Di dalam rumah, semua orang sudah duduk di ruang makan termasuk Adam dan Adnan. Isvara masuk dan membuat semua orang terkejut karena kehadirannya. Adrian bangun dari duduknya dan menarik Isvara untuk keluar dari ruang makan. Keduanya berdebat dengan sengit, Bunda memanggil Adrian dan memintanya mengajak Isvara untuk sarapan bersama. Bagaimanapun Isvara sedang mengandung anak dari Adrian, mereka harus memperlakukannya dengan baik.
"Adnan, Cia mana?" Tanya Ayah.
Adnan beranjak dari duduknya dan keluar ruangan untuk mencari Cia. Ia pergi ke depan rumah, namun tak melihat Cia di tempat semula, pemuda itu kemudian berjalan menuju taman tempat Cia duduk sendirian. Adnan terdiam melihat Cia yang sedang duduk di tanah dekat mobil Isvara.
"Ayah mencarimu, yang lain sudah menunggu" ucap Adnan.
"A...aku aku akan nanti, kalian makan duluan saja" jawab Cia dengan gagap.
Suara Cia jelas terdengar seperti sedang menangis, Adnan berjalan mendekatinya dengan perlahan. Ia tersentak melihat tangan Cia yang merah dan bengkak. Cia yang melihat bayangan Adnan langsung menyembunyikan tangannya yang terluka. Adnan berjongkok di hadapan Cia dan menarik perlahan tangan gadis itu yang bengkak memerah.
"Sakit" lirih Cia kembali menumpahkan air mata.
"Kenapa?" Tanya Adnan.
"Ja..jatuh" jawab Cia sambil tertunduk.
"Disini banyak cctv, jika kamu bohong, Ayah dan Bunda akan marah besar, mereka tidak suka pembohong" gertak Adnan dengan tipuan.
Cia tampak bingung harus menjawab apa, namun Adnan masih menunggu jawabannya. Setelah merasa tertekan akhirnya Cia menceritakan apa yang terjadi, ia juga tak tau alasan Isvara menginjak tangannya. Adnan merasa marah usai mendengar cerita Cia, ia tanpa sadar mencengkram tangan Cia yang sakit itu.
"Mas Adnan, sakiit" rengek Cia berusaha melepaskan cengkraman tangan Adnan.
"Ah maaf, aku tidak sengaja" ujar Adnan terkejut. Ia langsung meniup tangan Cia dan meminta gadis itu untuk berhenti menangis.
Adnan membawa Cia masuk kedalam rumah, ponsel Cia kembali terjatuh dari tangannya tetapi Cia tak menyadarinya. Adnan meminta salah satu pelayan untuk mengambilkan air dingin dan kotak P3K. Cia meremas pahanya menahan sakit sambil berusaha agar tak berteriak. Addy yang bertugas memanggil keduanya mendekati Adnan dan Cia di ruang tamu. Matanya terbelalak lebar melihat tangan Cia, Adnan memberikan salep dan memperban tangan Cia. Ia juga memberikan obat pereda nyeri agar Cia tak terlalu merasakan sakit.
"Aku akan minta pelayan bawa makanan kamu ke kamar" ucap Adnan.
"Tidak, aku sudah baik-baik saja. Ayo kita pergi, yang lain sudah menunggu"
"Tangan Cia kenapa Kak?" Tanya Addy pada Adnan.
"Jatuh, aku tadi jatuh dan menahan tubuhku dengan satu tangan. Jadinya seperti ini" sahut Cia menyela. Ia menatap Adnan sambil menggelengkan kepalanya.
Anehnya, Adnan merasa geram melihat Cia yang menyembunyikan kesalahan Isvara. Padahal Adnan sendiri suka menyembunyikan kesalahan sang adik dan menutup mata untuk mereka. Ia selalu mengalah tanpa berdebat ataupun membela dirinya sendiri. Adnan mengikuti Cia dibelakangnya, ia menggelengkan kepalanya saat Ayah dan Bunda hendak bertanya. Isvara terkejut melihat Cia duduk diantara mereka, ia berbisik pada Adrian untuk mencari tau siapa Cia sebenarnya. Namun tak ada jawaban apapun dari Adrian, ia enggan membicarakannya.
Cia mencoba menyembunyikan lukanya sebaik mungkin, namun siapapun yang melihat akan tau jika dirinya baru saja menangis. Adnan menatap Cia yang hanya makan sedikit nasi dan tempe, ia yakin gadis itu kesulitan karena tangannya sakit. Cia menoleh ke arah Adnan, mereka saling bertukar pandangan satu sama lain. Gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah Isvara yang sedang makan, lalu kembali menatap Adnan. Itu adalah sebuah isyarat yang mudah di mengerti satu sama lain. Karena Adnan hanya diam dan tak kunjung menjawab, Cia menepuk pelan pipi pemuda itu yang diam tak bergeming sambil memandanginya.
"Apa?" Tanya Adnan.
"Gak apa-apa" jawab Cia ketus. Ia langsung mendekati Addy yang duduk di sampingnya, menanyakan mengenai perempuan yang duduk di antara Adnan dan Adrian.
"Mantan calon istrinya Kak Adnan, calon istrinya Adrian, namanya Isvara" jelas Addy yang sukses membuat semua mata menatap ke arahnya. Ia bahkan sukses membuat Cia membelalakkan matanya lebar.
Addy tampak kesal sekali saat ini, ia menyelesaikan makannya dengan cepat kemudian pergi meninggalkan ruang makan. Aden juga melakukan hal yang sama, Cia yang melihat mereka langsung meletakkan sendoknya dan ikut pergi mengikuti keduanya. Adnan menahan tangan Cia yang sudah berbalik, gadis itu refleks menjerit.
"Tangan kamu kenapa?" Cetus Adrian sambil berdiri dari duduknya. Ia menghampiri Cia dan hendak memegang tangan gadis itu tapi Cia menyembunyikannya.
Adrian dan Cia saling berpandangan, wajah khawatir Adrian membuat wajah Cia merona merah. Gadis itu mengalihkan pandangannya, ia merasakan detak jantungnya kembali berdebar kencang. Tidak, harusnya Cia tidak merasakan hal ini, ini tidak boleh. Adnan mendorong Adrian menjauh dan membawa Cia pergi dari ruang makan.
"Apa'an sih Kak? Aku cuma khawatir sama Cia" ujar Adrian menahan tangan Adnan yang hendak pergi.
"Dia calon istriku, biar aku yang mengurusnya. Kamu, urus saja calon istrimu, pastikan dia tidak bertingkah berlebihan" kata Adnan dengan nada yang begitu dingin.
Cia bahkan terkejut mendengar suara Adnan yang jelas tak bersahabat. Ia memandangi Adnan yang membawanya pergi menuju ruang keluarga. Adnan meniup tangan Cia yang terasa perih karena ia menahannya tadi.
"Mas Adnan, kalian batal menikah karena Kak Isvara hamil anak Kak Adrian ya?"
"Siapa yang bilang?"
"Aku hanya menyimpulkan apa yang aku dengar, tadi saat Kak Isvara datang dia langsung memeluk Mas Adnan dan berkata akan menggugurkan kandungannya agar tetap menikah dengan Mas. Apa Mas Adnan masih mencintainya?"
"Apakah kamu masih mencintai Adrian?"
Pertanyaan balasan dari Adnan membuat Cia memandanginya dengan serius. Gadis itu tiba-tiba saja tersenyum menunjukkan deretan giginya.
"Bohong kalau aku bilang tidak, tapi jika Mas Adnan tidak keberatan dengan pernikahan ini, aku juga tidak keberatan"
"Apa kamu bisa menikah dengan orang yang tidak kamu cintai?" Tanya Adnan yang masih meniup tangan Cia.
"Tentu saja bisa, cinta itu datang karena terbiasa bersama. Kan gak ada pasangan yang tiba-tiba cinta padahal tidak pernah bersama. Mas Adnan aneh deh, aku pacaran cuma sekali aja langsung mengerti. Hehehe"
Adnan memandangi Cia yang tertawa, ia tidak tau bagian mana yang lucu namun perkataan Cia ada benarnya. Cia menarik tangan nya yang sudah tak terasa sakit lagi, namun itu hanya bertahan selama beberapa detik saja sebelum Dilan menghampiri dan memukulnya tanpa sengaja. Gadis itu tersentak dan memegangi tangannya menahan rasa sakit.
"Dilan, main sama Papa Mama saja ya, Tante Cia tangannya sedang sakit" ucap Adnan dengan penuh pengertian. Ia menarik Dilan perlahan untuk menjauhi Cia, tapi bocah kecil itu menggelengkan kepalanya dan malah memeluk Cia erat.
"Mas Adnan juga bisa bersikap lembut ternyata" celetuk Cia yang teralihkan dari rasa sakitnya.
Pemuda itu menoleh menatap Cia yang tertawa sambil meringis kesakitan. Ia jelas tak mengerti apa yang ada dalam pikiran gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Adila Ardani
mampir thor
2024-03-07
0
miyura
lanjut
2024-01-04
0