Esoknya, Juna benar-benar mendatangkan seorang pengasuh untuk Ruby.
"Mbok Yem ini sudah berpengalaman dalam mengasuh anak, tidak seperti seseorang," ujar Juna dengan nada menyindir Rani. "Dia akan mengasuh Ruby mulai sekarang,"
Rani memperhatikan si pengasuh baru. Seorang wanita desa paruh baya yang berwajah lembut dan ramah. Bicaranya juga halus dan kelihatannya sangat sayang dengan anak kecil. Rani dengan terpaksa menyerahkan Ruby kepada wanita itu. Tapi, baru saja tangan Rani terlepas, Ruby sudah pecah tangisnya.
"Mama! Mama!" Rengeknya sembari meminta dikembalikan ke Rani.
"Bawa dia pergi Mbok, jangan dekat-dekat sama wanita itu," tukas Juna. Mbok Yem menurut. Ia tergopoh-gopoh membawa putri majikannya itu ke luar rumah.
Mbok Yem mulai mengalihkan perhatian Ruby. Mulai dari melihat kupu-kupu di taman, melihat air mancur, diberikan eskrim, tetap saja gadis kecil itu tidak berhenti tangisnya. Yang ada Mbok Yem malah kewalahan karena sekarang Ruby mulai berguling-guling di teras rumah.
"Mama! Mama! Mama!" Gadis kecil itu terus menangis memanggil Rani. Rani yang mengawasi mereka dari kejauhan menjadi khawatir. Sudah hampir satu jam Ruby menangis tanpa henti. Anak itu pasti kelelahan.
Sementara itu Juna melihat putrinya dengan kening berkerut. Dia bingung, kenapa anaknya malah tantrum? Padahal Juna sudah yakin kalau Mbok Yem adalah orang yang tepat. Ia sudah meminta rekomendasi dari beberapa koleganya. Tapi, kenapa malah begini jadinya?
Merasa tidak sabar, Rani akhirnya berlari menghampiri Ruby. Ia tak peduli jika Juna akan memarahinya nanti, yang penting anak itu tenang dulu.
"Cup cup cup, sayang.. Ini Mama.. Jangan nangis ya.. Cup cup cup.." Rani menepuk lembut punggung Ruby. Perlahan tangis gadis kecil itu mereda.
Rani lantas membawa Ruby pergi ke kamar untuk mengambil mainan favoritnya. Tak berselang lama, tawa Ruby terdengar dari dalam kamar.
Saat mendengar tawa sang anak, Juna jadi merasa lega sekaligus bingung. Ia lalu menghampiri Mbok Yem, dan wanita itu langsung menggelengkan kepala tanda tidak sanggup.
"Lebih baik diasuh oleh ibunya sendiri Tuan," begitu ucapnya. Itu artinya Mbok Yem memutuskan untuk mengundurkan diri setelah satu jam bekerja.
Juna tak menyerah begitu saja. Besoknya, dia kembali mendatangkan seorang pengasuh lain. Kali ini yang datang adalah seorang suster yang telah berpengalaman mengasuh anak di rumah sakit.
"Sayang, kita makan permen yuk?" bujuk suster itu sembari memberikan beberapa bungkus permen pada Ruby. Ruby awalnya tertarik, ia mengambil permen itu. Tapi saat wanita itu mulai bergerak hendak menggendongnya, Ruby sudah keburu menangis.
"MAMAAA!"
Hari ketiga, Juna mendatangkan lagi seorang pengasuh yang berasal dari luar negeri. Dari CV nya, pengasuh kali ini benar-benar telah dilatih secara profesional. Juna yakin kali ini pasti berhasil.
"Tamu jelek! Atu ndak au ama tamu!" (Kamu jelek! Aku nggak mau sama kamu!)
Rani dan Juna sama-sama melotot saat mendengar perkataan Ruby. Dari mana gadis kecil itu belajar mengolok orang lain?
"Aku harus mendatangkan yang lebih banyak," tekad Juna. "Masa dari sebanyak itu tidak ada yang cocok sama sekali?"
Tapi harapan Juna benar-benar musnah. Lantaran tidak ada satupun calon pengasuh yang bisa menangani Ruby. Tindakan Ruby dalam mengusir mereka juga mulai ekstrem. Ia tak segan menjambak, mencakar, sampai menggigit orang-orang itu.
"Kak," Rani memberanikan diri membuka percakapan dengan Juna setelah calon pengasuh yang ke-sepuluh kembali mengundurkan diri. "Hentikan saja semua ini,"
Juna menatap istrinya itu dengan kesal.
"Kamu pasti merasa sangat bangga setelah tahu Ruby hanya mau diasuh sama kamu," ujarnya sembari melipat tangan. "Kamu senang sekarang? Trik apa yang sebenarnya kamu pakai pada anakku?"
"Kak, bukan itu masalahnya sekarang. Aku mau Kak Juna menghentikan semua ini. Ruby tetap tidak akan mau diasuh orang lain. Kalau dipaksa, kasihan nanti dia jadi stres! Aku mohon kali ini saja, dengarkan aku! Apa Kak Juna nggak kasihan melihat Ruby menangis setiap hari?"
Juna sebenarnya sudah bersiap menjawab perkataan Rani. Tapi, mulutnya kelu. Tidak ada alasan tepat bagi Juna untuk tetap teguh dengan pendiriannya. Ia terdiam sembari melihat Ruby yang kelihatan semakin kurus. Akhir-akhir ini ia bahkan tidak lagi mendengar tawa dari mulut kecilnya itu.
Apa aku sudah keterlaluan? batin Juna. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Rani yang masih berdiri di depannya. Tatapan wanita itu terlihat memohon.
"Oke," satu kata yang membuat Rani langsung menghela napas lega.
"Tapi.." Rani kembali menahan napas demi mendengar apa yang akan diucapkan Juna selanjutnya. "Aku akan mengawasi kamu,"
"Lakukan apapun yang kamu mau Kak, aku tidak masalah. Asalkan jangan pisahkan aku dari Ruby," Rani berkata yakin. Wajahnya berubah cerah. Ia tak tahu saja Juna sedang merencanakan sesuatu.
Rencana Juna langsung direalisasikan esok harinya, membuat seisi rumah bertanya-tanya kenapa banyak pria berbaju merah datang ke rumah mereka pagi itu.
"Ada apa ini?" tanya Lily heboh. "Kamu pasang CCTV Jun?"
"Iya Mi," angguk Juna. "Aku melakukannya untuk menjamin keselamatan Ruby,"
"Satu saja cukup kan? Tidak perlu sampai..satu, dua, tiga,...lima?!" seru Lily sembari menghitung jumlah kamera yang terpasang. "Kamu sudah gila?"
"Tenang saja Mi, ini nggak akan menggangu privasi Mami sama sekali,"
Tentu saja, batin Juna. Karena aku memilih titik-titik lokasi dimana Rani biasanya berada.
Tidak cukup dengan memasang CCTV, Juna juga mendatangkan dua orang bodyguard yang bertugas mengawasi Rani.
"Mulai sekarang, apapun yang kamu lakukan akan diawasi oleh mereka," ujar Juna menunjuk dua pria berbadan besar di sampingnya. "Jadi jangan sampai kamu berani berbuat macam-macam,"
Rani menghela napas panjang. Sungguh hidup yang merepotkan. Sekarang genre hidupnya sudah benar-benar berubah menjadi thriller.
"Psikopat gila," umpat Rani lirih. Juna yang semula sudah melangkah pergi langsung berhenti dan menoleh ke arah Rani.
"Kamu barusan bilang apa?"
"Memang aku bilang apa? Aku tidak bilang apa-apa kok," kilah Rani.
Juna mengernyitkan dahi. Mungkin dirinya salah dengar. Ia akhirnya kembali melanjutkan langkah. Rani mengambil kesempatan itu untuk segera kabur ke kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Hafifah Hafifah
ya emang keterlaluan
2024-12-23
1
Eva Karmita
bagus Rani kamu harus bisa kuat dan buktikan bahwa kamu tidak bersalah jgn mau ditindas terus sama Juna edan 😤😏
2024-01-06
1