Rani melihat kepergian Juna dengan tangisan pilu. Luka-luka di lutut dan sikunya terasa perih. Angin malam yang bertiup ke arahnya membuat Rani menggigil kedinginan.
Juna benar-benar kejam. Bagaimana dia bisa meninggalkan seorang perempuan muda di pinggir jalan dengan keadaan tidak membawa barang apapun? Handphone dan dompet Rani ada di dalam mobil. Bahkan jaket untuk menutupi tubuhnya yang kedinginan pun tidak ada.
Rani berjalan terseok-seok menyusuri jalanan. Matahari sudah tenggelam sepenuhnya. Kiri dan kanan Rani hanya pepohonan tanpa rumah sama sekali. Keadaan jalan menjadi gelap gulita.
"Ya Tuhan..tolong hamba.." Rani merapalkan doa berkali-kali. Sepatu ber-hak rendah yang ia pakai sudah tidak bisa digunakan lagi karena alasnya jebol. Akhirnya Rani terpaksa berjalan tanpa alas kaki.
Rani terus menoleh ke arah belakang, berharap ada mobil yang bisa memberinya tumpangan. Suara lolongan anjing dari kejauhan membuat tubuhnya gemetar. Ia benar-benar ketakutan sekarang.
Bukan hanya perihal hantu, Rani juga takut jika tiba-tiba ada orang jahat muncul. Di area sepi seperti ini, Rani sering mendengar begal berkeliaran. Mengancam seseorang dengan senjatta tajjam untuk mengambil harta mereka. Rani bahkan tak tahu apa yang akan ia serahkan nanti jika begal benar-benar datang, karena dia tidak punya apa-apa.
Sebuah cahaya mobil membuat Rani menemukan secercah harapan. Rani melambai-lambaikan tangannya, berusaha agar sang pengendara bisa melihatnya.
"Tolong! Tolong saya!"
Tapi, bukannya berhenti, mobil itu malah melaju semakin kencang.
Rani tertegun. Kenapa? Kenapa mereka meninggalkannya? Rani menjadi putus asa lagi. Ia kemudian mengecek penampilannya sendiri. Ternyata rambut Rani yang hitam panjang sudah terurai, dan dirinya kebetulan memakai dress selutut berwarna cream.
"Apa mereka kira aku hantu?" Pikirnya. Rani kemudian menggulung rambutnya, setidaknya agar terlihat seperti manusia. Meskipun itu percuma karena tidak ada manusia normal yang berjalan sendirian di jalan sepi tanpa alas kaki.
Karena lelah, Rani memilih untuk duduk di tepi jalan. Ia merasa haus dan lapar. Ia ingat belum makan tadi sore. Sekarang perutnya keroncongan dan tenggorokannya kering.
"Kumohon Tuhan.." Rani menghela napas panjang. "Selamatkanlah hamba.."
Tak berselang lama, sebuah cahaya berpendar dari ujung jalan. Rani terhenyak. Buru-buru ia berlari ke tengah jalan. Jika ia mencegat mereka, pasti mereka akan berhenti. Atau kalau tidak, mungkin dia akan dilinddas sampai matti.
Rani mengetahui resikonya besar, tapi tak apa. Setidaknya dia akan berusaha sampai akhir. Ternyata cahaya itu berasal dari sebuah truk. Rani memejamkan mata saat kendaraan besar itu melaju kencang ke arahnya.
TINNNN!!!
Klakson truk dibunyikan keras-keras. Rani membuka mata. Mobil truk berhenti tepat satu meter di depannya.
"Minggir! Lo gila ya! Mau cari matti!"
Mendengar umpatan sang supir, Rani justru tersenyum gembira. Akhirnya ada orang yang bisa menolongnya.
"Maaf!" Rani berlari ke arah sang supir. "Boleh minta tumpangan? Saya tersesat!"
Supir truk itu tampak memperhatikan Rani dari kepala sampai kaki. "Lo orang bukan?"
"Saya orang!" Rani menunjukkan kedua kakinya. "Lihat! Kaki saya napak!"
Supir truk itu masih melihat Rani dengan curiga.
"Tidak usah sampai rumah! Cukup turunkan saya ke jalanan yang ramai! Saya mohon! Hanya Anda yang bisa menolong saya!"
Sekali lagi, sang supir truk yang berupa pria gendut paruh baya memperhatikan Rani dari atas sampai ke bawah. Ia kemudian memberi tanda dengan tangannya.
"Yaudah, masuk!"
Mata Rani berbinar. "Terimakasih! Terimakasih! Saya tidak akan melupakan kebaikan Anda!"
Rani kemudian masuk ke dalam truk, bersandingan dengan sang supir.
"Terimakasih," ucap Rani sekali lagi. "Saya tidak tahu harus minta tolong siapa lagi, saya sudah berada di sini hampir dua jam,"
Supir itu melirik Rani, "Memangnya Neng ngapain di sini malem-malem? Sendirian lagi. Saya kira tadi neng itu hantu loh,"
Rani menundukkan kepalanya. "Ceritanya panjang Pak. Saya ditinggal sendirian oleh suami saya,"
"Loh kenapa memangnya? Suaminya sudah tidak cinta lagi?"
Rani menggelengkan kepalanya. "Sejak awal dia tidak cinta pada saya Pak,"
"Aduh sayang sekali," Tangan supir itu tiba-tiba mengelus lutut Rani, membuat Rani seketika melotot. "Mau sama Abang aja nggak? Abang bisa kok mencintai Neng,"
"Hah?" Rani merinding. Apalagi panggilan 'Abang' yang disematkan laki-laki itu pada dirinya sendiri. Abang apanya? Dia itu lebih cocok dipanggil aki-aki!
"Maaf," Rani berusaha menutup paha dan lututnya dengan rok. "Saya tidak mau,"
"Loh kenapa?" supir itu mengelus dagu Rani dengan tangannya. "Abang bisa memuaskan Neng loh,"
Rani benar-benar ketakutan. Rani benar-benar sial, baru keluar dari kandang harimau malah masuk ke kandang singa! Rani berusaha menjauhkan badannya dari lelaki itu, meski percuma karena ruangan itu cukup sempit.
"Ayolah Neng, abang sudah lama tidak disentuh," tangan supir itu sudah mulai meraba paha Rani.
"Jangan kurang ajar ya!" Rani reflek menepis tangan sang supir, membuat wajah lelaki itu seketika merah padam menahan marah.
"Dasar cewek nggak tahu diri! sudah dibaikin malah kurang ajar! Gue p*rk*sa aja biar tau rasa!"
"Tidak!" Rani berusaha membuka pintu truk, tapi sia-sia karena terkunci. Lelaki itu sudah menepikan truknya, lalu dengan tatapan mengerikan mulai mendekati Rani.
"Jangan!" Rani menangis ketakutan. Supir itu mulai membuka ritsleting celananya, kemudian dengan kasar membuka dress Rani.
"Tidak!" Rani meronta-ronta. Tangannya menggapai-gapai ke segala arah untuk mencari benda yang bisa dijadikan senjjata. Ketemu. Ada kunci Inggris yang tergeletak di lantai mobil. Rani harus bersyukur karena lelaki itu tidak mejaga kerapian mobilnya.
BUAK!!
Rani memukul kepala lelaki itu dengan kunci Inggris sekuat yang ia bisa. Lelaki itu langsung pingsan di tempat. Rani buru-buru membuka kunci pintu truk dan keluar dari sana. Setelah keluar, ia segera berlari dengan kecepatan penuh.
Saat berlari, Rani melihat ada pijaran cahaya di belakangnya. Rani panik. Ia takut lelaki messum itu sadar dan langsung mengejarnya. Rani terus berlari sekuat yang ia bisa sembari menangis tersedu-sedu.
"Tolong!!" teriaknya parau. Suaranya sudah habis karena terus berteriak. "Tolong saya!"
Semakin Rani mempercepat langkahnya, semakin dekat pula cahaya itu padanya. Rani tetap tidak menyerah. Ia lari semakin cepat meskipun itu sia-sia karena kekuatannya sudah habis. Karena lelah, tubuh Rani limbung dan jatuh tersungkur di atas aspal.
"Jangan!" Teriak Rani saat tangan lelaki itu menyentuhnya. "Aku nggak mau!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
thour plases jgn SMP Rani di perkaos, sedih amat Rani. ortu gila harta 😲
2024-12-27
0
moenay
mewek. aku.... ga sanggup rasanya kl di perlakuan seperti itu😭😭😭😭😭
2024-12-06
0
Eti Alifa
kasihan bngt rani dasar juna kurang ajar, bleguk si juna mah😡
2024-10-09
0