Di dalam mobil....
Cia dan Adnan duduk di kursi belakang, pemuda itu menggenggam tangan istrinya.
"Kenapa temanmu itu iri padamu Cia? Dia sangat jahat" celetuk Addy membuka pembicaraan.
"Itu karena dia sangat menyukai Kak Adrian, fansnya Kak Adrian banyak sih" sahut Cia.
"Kalau Kak Adnan mah mana punya fans, yang ada cewek-cewek malah lari semua jauhin dia" timpal Addy.
"Bagus dong, kalau Mas Adnan fansnya banyak, nanti aku tersisihkan. Padahal kan aku istri Mas Adnan, hanya aku yang boleh melihat senyuman dan sikap manja Mas Adnan, hanya aku" ucap Cia sembari mencium tangan suaminya.
"Harusnya kita naik taksi saja Dy, kamu ganggu pengantin baru yang sedang kasmaran" sela Ayah.
Adnan menepuk pundak Addy dan membisikkan nya sesuatu. Addy tertawa lalu melajukan mobilnya sedikit lebih cepat. Ia menghentikan mobilnya di sebuah hotel mewah. Adnan berpamitan pada Ayah dan adiknya kemudian mengajak Cia pergi keluar mobil.
"Have fun" ucap Addy dengan tawanya.
"Ayah tunggu kabar baiknya ya" imbuh Ayah.
"Iya" ucap Adnan kemudian pergi sambil merangkul pundak sang istri.
Cia memukul pelan dada suaminya yang nakal, bagaimana bisa Adnan secara lugas mengajaknya ke hotel didepan para keluarga mereka. Pemuda itu memesan kamar dengan view terbaik serta beberapa makanan.
"Ini pertama kalinya aku menginap di hotel" celetuk Cia saat Adnan melakukan reservasi.
"Tentu aku tau, memang kenapa juga kamu harus menginap di hotel? Kita akan menghabiskan beberapa malam disini, aku akan ambil cuti. Harusnya kita bulan madu, kau mau pergi suatu tempat sayang?" Tanya Adnan sembari mengelus pipi istrinya.
"Mau ke Korsel, ketemu Oppa-Oppa tampan. Mau foto sama mereka Mas, tapi perginya saat musim dingin saja, ingin main salju" jawab Cia bersemangat.
"Apapun itu, akan aku turuti. Aku bukan Oppa?"
"Mas Adnan kan my husband, lebih dari Oppa"
Pemuda itu tersenyum sambil mencubit pipi Cia gemas. Setelah mendapatkan kunci mereka berdua berjalan menuju lift. Cia tengah bersemangat menceritakan acara reuninya hari ini. Adnan hanya berdehem dan mengangguk menanggapi istrinya yang ceria. Saat keluar dari pintu lift, Cia terkejut melihat Mamanya hendak masuk kedalam lift dengan seorang pria.
"Mama" lirih Cia terkejut. Ia bertukar pandangan dengan sang Mama selama beberapa detik sebelum Mama mengacuhkannya.
"Pak Adnan, kebetulan sekali bertemu disini" celetuk pria yang berdiri di samping Mama Cia.
"Pak Agus? Iya kebetulan sekali kita bertemu disini"
"Bagaimana dengan proposal yang kami kirim? Saya harap bisa bekerja sama lebih cepat"
"Sebelum itu dia siapa anda?" Tanya Adnan sambil menunjuk Mama Cia. Ia sudah tau jika itu adalah Mama Cia, kebetulan sekali mereka bertemu disini.
"Saya Pacarnya Mas Agus, kami akan segera menikah" jawab Mama Cia mengenal kan dirinya.
Cia mengerutkan keningnya, ia menoleh ke arah Adnan dengan mata berkaca-kaca. Melihat sang istri hendak menangis, Adnan berpamitan pergi. Setelah beberapa langkah, Adnan berhenti lalu berbalik.
"Pak Agus, sepertinya kita tidak bisa bekerja sama" ujar Adnan.
"Maaf Pak Adnan, tapi kenapa? Apakah Pak Adnan sudah melihat proposal kami?"
"Proposal nya bagus, sebenarnya besok saya mau menghubungi anda untuk meeting lanjutan. Tapi saya tidak suka calon istri anda, selamat malam" jelas Adnan kemudian pergi melanjutkan jalannya.
Cia menatap suaminya dengan aneh, ada banyak pertanyaan dalam benaknya. Saat sampai di dalam kamar, Cia langsung memeluk suaminya dengan erat.
"Kenapa Mas Adnan menolak kerjasama nya?"
"Aku tidak suka memiliki hubungan dengan orang-orang yang menyakiti kamu. Sudah jangan menangis, kita kan mau bulan madu cantik" bisik Adnan sembari mengelus pipi istrinya.
Terdengar suara pintu di ketuk, Cia membukakan pintu mengira pihak hotel yang mengetuknya. Namun saat pintu terbuka, Cia melihat Mama menatapnya dengan marah. Gadis itu kembali masuk dan hendak menutup pintu, namun Mama menariknya keluar lalu menampar Cia hingga terjatuh.
"Puas kamu? Kamu dan Papa kamu selalu saja buat hidup Mama menderita. Anak sial, harusnya kamu tidak pernah lahir Cia" bentak Mama.
Adnan yang mendengar ribut-ribut langsung berlari keluar kamar. Ia menghampiri istrinya yang terduduk dilantai sambil menangis. Amarah Adnan sudah memuncak, namun Cia menahan tangan suaminya. Ia menggelengkan kepalanya meminta Adnan agar tak marah-marah. Pemuda itu menggendong istrinya masuk kedalam kamar dan membanting pintu tepat di hadapan Mama Cia yang mengomel.
"Mas Adnan" panggil Cia pada Adnan yang duduk sambil mengelus pipinya.
"Hm...."
"Aku bukan anak sial kan Mas? Kenapa Mama jahat sekali bilang seperti itu?"
"Tidak ada anak sial sayang, semua anak adalah keberuntungan bagi kedua orangtuanya termasuk kamu sayang. Apapun yang Mama katakan tentangmu, abaikan saja, mengerti istriku sayang?"
Cia mengangguk lalu memeluk suaminya, ia tanpa sadar menangis lagi sambil mencengkram punggung Adnan. Pemuda itu mengelus kepala Cia dan mencium keningnya. Ia tak mengerti kenapa Cia selalu dikelilingi oleh orang-orang aneh yang suka sekali menyakiti nya. Padahal Cia gadis yang baik, selalu memikirkan orang lain sebelum dirinya.
"Kalau habis nangis gini biasanya laper, aku telepon pihak hotel dulu ya sekalian pesankan kamu es krim. Telepon Bunda atau Kak Kania sana, biasanya kan curhat ke mereka"
"Itu kan kalau lagi senang aja, kalau sedih-sedih curhatnya sama Mas Adnan aja"
"Curang dong, aku kan juga mau di bagi kebahagiaan sama kamu"
"Tapi kan alasan aku bahagia Mas Adnan, kalau ceritanya ke Mas Adnan jadi aneh dong, dasar"
Pemuda itu tersenyum tipis, ia memainkan pipi istrinya sembari menelepon pihak hotel.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hari berganti.....
Cia terbangun dari tidurnya, ia membuka gorden kamar dan membiarkan matahari masuk kedalam kamar mereka.
"Hm... Sayang, silau" bisik Adnan sembari bersembunyi di belakang sang istri. Adnan mendekap Cia dan menciumi bagian belakang bahu gadis itu.
Triiingg....
Ponsel Cia berdering, ada panggilan video dari Bunda. Gadis itu itu mengangkatnya dan terkejut sebab melihat banyak orang disana. Cia segera menutupi dirinya dan bersembunyi di bawah selimut.
Bunda : "Pagi sayang, baru bangun ya"
Cia : "Pagi Bunda, iya baru bangun. Kalian ada di dalam mobil? Mau kemana?"
Bunda : "Baru jemput Adrian, nih sudah boleh pulang. Adnan mana? Berani-beraninya suami kamu itu ajak bulan madu tanpa ijin Bunda dulu"
"Apa sih Bun? Cia kan istri aku" sahut Adnan muncul dari belakang istrinya. Ia menatap layar ponsel Cia sembari mencium bahu sang istri.
Melihat Adnan mengumbar kemesraannya, Addy yang melihat mulai menggerutu. Ia juga memaksa Ayah dan Bunda untuk segera menjodohkan dirinya, Addy merasa dijodohkan akan lebih baik daripada memilih calon istrinya sendiri. Namun Ayah dan Bunda menolak, memang mereka tidak berniat menjodohkan anak-anaknya, hanya kebetulan saja Cia hadir dalam hidup Adnan.
Ayah : "Cia, jangan lupa janji kamu ya, beri Ayah cucu yang banyak"
Cia : "Siap boss, Ayah juga nasehatin Mas Adnan dong biar lebih sering menunjukkan kasih sayangnya. Kan aku juga mau di manjain sama Mas Adnan, tapi Mas Adnan nya sibuk kerja"
Semua orang tertawa mendengar penuturan Cia, Adnan yang mendengar hal itu ikut tersenyum dan kembali membenamkan wajahnya pada bahu Cia. Hanya beberapa detik saja, ia merebut ponsel Cia dan langsung mematikan panggilan tersebut.
"Kok dimatiin sih Mas?" Tutur Cia dengan dahi berkerut.
Adnan tak mengatakan apapun, ia tersenyum sambil memandangi istrinya. Pemuda itu membalik tubuh Cia dan menggenggam tangannya. Ia menciumi punggung sang istri dan terus menggenggam tangan Cia dengan erat. Menghabiskan hari dengan penuh cinta, bulan madu pertama mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
eeaaaaa
yg honeymooooonnnnn
2024-01-18
0