Vol 1 Chapter 9 - Ranking

"Nah, sekarang! Waktunya quiz dadakan!" seru Mbak Katrin selepas duel.

Kali ini aku menghela nafas kesal. Jelas menganggapnya merepotkan. Rasanya persis seperti diberi quiz tiba-tiba setelah kelas yang kusukai berlangsung. 'Now, what to do? Tetap di sini? Ataukah kabur?'

Sayangnya Mbak cantik di hadapanku ini sudah ahli dalam membaca pikiranku. "Oh my? Wajah apa itu? Sepertinya kamu memikirkan sesuatu yang buruk. Sejak kapan Dik Zen menjadi anak bandel? Padahal Mbak sudah dengan sepenuh hati mengajarkan sihir kepada Dik Zen. Mbak merasa tersakiti nih... Andai saja ada seorang lelaki muda yang mau menemani bermain quiz denganku..." pintanya sambil memasang wajah memelas.

'Ugh... Mbak Katrin main curang,' keluhku dalam hati. Sebagai remaja muda yang jarang berinteraksi dengan perempuan selain adik sendiri, wanita cantik seperti Mbak Katrin berakting seperti itu, jelaslah aku tidak bisa menolaknya.

"Hah... So, apa quiz-nya, Mbak?"

Wajah Mbak Katrin langsung berubah 180 derajat mendengar jawabanku, tersenyum bak mentari pagi.

"Hm-hm, Dik Zen memang anak baik. Sini mendekat, Mbak mau kasih hadiah untukmu."

Mbak Katrin melakukan kebalikan dari apa yang ia katakan, malah dia yang mendekat kepadaku. Tangannya terulur hendak ke arah kepalaku. Aku secepat petarung tadi mundur menghindarinya. Bagaimanapun juga, aku tidak ingin dielus-elus di kepala di umurku yang belasan ini. Terlebih lagi oleh Mbak-mbak yang lebih tua dariku. No way.

"Cepat katakan saja apa quiz-nya, Mbak. Waktuku terbatas. Sudah hampir waktunya jadwal bus terakhir ke arah rumahku," protesku.

"Aish... Dik Zen nggak seru ah..." Mbak Katrin cemberut. Tapi ekspresi seperti itu tidak lagi berpengaruh padaku, aku menatap tajam Mbak resepsionis.

"Oke-oke, akan Mbak sebutkan. Jadi, tolong, singkirkan tatapan tajam itu. Rasanya sedikit malu dipelototi seperti itu."

Aku membuang muka dan mendengus. Dalam pikiran aku terheran memikirkan ke mana perginya Mbak Katrin yang menyapaku dengan senyum profesional saat kami pertama kali bertemu. Sang resepsionis tersebut kemudian berdehem untuk melanjutkan topik.

"Pertanyaannya simpel saja, dari duel barusan, bisakah Dik Zen membedakan mana yang merupakan sihir tipe Manipulate dan sihir tipe Conjure? Kalau bisa, coba sebutkan!"

"Hmm..." Dari sikap Mbak Katrin, aku mengira bahwa yang diinginkan Mbak Katrin bukan jawaban yang biasa. Pasti ada sesuatu yang mencolok dari duel barusan. Aku menutup mata. Berpikir. Rekaman pertarungan tadi terulang di pikiran. Ada dua sihir yang mencolok di mataku.

"Sihir angin pukulan beliung yang dikeluarkan oleh si petarung di akhir pertarungan merupakan sihir tipe conjure dan sihir gelembung air yang membungkusnya setelahnya merupakan sihir tipe manipulate."

"Oh, observasi yang bagus. Ya, jawabannya benar. Meski remaja petarung merupakan penyihir yang suka menggunakan sihir tipe Manipulate dan remaja bertongkat sering mengeluarkan sihir tipe Conjure, tidak menutup kemungkinan bahwa keduanya tetap bisa menggunakan tipe sihir lainnya. Tidak ada batasan dalam sihir. Oleh karena itu, berlatihlah dengan giat, lakukan eksperimen dengan sihir-sihir yang ada, dan temukan di mana keunggulanmu. Mungkin itu bisa membantumu dalam tes masuk sekolah sihir 5 bulan lagi. Dan ingat! Kamu tidak bisa menyelesaikan semuanya sendirian! Kamu sudah save nomornya Mbak, bukan? Jangan sungkan-sungkan bertanya lagi kepada Mbak jika kamu menemui kesulitan."

"Siap, Mbak." Anggukku ringan. Tidak menanggapi nasihat Mbak Katrin dengan serius. Apa yang dikatakan Mbak Katrin mungkin sudah aku lupakan beberapa menit ke depan. Namun, tak kusangka nasihat singkat Mbak Katrin di akhir quiz dadakan kami, tidak hanya membantuku untuk tes masuk sekolah sihir, tapi itu juga membantuku saat nyawaku dalam keadaan terpojok nantinya.

...___...

Hujan turun membasahi jalanan. Dari halte bus aku melamun memperhatikan para pejalan kaki dengan payung terangkat. Satu-dua remaja berlari menerobos hujan. Rintik air mengguyur mereka tapi baju mereka nihil dari kebasahan. Layaknya ada sebuah jas hujan transparan, rintikan air memantul dari mereka. Ketika aku perhatikan lebih lanjut, ether membungkus kontur tubuh mereka. Pemandangan yang cukup biasa bagiku saat ini. Andai saja aku tidak mengenal sihir sebelum ini, mataku bakalan seharian mengikuti keganjilan yang sudah umum ini.

Sama sepertiku, para penyihir remaja tersebut berlari menuju bangunan yang baru saja aku kunjungi, bangunan penuh kayu, Magic Association. Menatap bangunan itu memutar ulang memori pertarungan tadi. Masih membekas bagaimana dua pemuda seumuran denganku itu berduel sihir. Keberanian si petarung menerjang sihir demi sihir, kecerdikan sang lawan dalam menggunakan trik sihirnya. Semua membekas di memori.

Entah apakah ini efek hujan atau bukan, aku mulai melamunkan apa yang terjadi jika aku di posisi mereka. Bisakah aku merapalkan sihir secepat mereka? Beranikah aku menerjang semburan sihir api yang mengarah padaku? Belum lagi tekanan mental yang bakal aku terima sebagai pusat perhatian. Apakah Luna dan Amex juga selevel dengan mereka? Lagi-lagi aku memikirkan seberapa besar usaha yang aku butuhkan untuk mencapai level mereka.

Klakson bus membuyarkan lamunanku. Tanpa kusadari, bus sudah mengetem di depan halte bus. Pintu otomatisnya terbuka. Konduktor bus berteriak, bertanya apa aku ingin naik. Tanpa menjawab aku menyambet tas kecil milikku dan bersegera menuju bus, hampir terjatuh karena tersandung di tengahnya. Ketika hujan yang melewati celah antara halte dan bus membasahiku barulah aku membuat catatan di otak untuk segera mempelajari sihir anti air hujan.

Sesaat setelah aku menduduki seat yang kosong, ponsel di sakuku bergetar. Hanya segelintir orang yang memiliki nomorku dan mengingat apa yang dititipkan oleh Mbak Katrin tadi, aku bisa menebak siapa yang mengirim pesan kepadaku.

[Fufufu...]

[Ngapain lu ketawa-tawa, heh?]

[Fufufufu...]

[Puas ngasih kejutannya?]

[Fufu, puas dong]

Sebelum aku keluar dari Guild, Mbak Katrin menitipkan sesuatu yang cukup mengejutkan. Titipan salam dari Mex, kawan virtual youtuber-ku. Beberapa hari lalu saat kami collab-streaming, kami mengetahui fakta mengejutkan bahwa cabang Guild terdekat yang kami berdua tuju merupakan cabang yang sama dari nama Mbak Katrin. Akan tetapi, tidak kukira Amex bakalan menitip salam langsung melalui resepsionis itu.

Aku menengok kanan-kiri, seat bus semua kosong. Tak ada penumpang lain selain diriku.

"Mungkin karena hujan." gumamku. "Well, kesempatan yang pas untukku." Aku mengeluarkan headset dan mencocokkannya ke port audio ponselku. Sentuh logo aplikasi komunikasi, masuk ke room audio chat yang biasa aku gunakan. Tak lama, terdengar suara notifikasi pengguna lain masuk ke room tersebut. Tanpa berkata, Mex mengerti maksudku untuk melakukan audio call.

"Jadi, Apa hubunganmu dengan Mbak resepsionis itu, Mex?" tanyaku melalui mic headset.

"Ra-ha-si-a~" Suara riang membalas dari seberang sana. Mex terdengar bahagia sekali setelah memberiku kejutan.

"Geez... Serah lu dah. Lalu, apa tujuanmu sebenarnya menitip salam seperti itu?"

"Ngak ada, lagi pingin nge-prank dikit aja."

"Geez..." keluhku. Aku menatap kaca jendela luar. Suara hujan berbaur dengan suara mesin bus. Suasana yang tepat untuk mengistirahatkan otak sebentar jikalau si Mex tidak melanjutkan percakapan.

"Oh! Denger-denger, tadi ada duel di arena latihan."

Pasti itu informasi dari Mbak Katrin. Entah apa hubungan mereka, yang pasti keduanya terlihat cukup dekat.

"Ya, dua remaja seumuranku berduel sihir. Remaja pertama petarung sihir, remaja kedua penyihir api dan es."

"Ahh... Mereka berdua toh... Mereka memang sering bersaing Ranking."

"Ranking? Yang kayak di game-game itu?"

"Yep, Ranking penyihir. Mbak Katrin belum menjelaskannya kepadamu?"

"Nu-uh" Aku menggeleng.

"O-oh, tumben-tumben Mbak Katrin lupa menjelaskannya. Apa boleh buat kalau begitu, Mex si ahli akan menggantikan Mbak Katrin untuk menjelaskannya padamu," balasnya. Aku bisa membayangkan karakter virtual Mex bergaya memakai kacamata dengan sebuah papan tulis dibelakang-nya.

"Siap, Mex-sensei! Mohon pencerahannya!" sahutku antusias. Untung saja konduktor bus tidak mendengarnya. Kalau dia mendengarnya, bisa-bisa dianggap gila aku ngomong sendiri seperti ini di bus.

"Ehem, ranking penyihir dibagi menjadi tiga kategori, lokal, nasional, dan internasional. Urut dari nomor 1 sebagai yang tertinggi hingga nomor 100. Karena terbatasnya rangking tersebut, tidak semua penyihir memiliki ranking. Untuk mendapatkannya kamu harus mempunyai poin kontribusi. Kamu tanya dari mana mendapatkan kontribusi ini? Banyak cara. Cara yang paling mudah tapi lambat untuk mendapatkan poin kontribusi ini yaitu dengan secara rutin melaporkan perkembangan sihirmu ke Guild terdekat. Namun, ada juga cara yang lebih cepat, yaitu dengan merebutnya dari penyihir lain."

"Merebutnya dari penyihir lain? Maksudmu dengan bertarung?"

"Ya! Demi meningkatkan daya saing antar penyihir. Asosiasi Sihir menerapkan sistem duel sihir. Dalam duel ini, penyihir yang akan bertarung dapat mempertaruhkan poin kontribusi yang dimilikinya. Sang pemenang duel dapat meng-klaim taruhan tersebut."

"Seperti yang dilakukan kedua remaja penyihir tadi?"

"Yep, keduanya adalah ranking 2 dan 3 lokal Guild cabang kota kita. Mereka sudah seperti rival. Selalu bersaing di mana pun dan kapan pun waktunya."

Aku ber-Ohh memahami. Yah, maklumlah, remaja seumuran kami memang memiliki daya saing yang tinggi.

"Omong-omong, Mex. Ranking mu berapa?"

"24."

'Eh? Seriusan? Bukankah itu cukup tinggi? Wait-sebelum itu, Mex menyebut ranking kategori yang mana?'

"Kategorinya? Lokal? atau Nasional?"

"Fufufu, If it's that, I won't tell you about it."

"Grrr..." Dasar si Mex, makin lama, makin buat penasaran.

"Oh, satu hal lagi. Kamu bisa mengecek poin kontribusimu dan list ranking lokal serta nasional di aplikasi platform E-magic."

"That's good then. Aku bisa mengecek ranking-mu nanti." Aku bersorak dalam hati. Nanti pasti akan pecahkan puzzle-nya.

"Emangya kamu tahu nama asliku, Zen?"

'Ahhh...!!! Iya deng! Amex merupakan nama karakter virtualnya. Bukan nama aslinya. Nama yang dipakai saat mendaftar di Asosiasi Sihir pastilah nama aslinya. How stupid of me!'

"Fufufu, well then, Zen. Aku duluan, ada keperluan. Selamat mencarinya! Dan jangan lupakan latihanmu karena sibuk mencari nama asliku. Bye, sampai jumpa nanti!"

Suara notifikasi itu terdengar lagi, tapi kali ini sedikit berbeda dari yang sebelumnya, Menandakan bahwa Amex si ahli menyi– No, Amex si pembuat penasaran keluar dari room audio call. Suara tertawa riangnya masih bergema di gendang telingaku.

...___...

Episodes
1 Prolouge Vol 1 - Ujian hidup awal mula dirimu
2 Vol 1 Chapter 1 - Adakah Kakak yang teringgal jauh dari Adiknya?
3 Vol 1 Chapter 2 - "I'm Vtuber, So What?"
4 Vol 1 Chapter 3 - Asosiasi Sihir
5 Vol 1 Chapter 4 - Waking up in another world? Surely not, right?
6 Vol 1 Chapter 4.5 - Dibalik Sebuah Kejadian
7 Vol 1 Chapter 5 - Belajar sihir yuk!
8 Vol 1 Chapter 6 - Collab Streaming
9 Vol 1 Chapter 7 - Belajar sihir yuk!! (2)
10 Vol 1 Chapter 8 - Belajar sihir yuk!!! (3)
11 Vol 1 Chapter 9 - Ranking
12 Vol 1 Chapter 9.5 - Pertemuan Mereka
13 Vol 1 Chapter 10 - Jangan menilai buku dari sampulnya! (1)
14 Vol 1 Chapter 11 - Jangan menilai buku dari sampulnya! (2)
15 Vol 1 Chapter 12 - Duel (1)
16 Vol 1 Chapter 13 - Duel (2)
17 Vol 1 Chapter 14 - Duel (3)
18 Vol 1 Chapter 15 - Indeed, I'm in another world
19 Vol 1 Chapter 15.5 - Aftermath
20 Epliouge Vol 1 - Zen Ashen (1)
21 Epliouge Vol 1 - Zen Ashen (2)
22 Prolouge Vol 2 - Perjalan hidupmu dimulai saat kamu membuka mata
23 Vol 2 Chapter 1 - A Challenge
24 Vol 2 Chapter 2 - The journey begin
25 Vol 2 Chapter 3 - Krisis Dadakan
26 Vol 2 Chapter 3.5 - Pertanda
27 Arc 2 Chapter 4 - Pak Pamungkas
28 Vol 2 Chapter 5 - Perkakas Sihir
29 Vol 2 Chapter 6 - Menu Spesial Kamp Hunter
30 Vol 2 Chapter 7 - Sihir itu teknologi
31 Vol 2 Chapter 8 - Chilhood Friends
32 Vol 2 Chapter 9 - An Invisible hand
33 Vol 2 Chapter 9.5 - Pertanda (2)
34 Vol 2 Chapter 10 - Latihan
35 Vol 2 Chapter 11 - How many points do you want?
36 Vol 2 Chapter 12 - Latihan (2)
37 Vol 2 Chapter 13 - Rumor
38 Vol 2 Chapter 14 - Misi (1)
39 Vol 2 Chapter 15 - Hunter Tameng Perak
40 Vol 2 Chapter 16 - The Power of Mom!
41 Vol 2 Chapter 16.5
42 Vol 2 Chapter 17 - Latihan (2)
43 Vol 2 Chapter 18 - The One Behind The Mysterious Hand
44 Vol 2 Chapter 19 - The Importance of Health
Episodes

Updated 44 Episodes

1
Prolouge Vol 1 - Ujian hidup awal mula dirimu
2
Vol 1 Chapter 1 - Adakah Kakak yang teringgal jauh dari Adiknya?
3
Vol 1 Chapter 2 - "I'm Vtuber, So What?"
4
Vol 1 Chapter 3 - Asosiasi Sihir
5
Vol 1 Chapter 4 - Waking up in another world? Surely not, right?
6
Vol 1 Chapter 4.5 - Dibalik Sebuah Kejadian
7
Vol 1 Chapter 5 - Belajar sihir yuk!
8
Vol 1 Chapter 6 - Collab Streaming
9
Vol 1 Chapter 7 - Belajar sihir yuk!! (2)
10
Vol 1 Chapter 8 - Belajar sihir yuk!!! (3)
11
Vol 1 Chapter 9 - Ranking
12
Vol 1 Chapter 9.5 - Pertemuan Mereka
13
Vol 1 Chapter 10 - Jangan menilai buku dari sampulnya! (1)
14
Vol 1 Chapter 11 - Jangan menilai buku dari sampulnya! (2)
15
Vol 1 Chapter 12 - Duel (1)
16
Vol 1 Chapter 13 - Duel (2)
17
Vol 1 Chapter 14 - Duel (3)
18
Vol 1 Chapter 15 - Indeed, I'm in another world
19
Vol 1 Chapter 15.5 - Aftermath
20
Epliouge Vol 1 - Zen Ashen (1)
21
Epliouge Vol 1 - Zen Ashen (2)
22
Prolouge Vol 2 - Perjalan hidupmu dimulai saat kamu membuka mata
23
Vol 2 Chapter 1 - A Challenge
24
Vol 2 Chapter 2 - The journey begin
25
Vol 2 Chapter 3 - Krisis Dadakan
26
Vol 2 Chapter 3.5 - Pertanda
27
Arc 2 Chapter 4 - Pak Pamungkas
28
Vol 2 Chapter 5 - Perkakas Sihir
29
Vol 2 Chapter 6 - Menu Spesial Kamp Hunter
30
Vol 2 Chapter 7 - Sihir itu teknologi
31
Vol 2 Chapter 8 - Chilhood Friends
32
Vol 2 Chapter 9 - An Invisible hand
33
Vol 2 Chapter 9.5 - Pertanda (2)
34
Vol 2 Chapter 10 - Latihan
35
Vol 2 Chapter 11 - How many points do you want?
36
Vol 2 Chapter 12 - Latihan (2)
37
Vol 2 Chapter 13 - Rumor
38
Vol 2 Chapter 14 - Misi (1)
39
Vol 2 Chapter 15 - Hunter Tameng Perak
40
Vol 2 Chapter 16 - The Power of Mom!
41
Vol 2 Chapter 16.5
42
Vol 2 Chapter 17 - Latihan (2)
43
Vol 2 Chapter 18 - The One Behind The Mysterious Hand
44
Vol 2 Chapter 19 - The Importance of Health

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!