"Ratih?"
Mata Juna mengerjap beberapa kali, mencoba memastikan apakah yang ia lihat benar-benar nyata. Gaun itu adalah gaun kesukaan Ratih, dan style rambut itu juga benar-benar khas Ratih. Untuk beberapa saat, Juna merasa melihat Ratih hidup kembali.
"Juna?"
Panggilan ibunya membuat Juna tersadar. Wanita di depannya bukanlah Ratih, melainkan Rani. Seketika wajahnya berubah masam. Tanpa banyak bicara, Juna menarik tangan Rani dengan paksa.
"Kak! Sakit!" Rani berusaha melepaskan diri, tapi genggaman Juna terlalu kuat. Ia membawa Rani ke lantai dua dengan setengah berlari.
"Ya ampun, pengantin baru memang sedang panas-panasnya," celetuk seorang tante yang melihat mereka.
"Iya, Melihat istrinya cantik sedikit saja sudah tidak tahan,"
"Kaya suamiku dulu juga begitu Jeng, sehari bisa lima kali!"
Kumpulan wanita-wanita kaya itu kemudian saling cekikikan. Sepertinya mereka salah paham, mengira Rani dan Juna sedang melakukan adegan romantis. Tanpa mereka tahu yang terjadi adalah sebaliknya.
Sampai di kamar, Juna langsung membanting tubuh Rani ke atas kasur.
"Aw!" Pekik Rani. Meskipun ranjang itu empuk, tetap saja terasa sakit.
"Lepas," ucap Juna dengan suara dingin.
"Apa maksud kamu Kak?" tanya Rani tak mengerti.
"Lepas bajumu," Perintah Juna.
Rani terbelalak kaget. "A-apa?"
"Baju yang kamu pakai sekarang adalah baju kesayangan istriku Ratih. Ratih merawat baju-bajunya dengan sepenuh hati sepanjang hidupnya. Lancang sekali kamu memakainya sembarangan!"
"Tapi Kak, Mami yang menyuruhku, katanya aku boleh pakai baju Kak Ratih untuk.."
"Tidak usah banyak alasan!" Hardik Juna. "Lepas sekarang juga!"
Sembari meneteskan air mata, Rani berdiri untuk melepaskan pakaiannya. Ia buka kancing yang ada di gaun itu satu persatu, perlahan mengekspos tanktop berwarna putih yang ia pakai. Lalu ia menurunkan gaun itu hingga terlihat celana pendek dalamannya.
Juna langsung merebut pakaian itu dari tangan Rani. "Awas saja kalau kamu sentuh barang istriku lagi!" ancamnya galak. Ia kemudian pergi meninggalkan Rani yang masih berdiri dengan hanya menggunakan tanktop dan celana pendek saja.
Sepeninggal Juna, Rani hanya diam dengan kepala tertunduk. Ia merasa harga dirinya terluka. Juna telah memaksanya untuk menunjukkan tubuhnya. Meski saat itu ia memakai tanktop dan celana pendek, tetap saja Rani merasa malu.
Memangnya kenapa kalau Rani memakai pakaian Ratih? Bukankah Rani juga istrinya Juna? Kalaupun Juna tidak pernah menganggapnya istri, bukankah Rani adalah adik kandung Ratih?
Rani mengusap air mata di kedua pipinya. Sembari mengusap tubuhnya yang kedinginan, Rani berjalan menuju lemari pakaian. Ia kembali mengganti bajunya. Kali ini dengan pakaiannya sendiri.
...----------------...
Juna menuruni tangga lantai dua dan menghampiri perkumpulan tante-tante sosialita seolah tidak ada yang terjadi. Ia menyapa dan menanyakan kabar mereka satu-persatu dengan ramah.
"Loh, Rani kemana Jun?" Tanya Lily ketika tidak melihat keberadaan Rani di belakang Juna. "Kok dia nggak ikut balik ke sini?"
"Ah, katanya Rani lagi capek Mi," jawab Juna asal. Tentu saja dia berbohong, karena tidak mungkin dia berkata di depan teman-teman maminya kalau mereka habis bertengkar. Lebih tepatnya, dirinya yang marah sepihak pada Rani.
"Yaampun.." Lily menghela napas panjang. "Apa karena tadi Mami suruh dia masak dan beres-beres ya? Apa dia kecapekan karena itu?"
"Yang benar Jeng? Aduh, menantu zaman sekarang ya, baru disuruh sedikit sudah mengeluh capek!" sahut salah seorang wanita di sebelah Lily.
"Iya Jeng, sepertinya ini salahku deh. Seharusnya aku mengerti kalau Rani belum terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah tangga.." Lily kembali menghela napas.
"Loh, justru yang belum terbiasa itu harus dipaksa terus biar jadi terbiasa," celetuk wanita lain. "Dulu menantuku juga begitu tau Jeng.. Hadeh, disuruh masak nggak bisa, nyuci nggak bersih, nyapu nggak becus! Sekalian saja aku pecat semua pembantu dan paksa dia melakukan pekerjaan rumah tangga sendirian. Coba lihat sekarang? Dia sudah jago!"
"Betul itu Jeng, ala bisa karena biasa. Jangan melunak cuma karena menantu bilang capek. Nanti lama-lama dia manja! Enak sekali sudah tinggal numpang sama kita, eh malah keenakan ongkang-ongkang kaki! Kalau itu menantuku, pasti sudah kuusir!"
"Betul itu Jeng,"
"Iya Jeng, betul.."
Lily mendengarkan celotehan teman-temannya dengan serius. Sementara itu Juna perlahan-lahan sudah melangkah pergi. Ia tak tahan mendengar ocehan ibu-ibu tentang menantu mereka masing-masing.
Rani yang sudah hampir melangkah keluar kamar mengurungkan niatnya. Mendengar cemoohan mereka membuat hatinya sakit. Mudah sekali mereka bilang Rani manja, padahal mereka tidak tahu kebenarannya. Orang-orang itu bahkan baru mengenal Rani hari ini, tapi kenapa bisa menilai Rani seolah paling tahu segalanya?
Rani akhirnya kembali menutup pintu kamarnya. Biarlah mereka membicarakan Rani sepuas mereka. Lebih baik ia tidur untuk mengistirahatkan badan dan menenangkan pikiran. Rani berharap geng sosialita itu sudah pulang saat dirinya bangun nanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Hafifah Hafifah
aduh bu itu bukan mendidik namanya tapi nyiksa
2024-12-23
1
Ita rahmawati
orang kaya kok mbabu in mantu 🤦♀️
2025-03-28
0
Katherina Ajawaila
kel edan.
2024-12-27
0