Luna berdiri di ujung atap rumah. Malam ini langit bintang berpijar di sana-sini. Sayangnya yang Luna cari bukanlah mereka, tapi sang rembulan yang bersembunyi.
Dia berharap menemukan sang rembulan untuk menenangkan hatinya. Sebab, Luna sangat marah. Marah pada kakaknya. Marah pada para musuhnya. Tapi yang paling membuatnya marah adalah dirinya sendiri. Karena tidak bisa mencegah kejutan kehidupan kali ini.
Lagi-lagi dia melakukan kesalahan. Lagi-lagi orang-orang kesayangannya dalam bahaya. Lagi-lagi para musuhnya berhasil lolos dari genggamannya.
Luna sangat marah. Luapan amarahnya melepas energi yang dia kendalikan selama ini. Ratusan kunang-kunang berkerumun mengelilingi Luna. Dan…
FLASH!
Dalam sekejap menerangkan malam tanpa rembulan. Juga bayangan-bayangan yang telah menunggu di atap.
Satu, dua, Tiga.
Sepuluh, Dua puluh, Tiga puluh.
Lima puluh bayangan lebih telah bersiap menunggu Sang Putri.
Bayangan-bayangan itu memasang posenya masing-masing. Pose bertarung, bergaya jongkok, bahkan merangkak bak hewan berkaki empat. Mengerikan sekali melihat mereka.
Tapi Sang Putri malah tersenyum lebar. Senyuman selebar bulan sabit.
"Kalian tepat pada waktunya," ucap Sang Putri.
Bayangan-bayangan membalas dengan menggerung-gerung.
"Ahh... Aku lupa kalau kalian kelas rendahan dan tak bisa bercakap."
Gerungan bayangan-bayangan semakin mengeras. Seakan mereka berkata bahwa mereka tidak setuju Dengan apa yang dikatakan Sang Putri.
Sang Putri tapi tidak menghiraukan mereka. Fokus matanya menuju satu titik. Dia lalu bertitah, "Keluarlah! Aku tahu kau disana!"
…
Tidak ada jawaban.
"Keluar atau akan aku tebas dirimu sekarang juga!" ancam Sang Putri.
Ancaman itu mujur. Di salah satu atap, rune sihir terbentuk. Lidah-lidah hitam bergeliat dan membentuk sesosok lagi bayangan. Berbadan besar tegap tiga kali ukuran bayangan lain. Suaranya serak terputus-putus, "Hergghh… Me-ngapa… Sang… Pu-tri… A-da… Di… Si-ni…?"
"Karena," jawab Sang Putri, "Kalian telah terlalu banyak membuat kekacauan."
"Apa-kah… Putri… A-kan… meng-e-li-mi-na-si… ka-mi…?"
"Untuk seorang rendahan seperti kata rekanmu, kosakatamu cukup terampil. Lalu, untuk jawaban dari pertanyaanmu…" Senyuman selebar bulan sabit Sang Putri keluar kembali, "Bukankah itu sudah jelas?"
Bayangan-bayangan menggerung-gerung ganas. Bayangan terbesar pun meraung keras.
Sang Putri meraih pedangnya. Waktunya meluapkan amarahnya yang terpendam.
SLASH!!!
Permbersihan dimulai.
...___...
"Akhirnya selesai...'
Katrin terkulas lunglai di sofa. Kedua kakinya terangkat bersandar di pinggiran sofa. Wajahnya kusuh dengan kantung panda menggantung di mata. Pakaiannya lungset. Semua itu bukti kerja kerasnnya menyelesaikan masalah yang terjadi beberapa hari terakhir.
Katrin mengingat penyebab masalah. Para bedebah yang menganggu tujuannya. Bedebah tak bertanggung jawab yang merusak talenta-talenta muda. Katrin tidak akan memaafkan mereka.
Banyak diantara korban sihir terlarang kali ini merupakan pemuda yang sering datang ke markas sihir. Mereka tergiur dengan percepatan sihir mereka. Ingin mencapai tujuan mereka dengan cara cepat tanpa memperhatikan caranya. Ciri khas pemuda zaman sekarang. Katrin berharap mereka tidak menyerah dengan kejadian ini dan tetap datang ke markas sihir untuk berlatih. Dan ketika mereka datang bertemu dengannya, mereka akan menerima sedikit teguran darinya.
Berkat bantuan dari Putri Bulan, kejadian ini dapat terselesaikan dengan cepat. Diantara 50an lebih korban, tidak ada yang terluka parah. Kecuali... kakak Putri Bulan sendiri. Dialah yang menerima akibat paling parah.
Memikirkan wajah muram Zen membuat Katrin sedih. Hati Katrin rasanya seperti tertusuk saat dia memberithu kepada Zen bahwa dirinya tidak bisa lagi menggunakan sihir.
Katrin mengerti bagaimana rasanya terpuruk dalam keputusasaan. Dia juga mengalami hal yang mirip saat mengikuti audiensi penyanyi duku. Kesalahan yang dia lakukan waktu itu juga membuatnya tidak bisa bernyanyi lagi.
Beda keadaan dirinya dengan Zen, dirinya dulu masih diberi kesempatan bernyanyi lagi melalui sihir. Sedangkan keadaan Zen sekarang, Katrin tidak tahu apakah masalah ether-nya yang merupakan inti dari sihir bisa menemukan solusi. Katrin berharap ada seseorang yang menunjukkannya jalan menuju solusi itu.
Sebenarnya Katrin ingin mengambil peran penunjuk jalan itu. Dia ingin sekali membantu. Tapi kekuatan dan pengetahuan yang dimilikinya tidak cukup. Itu membuatnya tersadar bahwa dia masih harus banyak belajar dan berlatih untuk mencapai tujuannya.
Katrin berjanji pada dirinya sendiri, ketika kejadian seperti ini terjadi lagi, dia tidak akan merasa setidak berdaya ini lagi.
...___...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments