Esoknya, Juna membawa Rani ke rumah orangtuanya. Juna memang tetap tinggal di sana meski sudah menikah. Karena Juna adalah putra tunggal satu-satunya keluarga Wijaya, dan rumah mewah itu terlalu besar untuk hanya ditinggali orangtua Juna saja.
Rani memandang rumah besar yang menjulang di depannya sembari menghela napas panjang. Penderitaan apa lagi yang akan menantinya di sana?
"Ngapain bengong?" Juna sama sekali tidak membiarkan Rani berpikir barang sejenak. "Bawa barang-barangmu sendiri, jangan manja,"
Rani berdecak. Ia bahkan tidak pernah meminta bantuan Juna untuk membawakan barangnya. Apapun yang Rani lakukan terasa salah di mata lelaki itu.
Rani menyeret kopernya dengan susah payah. Setelah berjalan melewati taman besar, Rani akhirnya sampai di kediaman utama. Di depan rumah, mereka telah disambut oleh Lily, ibu dari Juna. Ayahnya Juna yang seorang CEO tidak terlihat, mungkin sedang sibuk dengan pekerjaan. Ada juga tiga pembantu wanita yang berada di sana ikut menyambut mereka.
Rani mendatangi Lily dan mencium tangan ibu mertuanya itu dengan sopan.
"Selamat datang di rumah kami," Sambut Lily. Ia memeluk Rani dengan penuh kasih. "Apa kabar Nak?"
"Baik Tante," jawab Rani sopan.
"Kok Tante? Coba panggil Mami. Kamu kan sekarang sudah jadi menantu Mami, jadi anggap juga Mami ini orangtua kamu,"
"Baik Tante, eh Mami," Rani tersenyum.
"Iya, sudah bagus. Rani, Mami sudah banyak mendengar tentang kamu dari Juna,"
Rani menoleh ke arah Juna. Hal apa yang diceritakan Juna tentang dirinya? Pasti bukan hal yang baik-baik, Rani tahu itu.
"Ah, sepertinya momennya nggak pas kalau kita ngobrol di sini ya.. Mari masuk dulu," Lily mempersilahkan Rani masuk. "Oh iya Pak Budi, bawakan barang-barang Rani ke kamarnya ya," ucapnya memerintah seorang lelaki paruh baya. Lelaki yang dipanggil Pak Budi itu langsung pergi menuruti perintah majikannya.
Lily mengajak Rani duduk berdua di sofa ruang tamu. Lily kemudian menyuruh pembantu-pembantunya untuk menyingkir, sementara Juna sudah lebih dulu pergi ke kamarnya. Setelah semua orang pergi, Lily menggenggam tangan Rani.
"Rani, Mami tahu kamu masih belum terbiasa menjadi seorang istri. Apalagi pernikahan kalian bisa dibilang terlalu mendadak,"
Rani mendengarkan ucapan Lily dengan seksama. Ia masih belum bisa menebak kemana arah pembicaraan itu.
"Mami tahu, Rani itu masih muda. Masih pengen seneng-seneng. Tapi, Mami berharap kamu bisa menempatkan diri mulai sekarang. Saat ini tanggung jawab kamu bukan lagi pada diri kamu sendiri, tapi juga untuk suami dan anakmu, untuk keluarga Wijaya juga,"
Rani mengernyitkan dahi. "Maaf Mi, Rani tidak mengerti maksud Mami,"
Lily menghela napasnya sejenak. Tampak mencoba menenangkan diri. Setelah merasa tenang, ia kembali menatap anak menantunya dengan lembut.
"Mami sudah dengar dari Juna, kalau selama bulan madu kalian, kamu pergi bersama pacarmu,"
"Apa?" Rani terbelalak. "Mi, itu semua nggak benar! Aku tidak pernah pergi dengan siapapun!"
"Rani.." Lily kembali menggenggam tangan Rani. "Kamu tidak perlu mengelak, Mami tidak akan marah. Mami paham betul perasaanmu sebagai sesama perempuan. Dulu Mami juga ada masa-masa seperti itu. Tapi, Mami berusaha menempatkan diri Mami dengan baik. Mulai sekarang, kamu harus belajar menahan diri kamu ya.."
"Mi," Rani menggelengkan kepalanya. "Rani tidak melakukannya Mi, Rani bahkan tidak punya pacar,"
Lily tersenyum dan mengusap wajah Rani lembut. "Mami tahu kamu akan malu, makanya Mami melarang Juna menceritakan itu pada orang tuamu. Jangan khawatir Rani, Mami tidak akan menyebarkan ini ke siapapun. Mami akan simpan semua ini sebagai rahasia Mami sendiri. Tapi, Rani harus janji sama Mami untuk berubah ya?"
Mulut Rani terbuka. Ia masih mau menjawab, tapi sama sekali tidak ada kata-kata yang bisa keluar dari sana.
"Mi, aku-"
Suara tangis seorang anak kecil membuat perhatian mereka teralih. Lily bergegas bangkit dari duduknya.
"Aduh, aduh, cucu Oma sudah bangun ya.. Iya, iya, Oma di sini sayang.." Lily sudah sibuk menggendong cucunya Ruby, putri dari Ratih dan Rani, yang berarti adalah keponakan sekaligus anak tiri Rani.
Rani masih terdiam di tempatnya dalam keadaan bingung. Ia pusing mencerna semua ini. Tiba-tiba saja, semua orang menuduhnya melakukan sesuatu yang tak pernah ia lakukan sama sekali.
"Juna.." Rani menyebut nama itu sembari mengepalkan tangan. Lelaki itu sungguh licik, ia menyebarkan fitnah tentang Rani ke semua orang. Rani sekuat tenaga menahan air matanya agar tidak jatuh. Ia harus kuat untuk bisa bertahan di dunia kejam ini seorang diri.
...----------------...
"Kak," Rani menghampiri Juna yang sedang bersantai di dalam kamarnya sembari bermain handphone. Merasa diabaikan, Rani merebut handphone Juna sampai membuat lelaki itu melotot marah.
"Apa-apaan kamu?"
"Kamu yang apa-apaan!" Rani ganti menatap Juna dengan berani. "Apa yang sudah kamu katakan pada Mami? Kenapa dia bilang selama bulan madu aku pergi bersama laki-laki lain?"
Juna memutar bola matanya. Ia memandang Rani dengan tatapan penuh kemenangan. "Aku kan sudah bilang, aku akan membuat kamu menderita,"
"Tapi, itu fitnah! Fitnah yang keji! Seolah-olah aku perempuan murahan yang bersama lelaki lain di saat sudah punya suami!"
"Pantas untukmu kan? Rani si Wanita Jallang," Tukas Juna santai. "Lagipula kamu memang sudah tidak suci lagi, kan? Bukankah supir bus itu sudah pernah mencicipi kamu?"
PLAK!
Rani menampar Juna sekuat tenaga. "Jaga bicara kamu Kak!"
"Beraninya kamu menampar aku!" Juna mencekkik leher Rani dan menyudutkan wanita itu ke tembok. "Ingat posisi kamu Rani. Di sini kamu hanyalah seorang tahanan! Levelmu setara budak! Jadi jangan harap kamu akan mendapatkan perlakuan selayaknya manusia!"
Mulut Rani terbuka, ia mencoba mencari udara di sekitarnya. Cekkikan Juna membuat saluran nafasnya tertutup, dan paru-parunya mulai kehabisan oksigen.
"Kalau masih mau panjang umur, hiduplah seperti orang mati!" Juna menghempaskan tubuh kurus Rani hingga terjerembab ke lantai. Nafas Rani terengah-engah. Ia berusaha menghirup udara sebanyak mungkin untuk mengisi paru-parunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Hafifah Hafifah
ayo lawan rani jangan jadi wanita lemah karna kamu g salah disini
2024-12-23
1
Ray Aza
apa iya stlh diperlakukan kek gini msh dimaafkan n jadi pasangan sampe akhir?
2024-12-20
0
Ita rahmawati
lawan dong dn cari tau apa yg sbnernya terjdi
2025-03-28
0