Ajaibnya, Rani bisa tidur nyenyak di rumah itu. Mungkin karena hari-hari sebelumnya terlalu berat, sehingga tubuhnya sudah tidak perlu beradaptasi. Rani menggeliat ke kanan dan ke kiri, salah satu kenikmatan sederhana yang patut ia syukuri, sebelum menghadapi neraka dunia bernama Juna.
Setelah membersihkan tubuhnya, Rani turun dari lantai dua. Ia terkejut karena semua orang sudah berkumpul di meja makan. Ketika Rani datang, mereka sontak menatapnya.
Rani menjadi salah tingkah. Ia turun dengan terburu-buru. Ia menyalami Bani, ayah kandung Juna yang duduk di kursi paling ujung.
"Selamat pagi Pi," sapa Rani.
"Hmm," jawab Bani singkat. Rani segera menempati kursi kosong di sebelah Juna.
"Apa tidurmu nyenyak Nak?" tanya Lily dengan lembut. Rani menganggukkan kepala.
"Nyenyak Mami,"
"Syukurlah, kamar itu adalah kamar yang sama dengan yang ditempati Ratih sebelum dia meninggal. Kamu harus menjaga kamar itu dengan baik ya,"
"Baik Mi," Rani menganggukkan kepalanya.
"Oh iya," Lily tampak menatap Rani dengan hati-hati sebelum melanjutkan ucapannya. "Sebenarnya, dulu waktu Ratih masih hidup, dia yang menyiapkan semua makanan kami di rumah ini. Dia selalu bangun jam empat pagi, dan memasak sarapan untuk kami. Sorenya dia juga memasak lagi untuk makan malam. Hmm.. begini Rani..Mami bukannya mau memaksa kamu ya... Tapi, kalau bisa, kamu juga harus lakukan apa yang dulu dilakukan Ratih. Bisa kan?"
Rani benar-benar paham maksud ucapan mertuanya itu. Lily menyuruh Rani menggantikan semua yang dilakukan Ratih semasa dia hidup. Meskipun ucapan Lily sangat lemah lembut seperti seorang ibu yang penuh pengertian, Rani bisa menyadari ada tanda seru dalam kata-katanya. Tanda seru adalah perintah. Itu berarti Rani tak punya pilihan selain mengiyakan perintah itu.
"Iya Mi, Rani akan usahakan,"
"Bagus sekali," Lily bertepuk tangan. "Biasanya Ratih juga yang mengurus semua keperluan Ruby. Jadi mulai besok, kamu harus memulai peranmu sebagai seorang Ibu ya Nak,"
Rani tersenyum kecut. Itu adalah perintah kedua. Rani tidak bisa menolak sama sekali.
"Keluarga Handoko memang hebat ya Pi," Lily mengalihkan pandangannya pada sang suami. "Mereka membesarkan putri-putri yang penurut,"
"Iya," lagi-lagi, Bani hanya menjawab singkat.
Setelah sarapan usai, Rani tidak langsung istirahat. Dia membereskan meja makan dan mencuci piring dan gelas kotor. Ternyata di rumah ini ketiga pembantu sudah punya job mereka masing-masing. Satu orang khusus untuk menyapu dan mengepel lantai di dalam rumah, satu orang lagi untuk mengurus kebersihan taman sekitar rumah, dan satu orang lagi khusus mencuci dan menyetrika. Dulu memang ada pembantu yang dikerjakan khusus untuk memasak, tapi semenjak ada Ratih, pembantu itu tak diperlukan lagi.
Rani menghela napas panjang. Meski bisa memasak, ia tak semahir Ratih. Apa orang-orang di rumah itu bisa menyukai masakannya?
"Entahlah," Rani menggelengkan kepalanya. "Yang penting usaha dulu," ujarnya menyemangati diri sendiri.
...----------------...
"Kalau untuk pakaian Tuan Juna dan Non Ruby, biasanya diurus Nyonya Ratih sendiri Nyonya," Jelas seorang pembantu bernama Mbak Indri.
Rani menghela napas panjang saat melihat tumpukan baju kotor yang menggunung di depannya. Awalnya dia hanya ingin menyapa para pembantu, siapa tahu bisa berteman dengan mereka. Tapi Rani malah mendapati kenyataan bahwa pekerjaannya belum benar-benar selesai.
"Nyonya Lily tidak suka bajunya dicuci pakai mesin, takut cepat rusak katanya. Jadi selama ini kami mencucinya dengan manual. Wajar Nyonya, bajunya kan mahal-mahal,"
"Jadi, aku harus mencuci semua ini dengan tanganku?" Rani ternganga. Ada-ada saja kelakuan orang kaya. Padahal sudah ada mesin cuci canggih yang bisa mencuci bahan-bahan pakaian yang spesifik, tapi malah memilih cara tradisional. Benar-benar menyusahkan orang. Ratih juga dulu mau-maunya menuruti perintah absurd itu.
"Kalau Nyonya kewalahan, biar saya bantu Nyonya," tawar Mbak Indri.
Rani sebelumnya hendak mengiyakan. Tapi ia melirik keranjang pakaian kotor milik kedua mertuanya yang dibawa Mbak Indri. Benar-benar dua kali lipat dari miliknya. Rani jadi merasa kasihan.
"Biar aku sendiri saja deh Mbak,"
"Baik Nyonya, kalau begitu saya permisi mau nyuci," Ujar Mbak Indri kemudian pergi ke kamar mandi untuk mencuci. Sementara itu Rani masih berdiri di tempatnya, bingung harus memulai dari mana.
"Oke, aku pasti bisa, aku pasti bisa" Rani meyakinkan dirinya sendiri.
"Bisa gila!" ucap Rani beberapa detik kemudian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Hafifah Hafifah
jangan" si ratih hanya dijadikan pembantu nih dan sekarang si rani yg gantiin katanya orang kaya masak nyewa pembantu yg bagian masak aja g bisa
2024-12-23
2
Katherina Ajawaila
itu mah neraka k dua buat Rani, derita tiada akhir. 😭
2024-12-27
0
Dewa Rana
ternyata istri dijadikan pembantu gratis
2025-01-11
0