Cia yang terlalu mengagumi keindahan perusahaan Adnan sampai tak sadar jika dirinya terpisah dari suaminya. Ketika menyadari nya, Cia menuju meja resepsionis untuk menanyakan letak ruangan Adnan sebab dirinya lupa tak membawa ponsel karena terburu-buru ke rumah sakit. Salah seorang resepsionis mengantarkan Cia untuk pergi ke ruangan Adnan.
Saat memasuki lift, resepsionis itu tak sengaja menabrak salah seorang wanita. Karyawati itu langsung marah dan merendahkan jabatan sang resepsionis. Cia merasa tak suka, ia benar-benar tak bisa berbohong, raut wajahnya langsung menunjukkan jika dirinya tak menyukai karyawati sombong itu.
"Dia kan sudah minta maaf, lagi pula kalian yang berjalan sambil main hp" sela Cia.
"Wahh, lihatlah siapa yang berani disini. Kamu anak baru disini ya? Tidak tau siapa saya?" Tanya wanita itu dengan senyuman menyeringai.
"Tidak dan tidak ingin tau, biarkan saja dia Kak, lagipula dia yang salah kan" cetus Cia menarik tangan resepsionis nya.
"Anak baru ini benar-benar ngelunjak ya, saya ini tunangan Pak Adnan. Kamu jangan macam-macam ya sama saya" ancam wanita.
"Hahaha omong kosong macam apa itu? Kamu tidak tau ya kalau Pak Adnan sudah punya istri? Hm... Memang benar sih Pak Adnan baru menikah, mungkin karena itu kalian belum tau" cerocos Cia sambil mengangguk kan kepalanya.
Cia tak sadar jika perkataan nya membuat seisi lift melongo tak percaya. Mereka memang pernah mendengar jika Adnan memiliki kekasih di kantor lamanya sebelum menjadi CEO. Tapi mereka tak pernah melihat satu wanita pun yang datang ke perusahaan ini dan mengaku sebagai kekasih Adnan. Bisa dibilang jika Adnan memang tak suka mencampur kan urusan pekerjaan dengan urusan pribadi.
"Kamu yang bicara omong kosong, diam dan jangan berulah. Atau saya bisa memecat kalian kapanpun saya ingin" ancamnya sekali lagi.
Cia berdehem dan menggembungkan pipinya tak peduli, bagaimana bisa ia di pecat jika dirinya saja tak bekerja disana. Pintu lift terbuka, Adnan terlihat berdiri di depan pintu lift sambil mencoba menelepon seseorang.
"Sayang, kemana saja kamu? Aku telepon kenapa tidak dibalas?" Cecar Adnan ketika menoleh ke arah lift.
"Aku kan gak bawa hp Mas, tadi perginya buru-buru. Aku diantar oleh resepsionis ini untuk bertemu kamu, oh iya Ibu itu bilang kalau kamu tunangannya. Emang bener Mas?" Ucap Cia sambil memasang wajah sedih.
Adnan melirik ke arah karyawati yang istrinya tunjuk, bagaimana bisa menjadi tunangan jika Adnan saja tak mengenalnya.
"Omong kosong macam apa itu? Jangan pisah dari ku lagi, kau membuatku khawatir" ucap Adnan lalu menggandeng tangan istrinya.
"Kak terimakasih ya, akan aku pastikan dia tidak bisa memecatmu" ujar Cia sambil melambaikan tangannya pada sang resepsionis. Ia lalu bergelayut manja di lengan Adnan. Cia menceritakan betapa buruknya kelakuan karyawan Adnan yang mengancam dirinya tersebut.
Adnan mendengarkan cerita sang istri dan membawanya masuk kedalam ruangan. Ia mendudukkan Cia di sofa dan memberikannya remote televisi sebelum pergi ke ruang meeting. Adnan meminta Cia menunggu nya sebentar di ruangan tersebut, ia juga bilang jika makanan serta minuman akan segera dimulai hidangkan untuk Cia.
Setelah beberapa saat, Cia benar-benar bosan di dalam ruangan seorang diri. Ia berjalan keluar dan melihat-lihat ruangan lainnya. Para karyawan yang sudah mendengar kabar mengenai kedatangan istri Adnan pun, menyapa gadis itu dengan ramah. Cia tersenyum senang, meskipun orang-orang ramah sebab ia adalah istri Adnan, bohong jika Cia tak menikmati posisi ini. Ini jauh lebih baik daripada di rundung tanpa alasan yang jelas ketika ia sekolah dulu.
Gadis itu berhenti di ruang meeting, ia mengintip ke dalam ruangan yang berdinding kan kaca cermin. Cia tak bisa melihat apapun, ia hanya melihat dirinya sendiri disana. Sedangkan di dalam ruangan, Adnan yang sedang mempresentasikan idenya teralihkan pada sang istri. Cia tengah menggembungkan pipinya dan berlenggak-lenggok sedang bercermin. Semua karyawan menoleh ke arah pandangan Adnan yang terdiam.
"Apa yang dia lakukan disana? Karyawan siapa itu?" Celetuk salah seorang karyawan.
"Suruh masuk" pinta Adnan yang masih terpaku pada Cia.
Para ketua tim yang ada di dalam ruangan itu saling berpandangan. Karyawan yang duduk di ujung berdiri dan memanggil Cia untuk masuk kedalam. Gadis itu tersenyum ramah menatap semua orang yang tampak tak suka akan kehadirannya. Mereka mengira Adnan akan marah sebab pemuda itu memang tak suka bila ada gangguan apalagi saat sedang meeting.
"Maaf, aku ganggu ya Mas?" lirih Cia.
"Tidak, duduk sini sayang. Kenapa jalan-jalan? Bosan atau makanannya sudah habis?" Tanya Adnan sembari menggeser kursinya.
"Bosan Mas, aku duduk disini apa tidak mengganggu Mas?"
"Tentu saja tidak" jawab Adnan sembari mengelus kepala istrinya. Ia melanjutkan presentasinya dan membiarkan Cia ikut mendengarkan.
Memang dasar Cia yang mudah bosan, ia memainkan pulpen karena tak mengerti apa yang mereka bahas saat ini. Gadis itu sibuk sendiri, Adnan memberinya kertas dan pulpen, membiarkan Cia mencorat-coretnya seperti anak kecil.
Ttakk .....
Pulpen Cia terjatuh, ia merasa gugup takut mengganggu yang lainnya. Setelah menatap sekitar dan merasa tak ada yang terganggu, Cia mendorong kursinya ke belakang lalu mengambil pulpennya yang jatuh. Begitu mendapatkan pulpennya, Cia langsung mengangkat kepalanya. Ia tersentak sejenak ketika kepala nya membentur sesuatu, anehnya benda itu tidak keras dan tidak membuat kepala nya sakit.
Gadis itu mendongak perlahan, ia melirik tangan Adnan yang berada di tepi meja. Wajah Cia memerah malu melihat perlakuan manis suaminya. Adnan masih berbicara menunjukkan grafik-grafik yang ada di layar pada para karyawannya. Cia melanjutkan menggambar nya sambil menaruh kepalanya diatas meja. Ia tak mengira jika meeting Adnan akan selama ini dan lebih membosankan daripada menonton sendirian di ruangan Adnan.
Beberapa saat berlalu, meeting pun usai, para karyawan pergi kembali keruangan masing-masing. Sedangkan Adnan masih duduk sambil memandangi sang istri yang tertidur. Adnan memainkan pipi Cia yang masih tak terbangun juga, ia tak bisa menahan senyumannya.
Triiinggggh......
Ponsel Adnan berdering, ada panggilan masuk dari Ayah.
Ayah : "Halo Adnan, kamu dimana?"
Adnan : "Halo Yah, masih di kantor. Kenapa?"
Ayah : "Kita kan harus bicara, kapan kamu pulang?"
Adnan : "Sebentar lagi Yah, Cia tertidur saat menemani ku meeting. Adrian gimana kabarnya?"
Ayah : "Hm... Baiklah, cepat pulang ya. Tentang Adrian, Ayah masih tidak yakin dia akan melepaskan Cia begitu saja. Jadi kami jangan sampai lengah ya, kalau bisa cepat kalian punya anak"
Adnan : "Tapi aku maunya punya anak setelah Cia lulus kuliah Yah, aku tidak ingin mengganggu sekolahnya. Dia pasti juga ingin menghabiskan masa muda bersama teman-temannya"
Ayah : "Ayah tidak melarang jika Cia ingin belajar, tapi akan lebih bagus jika kamu memiliki anak secepatnya Adnan"
Adnan : "Iya baik Yah, aku akan memikirkannya lagi"
Adnan menutup teleponnya, ia menghela napasnya lalu menutup mata. Sekali lagi Adnan dibuat dilema dengan keputusan ini, bagaimana bisa ia memaksa Cia untuk merelakan pendidikannya. Tapi Adnan tak pernah membuat Ayahnya kecewa.
Cia terbangun sejak ponsel suaminya berdering, ia mendengarkan semua yang Adnan katakan. Mungkin memang benar, jika Cia jelas ingin melanjutkan pendidikannya. Tapi itu dulu sebelum menikah, kini ia adalah seorang istri. Cia tau apa yang lebih penting dari pendidikan nya, toh hidupnya sekarang sudah terlalu nyaman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
GO go go Ciaaa....
pny baby.......
horrreeeeeeee
Mas Adnan........?
mau vote gak???
hihihihihi😍
2024-01-15
1