih si juna
2025-02-17
0